Riwayat Imam Ahmad Bin Hambal

Ridhmedia
04/07/16, 04:57 WIB
Imam Ahmad Bin Hambal
Nama dan Nasab:
Kunyah dia Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah dia seorang komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da’i yang kritis.
Kelahiran Beliau:
Beliau dilahirkan di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 Hijriyah. Beliau tumbuh besar di bawah asuhan kasih sayang ibunya, alasannya yaitu bapaknya meninggal dunia dikala dia masih berumur belia, tiga tahun. Meski dia anak yatim, namun ibunya dengan sabar dan giat memperhatian pendidikannya hingga dia menjadi anak yang sangat cinta kepada ilmu dan ulama alasannya yaitu itulah dia kerap menghadiri majlis ilmu di kota kelahirannya.
Awal mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama kali dikuasai yaitu Al Qur’an hingga dia hafal pada usia 15 tahun, dia juga mahir baca-tulis dengan tepat hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu dia mulai konsentrasi berguru ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula.
Keadaan fisik beliau:
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan dia tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Beliau bahagia berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta menggunakan kain.
Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”
Keluarga beliau:
Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Beliau melahirkan dari istri-istrinya belum dewasa yang shalih, yang mewarisi ilmunya, menyerupai Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.
Kecerdasan beliau:
Putranya yang berjulukan Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal dunia dikala saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.
Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kau kehendaki, kemudian tanyakanlah yang kau mau perihal matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kau tanya perihal sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih berpengaruh hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Beliau masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” dia menjawab, “Saya mendapati di penggalan depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, alasannya yaitu dia hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak bisa melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.
Pujian Ulama terhadap beliau:
Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal insan yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan hening serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Beliau sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya”.
Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”.
Ibrahim Al Harbi memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari banyak sekali disiplin ilmu”.
Kezuhudannya:
Beliau menggunakan peci yang dijahit sendiri. Dan kadang dia keluar ke daerah kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga dia pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya kemudian membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.
Tekunnya dalam ibadah
Abdullah bin Ahmad berkata, “Bapakku mengerjakan shalat dalam sehari-semalam tiga ratus raka’at, sesudah dia sakit dan tidak bisa mengerjakan shalat menyerupai itu, dia mengerjakan shalat seratus lima puluh raka’at.
Wara’ dan menjaga harga diri
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau, namun dia menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada seseorang menunjukkan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun dia tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun dia juga tidak mau menerimanya.
Tawadhu’ dengan kebaikannya:
Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang menyerupai Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”.
Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”.
Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, dia perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap jago dunia (orang kaya), dia bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang fakir. Beliau sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”.
Beliau pernah bermuka masam alasannya yaitu ada seseorang yang memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” dia mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”
Sabar dalam menuntut ilmu
Tatkala dia pulang dari daerah Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdirrazzak”.
Hati-hati dalam berfatwa:
Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada beliau, “Berapa hadits yang harus dikuasai oleh seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau menjawab, “Tidak cukup”. Hingga alhasil ia berkata, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?” dia menjawab. “Saya harap demikian”.
Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran
Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kau ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami yaitu cobaan, barangsiapa mencela dia maka dia yaitu orang fasik”.
Masa Fitnah:
Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang menyampaikan bahwa Al Qur’an yaitu makhluq. Namun dia terus bersembunyi di masa khilafah Ar-Rasyid, gres sesudah dia wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru insan kepada kesesatan ini.
Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah berhasil menyebabkan paham jahmiyyah sebagai fatwa resmi negara, di antara ajarannya yaitu menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk menyampaikan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para ulamanya.
Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada fatwa ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan menyampaikan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan merasakan cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.
Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak berpengaruh menahannya yang alhasil mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam verbal saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya supaya selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun dia menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad ada yang digergaji kepalanyarkalian namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 12/281. kemudian dia menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja”.
Ketegaran dan ketabahan dia dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami dikala itu di mata penguasa hanya menyerupai lalat”.
Di dikala menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, dia masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski tiba dari orang yang lebih rendah ilmunya. Beliau mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui kepadaku, “Wahai Ahmad, kalau anda terbunuh alasannya yaitu kebenaran maka anda mati syahid, dan kalau anda selamat maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah kuat”.
Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih
Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang sangat absurd dari orang-orang ndeso yang mengatakan, “Ahmad bukan jago fiqih, tetapi hanya jago hadits saja. Ini yaitu puncaknya kebodohan, alasannya yaitu Imam Ahmad mempunyai pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan dia lebih unggul dari seniornya”.
Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, dia dalam fiqih hingga derajat Laits, Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ dia menyamai Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam hafalan dia setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi orang ndeso tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang lain!!
Guru-guru Beliau
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di banyak sekali negeri, menyerupai di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah:
Ismail bin Ja’farAbbad bin Abbad Al-AtakyUmari bin Abdillah bin KhalidHusyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-SulamiImam Asy-Syafi’i.Waki’ bin Jarrah.Ismail bin Ulayyah.Sufyan bin ‘UyainahAbdurrazaqIbrahim bin Ma’qil.
Murid-murid Beliau:
Umumnya jago hadits pernah berguru kepada imam Ahmad bin Hambal, dan berguru kepadanya juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah:
Imam Bukhari.MuslimAbu DaudNasaiTirmidziIbnu MajahImam Asy-Syafi’i. Imam Ahmad juga pernah berguru kepadanya.Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin HambalPutranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin HambalKeponakannya, Hambal bin Ishaqdan lain-lainnya.
Wafat beliau:
Setelah sakit sembilan hari, dia Rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Jenazah dia dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.
Karya dia sangat banyak, di antaranya:
Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan alasannya yaitu kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.Kitab At-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini hilang”.Kitab Az-ZuhudKitab Fadhail Ahlil BaitKitab Jawabatul Qur’anKitab Al ImaanKitab Ar-Radd ‘alal JahmiyyahKitab Al AsyribahKitab Al Faraidh
Terlalu sempit lembaran kertas untuk menampung indahnya kehidupan sang Imam. Sungguh sangat terbatas ungkapan dan uraian untuk bisa memaparkan kilauan cahaya yang memancar dari kemulian jiwanya. Perjalanan hidup orang yang meneladai panutan insan dengan sempurna, cukuplah itu sebagai cermin bagi kita, yang sering membanggakannya namun jauh darinya.
Dicopy dari http://darussalaf.org/ ; Dikumpulkan dan diterjemahkan dari kitab Siyar A’lamun Nubala Karya Al Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah Sumber: Majalah As Salam
InshoMedia
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+