Seks oral banyak dipraktikkan, enggak cuma oleh kalangan homoseksual tapi juga oleh heteroseksual. Ada baiknya kita tahu apa risiko yang bisa terjadi jika melakukan seks oral yang enggak aman.
Berdasarkan data National Sexual Attitudes and Lifestyle (NATSAL) pada Desember 2013, mayoritas orang dari semua golongan umur dewasa (kecuali yang berumur 65 tahun ke atas), kadang melakukan seks oral. Sebanyak 71 persen orang di rentang usia 16-24 tahun melakukan seks oral tahun kemarin serta 80 persen orang di usia 25-34, mengaku melakukan hal yang sama.
Pada beberapa orang, seks oral berguna buat membantu wanita mencapai klimaks serta pria mendapat ereksi.
Sekitar tahun 2010, muncul kekhawatiran serius mengenai risiko infeksi human papilloma virus (HPV) di area tenggorokan yang bisa memicu kanker, melalui seks oral yang berisiko. Pada 2013, penelitian ilmiah mengonfirmasi hal tersebut.
Risiko infeksi HIV
HIV yang yaitu virus penyebab AIDS juga bisa menular melalui seks oral, meski angka kejadiannya enggak terlalu banyak.
Baik fellatio (seks oral ke penis) maupun cunnilingus (seks oral ke vagina), keduanya dapat menjadi media penularan HIV. Namun demikian, seks oral terhitung lebih aman dibanding seks anal atau vaginal.
Berdasarkan data National Sexual Attitudes and Lifestyle (NATSAL) pada Desember 2013, mayoritas orang dari semua golongan umur dewasa (kecuali yang berumur 65 tahun ke atas), kadang melakukan seks oral. Sebanyak 71 persen orang di rentang usia 16-24 tahun melakukan seks oral tahun kemarin serta 80 persen orang di usia 25-34, mengaku melakukan hal yang sama.
Pada beberapa orang, seks oral berguna buat membantu wanita mencapai klimaks serta pria mendapat ereksi.
Sekitar tahun 2010, muncul kekhawatiran serius mengenai risiko infeksi human papilloma virus (HPV) di area tenggorokan yang bisa memicu kanker, melalui seks oral yang berisiko. Pada 2013, penelitian ilmiah mengonfirmasi hal tersebut.
Risiko infeksi HIV
HIV yang yaitu virus penyebab AIDS juga bisa menular melalui seks oral, meski angka kejadiannya enggak terlalu banyak.
Baik fellatio (seks oral ke penis) maupun cunnilingus (seks oral ke vagina), keduanya dapat menjadi media penularan HIV. Namun demikian, seks oral terhitung lebih aman dibanding seks anal atau vaginal.
- Luka terbuka di area mulut dapat meningkatkan risiko infeksi HIV.
- Seks oral lebih berisiko dibanding seks nonpenetratif (ciuman, masturbasi mutual).
- Pada fellatio, jika pria enggak ejakulasi, risiko infeksi bakal berkurang.
- Pada cunnilingus, risiko bakal bertambah jika pihak wanita tengah menstruasi.
- Belum ada cukup bukti yang menyatakan, kalau mencuci mulut bisa mengurangi penularan HIV melalui seks oral.
- Penggunaan kondom bisa mengurangi risiko, tapi bukan meniadakannya sama sekali.
Infeksi lainnya
Selain HIV serta HPV, seks oral yang enggak aman (dengan orang yang Telah terinfeksi, enggak memakai pengaman serta berganti-ganti pasangan) juga bisa menjadi media penularan infeksi jenis lain, antara lain adalah:
Gonorrhoea
Gonorrhoea bisa menular ke tenggorokan selama aktivitas seks oral, terutama fellatio.
Sifilis / Raja Singa
Lesi sifilis biasanya muncul di area genital serta anus. Tapi kadang ada juga di bibir sebagai hasil dari seks oral yang berisiko.
Chlamydia
Chlamydia trachomatis juga ditemukan di tenggorokan, diduga kuat menular sebab seks oral. Chlamydia yang ditemukan di tenggorokan, mulut serta hidung bisa memicu infeksi lain terutama infeksi mata.
Infeksi yang ditularkan oleh seks oro-anal
Kontak antara mulut dengan anus bisa menularkan bermacam kuman penyakit yang biasa hidup di saluran/lubang pembuangan kotoran tersebut. Kuman-kuman tersebut antara lain yaitu Salmonella, Shigella serta Campylobacter.
Shigella dapat menyebabkan kram perut, diare serta demam. Salmonella menyebabkan diare akut, begitupun dengan Campylobacter.
Seks oral yang enggak aman juga berisiko menularkan virus Hepatitis A (sering ditemukan di tinja orang yang terinfeksi), Hepatitis B serta C. Biasanya, virus Hepatitis B ditemukan di cairan semen, darah serta ludah.
Pada 2013, studi di Amerika Serikat melaporkan risiko penularan virus Hepatitis C melalui bermacam aktivitas seks, termasuk seks oral. Kasusnya enggak banyak, tapi risiko bakal meningkat kalau Anda terbukti positif HIV.
Threadworms, atau cacing kerawit dikenal juga pernah menular melalui aktivitas seks oro-anal. Bukan menutup kemungkinan penularan cacing jenis lain.
Selain itu, Infeksi Herpes simplex virus (HSV) atau biasa disebut herpes saja, bisa juga menular melalui seks oral. Herpes menyebabkan perlukaan di area genital serta oral.
HSV juga menyebabkan pharyngitis atau peradangan tenggorokan yang disertai luka yang khas. HSV sangat menular serta biasanya ditularkan melalui aktivitas seks. apabila Anda mempunyai luka berisi cairan (cold sore) di bibir, mulut serta tenggorokan, disarankan buat enggak melakukan seks oral serta berciuman dengan orang lain.