Menjadi Blogger, Apa Saja Yang Mesti Diperhatikan?

Ridhmedia
28/01/19, 07:28 WIB

Catatan sederhana ini bergotong-royong tidak ditujukan kepada teman-teman blogger yang sedang mencari referensi perihal bagiamana memuat tulisan/artikel blog yang berkualitas, atau yang menciptakan postingan itu semakin menambah pengunjung. Tidak. Tulisan ini sengaja saya tulis untuk merenungi diri sendiri saja. Kalau pun kelak catatan ini sanggup membantu ya tidak apa-apa. Catatan ini lebih pada renungan diri saja.



Saya sendiri masih aib ketika disebut oleh orang lain sebagai blogger atau narablog. Sebabnya, seorang blogger itu mesti mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah gagasan berupa gosip kepada pembacanya.

Sementara itu, saya masih belum bisa memperlihatkan pengetahuan kepada pembaca, kecuali sedikit saja. Namun, satu kaidah niscaya (menurut saya) bahwa seorang blogger itu mempunyai keterampilan untuk mencari gosip dan mengolahnya menjadi pengetahuan yang layak dibagikan kepada pembaca.

Keterampilan itulah yang sedang saya pelajari dikala ini. Melalui sarana blog ini, saya mencoba berguru banyak hal. Mulai dari mencari sumber referensi bacaan gosip dari blog/web lain kemudian diolahnya menjadi bacaan sesuai abjad goresan pena sendiri, hingga pada dikala mendapatkan reaksi komentar dari sahabat blogger lain akan menciptakan pengetahuan kita bertambah. Setidaknya, untuk diri sendiri saja dulu.

Blog yakni sarana langsung dalam mengekspresikan gagasan berupa gosip yang telah didapat kemudian dipublikasikan di internet yang sanggup diakses oleh banyak orang. Di sinilah kebebasan berekspresi tidak dibatasi oleh pihak manapun dan oleh hukum apapun. Setiap goresan pena yang lahir di blog tidak memandang siapa yang menulis, tetapi apa yang ditulis.

Berbeda dengan penulis buku. Gagasan penulis buku akan hingga kepada pembaca melalui bukunya melalui beberapa tahapan. Di antaranya draft-draft yang diajukan kepada redaktur, penelaah naskah, hingga proses percetakan, dan terakhir pemasaran buku. Orang yang membaca karyanya pun harus membdeli buku tersebut sehingga gagasan yang ditulis benar-benar hingga kepada pembaca.

Sedangkan narablog, ia hanya butuh menuliskan gagasan di blog. Lalu orang lain yang menemukan tulisan-tulisannya melalui kolom pencarian online, maka tulisannya akan segera terbaca hanya bermodal internet saja.

Di sini saya tidak sedang membandingkan dua profesi penulis buku dengan blogger. Karena keduanya merupakan profesi yang sangat mengagumkan bagi saya. Mengapa? Karena kedua profesi tersebut yakni profesi intelektual yang membuatkan gagasan menjadi informasy yang diperlukan oleh pembaca. Dan tentu saja keduanya mempunyai target pembaca yang berbeda-beda.

Saya ingin memfokuskan pada proses kreatif para penulis tersebut. Baik seorang penulis buku maupun blogger, mereka yakni orang-orang yang mau memperlihatkan kontribusinya terhadap dunia gosip yang akan disampaikan kepada pembaca.

Proses kreatif tersebut meliput proses prapenulisan, penulisan, dan penyuntingan. Ketiga tahap tersebut telah saya jelaskan sebelumnya melalui postingan-postingan di blog ini sebelumnya.

Mungki ada kecenderungan bagi para cendikia di negeri ini bahwa rujukan-rujukan yang bersumber dari web tidaklah sevalid referensi pada buku teks. Sebab, buku teks selalu melalui tahapan-tahapan tertentu. Namun bagi saya, penulis di blog pun akan selalu berusaha memperlihatkan gosip yang diyakini kevalidannya biar pembaca tidak terkungkung oleh buku teks yang semua pembaca mau membaca goresan pena dalam format buku.

Memang, sebagian para cendikia beralasan bahwa dalam dunia internet siapapun boleh menulis tulisannya. Baik itu yang bukan ahlinya mapun konten artikelnya.

Tapi pendapat saya, menulis itu yakni hak hakiki insan dimana orang bebas beropini terhadap apa yang diyakini kebenarannya. Sedangkan mengenai apa yang telah ditulis itu sebagai suatu kebenaran atau tidak, selama penulisnya meyakini kebenarannya itu, penulis sendiri menyerahkannya kepada pembaca. Apakah pembaca itu bisa memilah gosip valid dan sah atau tidak.

Kecenderungan membaca dan mendapatkan gosip terkadang menjadi boomerang sendiri bagi para blogger. Ketika apa yang dituliskannya itu sebuah fakta, maka beberapa di antara pembaca terkadang mengabaikannya dan tidak memperlihatkan masukan sebagai suatu fakta yang harus dipertanggungjawabkannya. Malah, sering kali terjadi debat kusir antara pembaca ketika suatu goresan pena itu meluncur dan hingga kepada pembaca hingga muncul pro dan kontra. Di sini terkadang blogger harus jeli dalam melihat suatu informasi. Apakah gosip itu akan menguntungkannya atau malah merugikannya.

Lepas dari itu semua, setidaknya ada beberapa yang harus diperhatikan sebelum benar-benar ingin menjadi blogger. Sebenarnya ini berlaku juga untuk para penulis lainnya.



1) Tidak mengakui goresan pena orang lain sebagai goresan pena sendiri


Dunia blogger rawan terhadap dengan plagiat. Betapa tidak, blog-blog yang dituis dengan jerih payah sendiri harus rela dicopy-paste oleh oknum blogger yang mengcopy paste tulisannya itu di blog lain.

Mengakui goresan pena orang lain sebagai goresan pena sendiri yakni sikap yang tidak gentle. Penulis semacam ini biasanya mengambil laba dengan cara licik. Mereka mengabaikan jerih payah penulis aslinya dalam mengolah gagasan menjadi tulisan.

Di dunia blogger pun demikian. Biasanya oknum blogger tersebut demi memenuhi kuantitas konten blognya. Dengan semakin banyaknya konten blog, mereka berharap akan mendapatkan peringkat di mesin pencarian google sehingga blog miliknya tampil di halaman pertama setiap pencarian google atau pencarian online lainnya.

Hal ini tentu menciptakan penulis orisinil blog merasa dirugikan. Selain persoalan persaingan di mesin pencari online, tentu saja ini akan menciptakan reputasi blognya jauh dari pencarian online.

Beruntung, Google berkembang terus menerus. Meski oknum blogger yang telah mengcopy paste blog penulis orisinil mengubah waktu terbitnya, Google ternyata lebih pintar. Google akan melihat reputasi pengindekan konten terhadap  pembaruan blog. Meski oknum tersebut mengelabuhi google atau pembaca lain dengan cara mengatur waktu terbitnya lebih dulu dari blog penulis aslinya, google bisa mendeteksi siapa yang sejatinya pemilik orisinil konten tersebut.

Kejadian ini pernah saya alami. Hampir seluruh isi kontent blog ini telah dicopy paste oleh oknum blogger yang tidak saya kenal. Semua artikelnya berasal dari artikel blog ini. Bahkan ketika saya cek waktu terbit goresan pena tersebut, malah lebih dulu artikel blog copast tersebut. Hebatnya lagi, blog copast tersebut sudah berdomain TLD.

Untungnya, saya telah mendaftarkan dan menciptakan seluruh artikel sehabis terbit untuk segera diindeks oleh google dan alat pencarian lainnya. Sehingga masih kondusif untuk bersaing di mesin google.

Alhamdulillahnya, saya menghindari untuk mengcopy paste tulisan-tulisan orang lain dari blog saya ini. Semua goresan pena ini yakni hasil pengolahan gagasan-gagasan saya. Insya Allah ....


2) Menukangi (Memanipulasi) Data


Hal yang tabu bagi para penulis yakni memanipulasi data. Entah dengan tujuan baik atau tidak, memanipulasi data yakni perbuatan tidak terpuji. Sama halnya dengan mengakui goresan pena orang lain sebagai goresan pena sendiri. Memanipulasi data yakni perbuatan yang tidak gentle.

Data di sini biasanya ditujukan bagi para penulis karya ilmiah yang memang membutuhkan gosip berupa data yang diakui keabsahannya. Di dunia blogger data bisa berupa gosip referensi lain. Blogger harus bisa mengakui sumber referensi yang diambilnya biar pembaca yakin akan keabsahan gosip yang dibentuk pada tulisannya. Misalnya dengan memperlihatkan link atau pranalaluar pada pembacanya.

3) Menyulitkan Pembaca


Menyulitkan pembaca bisa dilhat dari banyak sekali aspek. Misalnya tampilan blog yang tidak jelas, ejaan yang bermasalah, tampilan konten terhalang oleh widget atau komponen blog lainnya. Semua itu sanggup memperlihatkan pembaca kesulitan dalam menikmati bacaan di blog kita.

Selain itu, kenyamanan dalam membaca artikel blog pun turut menjadi perhitungan. Blog dengan background putih dan warna font hitam menjadi saran utama untuk konten artikel blog.

Bahasa yang dipakai pun terkadang menjadi prasyarat lain. Bahasa yang baik dalam penulisan artikel sangat berperan dalam kepuasan pembaca. Terlebih Google dalam menargetkan blog yang mempunyai pengalaman pembaca terbaik akan mendukung pengindeksan di mesin pencarian.

Konten artikel yang memperhatikan ejaan, terlebih ejaan yang disempurnakan, akan memudahkan mesin penerjemah ketika blog kita dikunjungi oleh orang lain di luar Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa internet tidak hanya menjangkau satu negara saja, melainkan lebih luas lagi. Boleh jadi blog kita menyasar ke negara Amerika, Afrika, atau bahkan negara yang tidak kita kenal sekalipun yang telah dibaca oleh orang yang membutuhkan artikel yang kita buat.

Saya sendiri masih belum yakin terhadap penulisan seluruh artikel saya di blog ini sesuai dengan ejaan atau tidak. Setidaknya, saya berusaha sebaik mungkin untuk sanggup menciptakan artikel dengan menerapkan ejaan yang benar biar gampang dipahami oleh siapapun dan dimanapun.


4) Kontinuitas tanpa mengesampingkan Kualitas


Setidaknya, ada dua kategori blogger di dunia maya ini. Yang pertama yakni Full Blogger dan Blogger biasa (entah apa namanya yang mengambarkan ia itu bukan seorang full blogger).

Dari dua kategori tersebut masing-masing mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Biasanya kontinuitas seorang full blogger relatif tetap. Mereka akan selalu update dalam waktu tertentu untuk memposting artikel. Biasanya mereka akan memposting artikel dalam waktu sehari sekali, atau lima artikel sehari, atau bahkan lebih dari itu. Mereka secara kontinu (berkelanjutan) memperbarui artikelnya.

Namun, alih-alih beralasan untuk tetap kontinuitas memperbarui artikel dalam waktu tertentu, ada sebagian blogger yang mengesampingkan kualitas postingannya. Bahkan melanggar beberapa moral penulis dengan cara mengcopy-paste artikel orang lain untuk dijadikan tulisannya sendiri.

Kontinuitas memang suatu hal yang mesti yang ada pada diri seorang full blogger. Akan tetapi, kualitas postingan pun tetap menjadi hal yang utama.

Seorang penulis, entah itu blogger ataupun penulis pada umumnya, harus memperhatikan kualitas tulisannya. Ada beberapa tahapan dalam proses kreatif dalam menulis. Semua itu pernah saya posting di blog ini perihal tahapan prapenulisan, penulisan, dan tahap pascapenulisan.

Ketiga tahapan itu mesti dilewati oleh seorang penulis biar konten yang dibuatnya berkualitas. Sayangnya, impian untuk tetap kontinuitas mengisi konten blog menutup logika untuk segera memposting artikel apa saja tanpa melalui tahapan-tahapan tersebut.

Di sinilah keterampilan seorang penulis diuji. Mereka harus terampil dalam menciptakan goresan pena yang berkualitas biar pembaca pun mendapatkan gosip sedetail-detailnya dari artikel yang kita buat.

Terampil membutuhkan proses. Proses membutuhkan waktu. Dan para penulis membutuhkan kesabaran dalam menaklukkan waktu. Maka dari itu, keterampilan menulis seorang blogger akan lahir dari kesabarannya dalam mengikuti tahapan menulis.

Dalam kesehariannya, seorang full blogger memang mempunyai fokus utama terhadap dunia blog. Mungkin di antara para blog yang benar-benar menjadi full blogger tidak mempunyai pekerjaan pokok di dunia nyata. Mungkin juga tidak. Tetapi fokus yang menjadi utama seorang full blogger yakni keseriusan dalam mengelola blognya itu biar semakin hidup dan layak dibaca oleh pembaca.

Kontinuitas memang suatu kepastian bagi seorang blogger, tetapi kualitas tetap menjadi hal utama. Menjadi seorang blogger harus gentle, dan benar-benar memperlihatkan khazanah pengetahuan bagia pengunjug blognya. Tidak mengkhianati pembaca dengan konten yang mencederai kepercayaan pembaca terhadap goresan pena kita.
Komentar

Tampilkan

Terkini