Akhir- akhir ini, ruang publik kita diisi dengan demonstrasi mahasiswa hingga kerusuhan di Papua. Sayangnya, isu- isu semacam itu kerap kali dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab buat menyebarkan kabar bohong ataupun hoaks.
Kemajuan teknologi memanglah mempermudah kita buat menyebarkan serta memperoleh data dengan kilat.
Akan tetapi, pengguna butuh lebih cermat untuk menerima informasi- informasi tersebut.
Menurut riset UNESCO yang bertema Journalism, Fake News and Disinformation( 2019), paling tidak kita butuh berjaga- jaga terhadap 3 tipe data yang tidak akurat: misinformasi, disinformasi, serta malinformasi.
Misinformasi merupakan data yang keliru tapi tidak dibuat dengan maksud menimbulkan kerugian untuk seseorang maupun suatu kelompok. Sebutan tersebut diperuntukan kepada data yang ketidakakuratannya menggambarkan hasil dari kesalahan yang tidak disadari sang pemberi data.
Adapun disinformasi merupakan data yang palsu serta terencana dibuat untuk menyakiti seorang, kelompok sosial, organisasi maupun negara. Disinformasi inilah yang kerapkali diucap sebagai hoaks ataupun kabar bohong.
Sebaliknya malinformasi bisa jadi lebih beresiko. Alasannya, sebutan tersebut merujuk kepada data yang didasarkan pada realitas, tetapi digunakan untuk memunculkan kerugian pada seseorang, kelompok sosial, organisasi ataupun negara. Dengan demikian, walaupun data yang di informasikan setimpal dengan kenyataan, namun di informasikan secara parsial( sebagian) buat mendukung posisi dari sang pemberi pesan.
Untuk menghadapi ketiga wujud data sesat tersebut, kamu boleh jadi perlu untuk mengikuti sebagian saran berikut.
Cek kredibilitas sumber
Langkah awal yang sangat gampang buat menghindari kesesatan data merupakan dengan mencari tahu sumber yang memberi tahu data yang kalian miliki. Misalnya, kamu bisa mengawali persoalan kritis semacam siapa yang menulis data tersebut? Apa tipe domain yang dipakai oleh pengirim sumber? Apakah web yang kamu baca telah memenuhi standar pengutipan akademik?
Kamu juga butuh untuk menguasai sudut pandang yang dipakai oleh pengirim. Apabila lewat web situs, kamu dapat mengecek latar belakang lewat menu‘ About Us’. Bila kamu menerima data di media sosial dari seseorang pribadi, kamu pula bisa melihat latar balik konten yang disebarkan olehnya di masa lalu.
Amati penulisan
Kamu juga bisa mempelajari penyusunan dari data yang kamu terima. Apakah data tersebut di informasikan secara apik serta tidak, katakanlah, kelewatan serta mempunyai banyak kesalahan ketik?
Tidak hanya itu, butuh pula untuk melihat redaksi penyusunan dari data yang kamu terima. Menurut suatu studi yang bertema‘ Truth of Varying Shades’( 2017) dari University of Washington, terdapat keterkaitan bahasa serta kabar bohong. Data yang keliru umumnya dibentuk dengan perkata yang relatif seperti“ sangat” ataupun“ kurang baik”, dan juga perkata yang sifatnya subjektif semacam“ menakutkan”.
Cek keakuratan kebenaran dengan komparasi
Jangan lupa buat cek data yang kalian terima. Kamu bisa melaksanakannya dengan memandang perbandingan data yang kalian miliki dari satu sumber dengan sumber lain.
Kamu pula wajib mencermati pengutipan yang dirujuk oleh sumber data kamu. Bila kamu memperoleh data yang bernilai serta kompleks, tetapi tidak diiringi pengutipan yang memadai, hingga terdapat suatu yang salah.
Jalani reverse search pada gambar
Kita hidup di suatu era di mana pengeditan gambar bisa menciptakan mutu yang sama dengan gambar asli. Kalian bisa menerapkan pencarian untuk memandang sumber dari foto yang kalian terima lewat fitur reverse search di Google Image.