Catatan Dahlan Iskan: Kabinet Bagus

Ridhmedia
24/10/19, 04:49 WIB

Kabinet Bagus

Oleh : Dahlan Iskan

Aku perlu memuji susunan kabinet baru ini. Berarti saya perlu memuji yang menyusunnya: Presiden Joko 'Jokowi' Widodo.

Tentu tidak memuaskan semua orang. Apalagi semua partai. Tapi terlihat Presiden Jokowi bisa keluar dari tekanan banyak pihak.

Memang Luhut Panjaitan masih terlihat dominan. Jabatan lamanya tetap: Menko Kemaritiman. Membawahi ESDM serta Kelautan. Bahkan ditambah bidang investasi. Tapi --dari kacamata presiden-- itu pilihan yang tepat. Luhut bisa menjadi bumper buat mermacam tekanan. Dari perorangan maupun politisi. Termasuk dari parlemen.

Dia tipe orang yang menyediakan diri buat menjadi benteng. Demi kepentingan seorang presiden.

Menteri agama juga orangnya Luhut Panjaitan. Meski resminya orang Partai Hanura. Penetapan Fachrul Razi selaku menteri agama bisa menghilangkan tekanan kiri kanan --Muhammadiyah atau NU.

Dia seorang jenderal. Kopassus. Purnawirawan. Taat beragama. Dari Aceh pula.

Kini menteri agama kembali di tangan tentara. Jenderal Fachrul Razi merupakan tentara ketiga yang menjadi menteri agama. Setelah Alamsyah Ratu Perwiranegara serta Tarmizi Tahir.

Presiden juga berhasil menjaga Kementerian ESDM tetap di tangan profesional.

Tentu ESDM menjadi incaran banyak politisi. Tapi dipilihnya Arifin Tasrif sangat tepat.

Hubungannya dengan Jepang sangat baik. Dia kini masih duta besar Indonesia di Jepang. Kemampuan manajerialnya luar biasa. Dia ialah Dirut Petrokimia Gresik yang kemudian menjadi Dirut Holding Pupuk Indonesia.

Dalam jabatannya itu ia membeli perusahaan asing --menjadi perusahaan nasional. Tanpa banyak publikasi. Dia unggul dalam memanusiakan manusia. Dia tahu persoalan energi nasional.

Yang sakti ialah Sofyan Jalil. Menteri Agraria lama serta baru. Orang Aceh ini dua kali menjadi menteri di zaman Presiden SBY. Dua kali pula menjadi menteri di zaman Presiden Jokowi.

Bagaimana dengan Menteri BUMN?

Erick Thohir pilihan tepat. Muda serta berjasa --bagi Jokowi. Dia mengorbankan persahabatannya dengan Sandi Uno buat menjadi ketua tim pemenangan Jokowi.

Semula saya ragu Erick mau menjadi menteri. Dia orang yang tidak kurang apa pun. Dari grup perusahaan yang begitu besar: Adaro.

Aku berdoa agar Erick selamat. Dari jerat birokrasi. Dan dari balas dendam siapa pun.

Erick orang yang pandai membuat orang tidak tersakiti. Dia sangat pandai merangkul orang. Kalau sampai ia menjadi korban birokrasi sungguh sayang: kita kehilangan pebisnis hebat. Yang niatnya mengabdi tapi terbalas tuba.

Mahfud MD akhirnya mendapat tempat di Menko Polhukam. Setelah gagal menjadi cawapres. Inilah awal kali Menko Polhukam bukan tentara.

Presiden Gus Dur sudah memberikan bekal dalam CV Mahfud MD. Sehingga dianggap punya track record buat jabatan barunya.

Gus Dur pernah mengangkatnya menjadi menteri pertahanan.

Menteri pertahanan awal yang sipil.

Di era demokrasi, tentara memang perlu di bawah sipil. Itulah mimpi demokrasi Gus Dur.

Dan lagi tantangan keamanan ke depan ialah sipil-sipil. Ekstrimis, kesukuan, kesenjangan kaya-miskin, tidak tegaknya hukum.

Itu bidang yang dikuasai Mahfud.

Toh menteri pertahanannya sudah 'orang kuat': Prabowo Subianto.

Menko bisa lebih fokus ke soal keamanan non militer itu serta pembenahan hukum itu.

Bagaimana dengan dipilihnya Kapolri Tito Karnavian selaku menteri dalam negeri?

Kelihatan sekali presiden juga bisa berkelit buat pos ini. Dari tekanan politik. Pastilah PDIP sangat mengincar posisi ini. Aku pun merasa PDIP punya 'hak' jatah Mendagri itu. Sebagai partai pemenang pemilu.

Tapi PDIP mestinya juga tidak kecewa. Jenderal Polisi Tito sudah membuktikan keloyalan politiknya. Terbukti ketika Pemilu yang lalu.

PDIP mestinya bisa memegang Tito buat Pemilu yang bakal datang. Dia bisa menjadi buldozer. Di zaman demokrasi pun buldozer masih diperlukan rupanya.

Bagaimana dengan Jaksa Agung?

Presiden ternyata juga mampu menghindar dari tekanan kiri-kanan. Terutama dari dua tokoh utama dalam koalisi: Megawati serta Surya Paloh.

Lewat medsos kita tahu: terjadi semacam rebutan buat posisi itu.

Selama ini jaksa agung ialah orangnya Surya Paloh. Maka haknya pula buat mempertahankan posisi itu. Agar tetap di tangannya.

Sebaliknya Megawati. Pasti tidak mau jaksa agung kembali ke Nasdem. Terlalu banyak kader PDIP pindah partai. Karena takut menjadi tersangka.

Presiden berhasil keluar dari tekanan itu. Pilih orang ketiga: ST Burhanuddin. Dia terpaksa pulang kandang ke almamaternya.

Yang menarik ialah jabatan menteri pendidikan. Dipegang millenial: Nadiem Makarim.

Kemampuannya dalam decacorn sudah terbukti luar biasa. Yang terbaik di Indonesia.

Kini Nadiem memasuki birokrasi. Mendiknas ialah birokrasi terbesar. Dengan anggaran terbesar. Pun rentang kendalinya. Yang sangat luas.

Di tangan Nadiem boleh menjadi begitu banyak yang bisa disederhanakan. Setidaknya itulah ekspektasi banyak orang.

Kita doakan Nadiem. Agar tetap bisa bergerak lincah. Di sedang belitan kawat-kawat berduri birokrasi.

Tentu bidang pendidikan hal baru baginya. Tapi Menko yang membawahinya: Muhajir Effendy. Yang selama ini menjabat Mendikbud.

Memang banyak pertanyaan: mengapa Susi Pujiastuti yang terkenal itu tidak diangkat lagi?

Tentu sudah banyak yang tahu: ia dianggap sulit diajak koordinasi oleh Menkonya. Rumornya begitu seru: tidak mau diajak rapat.

Bu Susi diketahui sangat berprinsip. Nasionalis. Juga sangat berprestasi. Boleh dikata penangkapan ikan oleh perahu asing tidak ada lagi. Ikan menjadi begitu banyak di laut.

Tapi pusat ikan di Bitung menjerit. Tak dapat ikan. Demikian juga pusat ikan lainnya.

Ikan memang menjadi banyak. Tapi buat apa bahwa tidak ditangkap? Begitu gurauan yang meluas.

Bagaimana dengan tim ekonominya?

Menkonya bukan ekonom-teknokrat: Airlangga Hartarto dari Golkar. Menteri perdagangannya: Agus Suparmanto dari PKB. Menteri perindusteriannya: Agus Gumiwang Kartasasmita dari Golkar. Menakernya Ida Fauziah dari PKB. Menteri pertaniannya Syahrul Yasin Limpo dari Nasdem.

Hanya menteri keuangan yang teknokrat: Sri Mulyani.

Tapi ini memang bukan tahun ekspansi ekonomi. Ini tahun-tahun konsolidasi.

Limpo misalnya, ialah pekerja keras. Juga penerobos. Dia banyak akal.

Yang juga menjadi pertanyaan: mengapa ide menlu merangkap menteri perdagangan tidak menjadi direalisasi. Ide itu sebenarnya sangat modern.

Juga mengapa percobaan menristek menjadi satu dengan pendidikan tinggi dipisah lagi. Gagal?

Pendidikan tinggi dikembalikan lagi ke Diknas.

Dari segi kebersamaan, kabinet ini seperti hujan yang merata. Kekompakan kelihatan lebih utama.

Tinggal adakah oposisi?

PKS sudah pasti.

Apakah partai lain --yang tidak masuk kabinet-- bakal oposisi?

Kalau pun mereka itu beroposisi kelihatannya bakal berjalan sendiri-sendiri.

*Sumber: Disway

Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+