RIDHMEDIA - Setelah minggu lalu menguat sebesar 0,18 persen, euro (EUR) tertekan serta stagnan terhadap dolar AS. Hingga pukul 21.40 WIB tadi malam, euro diperdagangkan di level 1,1096 per dolar AS, melemah tipis 0,02 persen di pasar spot.
Data terbaru menunjukkan M3-Money Supply atau data uang beredar yang mencakup saham serta pasar uang mengalami penurunan pertumbuhan menjadi 5,5 persen dari sebelumnya 5,7 persen, melansir Refinitiv.
Pelaku pasar menunggu upaya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang hendak mendorong pemilihan umum sebelum akhir tahun. jika pemilu dapat terlaksana, ada kemungkinan mata uang euro bersama poundsterling kembali menguat.
European Central Bank (ECB) tampaknya bakal mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi serta surat berharga) atau yang diketahui dengan quantitative easing (QE) mulai 1 November buat menguatkan posisi euro.
Program ini sejatinya sudah dihentikan pada akhir tahun lalu. Tetapi kondisi ekonomi zona euro yang memburuk membuat ECB perlu kembali mengaktifkan QE.
Keputusan melaksanakan QE juga pernah diambil pada September lalu. Namun, pada rapat kebijakan moneter yang berakhir Kamis kemarin tak ada perubahan baik dari segi kebijakan maupun panduan ke depannya.
QE bakal terus dilakukan selama diperlukan buat memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro. [rmol]