MUSLIM UNITED, GELARAN SUPER "RADIKAL"
Diawali di Masjid Gedhe Kauman. Rencana dipindah ke UAD. Hingga berlabuh di Masjid Jogokaryan. Inilah lika-liku perjalanan Muslim United (MU) kedua. Yang berlangsung 11, 12, 13 Oktober 2019 di Yogyakarta.
Beberapa hari sebelum digelarpun, batu sandungan sudah datang.
Tersebar berita jika Kagungan Dalem selaku pemilik masjid Gedhe tidak berkenan masjid tersebut dipergunakan. Meski takmir serta masyarakat sekitar tidak mempermasalahkan.
Bahkan putri bungsu Raja dalam akun Instagram beliau, menghimbau warga Jogja agar tidak hadir di MU karna "keliatannya ada unsur kesengajaan serta provokasi." Di bawahnya diberi hastag #jogjacintadamai #jogjatoleran
Meski tidak clear alasan pihak keraton tidak mengizinkan penggunaan masjid, namun, menurut panitia pelaksana dari presidium Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) DIY, bapak Syukri Fadholi menduga penolakan itu karna pihak keraton menerima informasi salah.
Sebab banyak beredar informasi yang menyebutkan kalau kegiatan MU diisi oleh orang-orang berpaham radikal. Bahkan ada beberapa ustaz yang diminta buat tidak tampil karna dianggap radikal.
Hmm.. Radikal lagi. Lagi-lagi radikal. Ada kelompok Islam radikal. Ustaz radikal. Masjid radikal. Dosen radikal. Guru besar radikal. Mahasiswa radikal. Universitas radikal. Opo maneh?
Tapi, okelah. Jika dipandang radikal, gelaran MU memang super "radikal" kok. Gimana nggak "radikal," coba?
1. Peserta hadir dari mermacam penjuru Nusantara
Ada yang jauh hari sudah booking hotel. Ada yang menginap di tempat saudara, dll. Perjalanan jauh melalui darat serta udara tidak mengapa demi bersua saudara.
Sedulur saklawase. Saudara selamanya. Seperti judul tausiyah Ustaz Oemar Mita: Bertemu di Dunia, Bertetangga di Surga. Maa syaa Allah.
2. Kajian nonstop dari ba'da Subuh hingga malam pukul sepuluh
Ada sekitar sepuluh forum kajian berturut-turut digelar tiap harinya. Bagi pecinta ilmu, gimana nggak serasa dimanjakan coba? Asyiknya, bisa bersua lama dengan taman surga.
3. Panitia yang tangguh serta solid
Gimana nggak tangguh? Beberapa waktu sebelum hari H, isu MU batal makin santer. Izin masih menggantung. Panitia berupaya terus meyakinkan masyarakat, kalau apapun yang terjadi, MU tetap berlangsung. Silakan tetap hadir. Takbir!!!
Di hari kesatu MU, sejumlah insiden terjadi. Travo meledak, air wudlu menipis, tekanan aparat makin kritis. Tapi, the show must go on, Gaes! Demi satu tujuan, tegaknya syiar Islam serta hukum Allah. Apapun diupayakan.
4. Peserta pecah! Tumpleg bleg. Tumpah ruah!
Di hari pertama, membludag dari Masjid Gedhe hingga Alun-alun Utara. Dan hebatnya, jamaah putra terus diupayakan terpisah dengan putri. Agar tidak terjadi campur-baur.
Pindah ke Masjid Jogokaryan ternyata tidak memadamkan hasrat buat hadir. Bahkan antusiasme peserta lebih tinggi. Ratusan meter sebelum masjid, jalan dari mermacam arah penuh peserta. Hingga masuk ke gang-gang serta halaman rumah penduduk sekitar masjid. Maa syaa Allah, terharuuu.
5. Apapun harokahmu, kau tetap saudaraku
Adeemm! Seluruh elemen umat bersatu. Bahu-membahu saling membantu. Petugas keamanan saja dari mermacam kelompok: Kokam, Harokah Islamiyah, FUI, FPI, FJI, hingga santri Hidayatullah.
Panitia bidang lain juga gabungan dari mermacam lembaga, komunitas, serta kelompok Islam. Tanpa melihat latar balik serta perbedaan masing-masing. Pokoknya, Islam bersatu tidak bisa dikalahkan, bukan sekadar slogan deh.
6. Manis serta kentalnya nuansa ukhuwah ngalahin teh nasgitelmu (panas, legi, kenthel) wis.
Berbagi senyum, berbagi tempat duduk, memberi akses jalan. Jama'ah mudah sekali diarahkan panitia. Para pedagang juga legawa, lapaknya berhimpit dengan tempat duduk peserta.
Jika RADIKAL bermakna amelioratif (positif) ini ditanyakan ke Antum. Siapa pengen menjadi Muslim radikal? Pasti Antum sambil tunjuk satu jari ke atas bakal katakan, "Saya!"
So, lawan narasi radikal yang bermakna peyoratif (buruk) ala rezim serta segenap kroninya dengan lisan kita. Sampaikan kalau itu hanyalah narasi basi serta ngapusi. Untuk membasmi kalangan Islam (politik) yang amat mereka takuti.
Pun, perlawanan secara efektif kita lakukan dengan pembuktian melalui tindakan. Terselenggaranya MU dengan indah tanpa kekerasan, sejatinya sudah menjadi bukti kalau Islam bukanlah ajaran radikal bermakna kekerasan. Umat Islam pun bukanlah kelompok radikal bermakna kekerasan.
Alhamdulillaah 'alaa kulli haal. Allah sudah beri ujian buat kita saling menguatkan. Berbagai tekanan dari sana-sini, justru makin menyulut bara semangat umat. Pun, umat makin mengerti di mana ia bakal berdiri serta memberikan dukungan.
Akhir kata, selamat buat seluruh panitia serta peserta MuslimUnited#2.
Baarokallaahu fii kum. Anda juara!
(Oleh: Puspita Satyawati)