Nu “Dikadali” Jokowi?

Ridhmedia
24/10/19, 01:56 WIB

Banyak kalangan NU yang kecewa berat dengan komposisi kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.

Padahal selama ini kalangan NU menjadi “bamper” bagi Jokowi. Habis manis, sepah dibuang.

Salah satu yang terang-terangan menyatakan kekecewaan yaitu Sumanto Al Qurtuby, aktivis NU yang tinggal di Saudi, Dosen Antropologi di King Fahd Potroleum University.

Berikut tulisannya yang diposting di akun fbnya (23/10/2019):

NU “Dikadali” Jokowi?

Jokowi telah mengumumkan nama-nama kabinet jilid 2-nya. Aku perhatikan barisan kabinet kali ini diisi atau didominasi oleh kalangan politisi, pengusaha, praktisi, serta tentara/polisi. Yang menarik, kabinet sekarang tidak ada yang dianggap selaku “representasi NU” atau kalangan santri/pesantren.

Ida Fauziyah (Menaker) serta Abdul Halim Iskandar (PDT) dianggap selaku “representasi” Cak Imin (atau PKB), bukan NU. Oleh kalangan struktural NU, Mahfud MD telah lama dianggap “bukan NU” atau “tidak cukup NU” atau “tidak mempunyai komitmen terhadap NU”.

Yang menarik yaitu posisi Menag yang selama ini hampir dipastikan dipegang oleh “kader” NU tapi kini jatuh ke tangan seorang mantan jenderal Fachrul Razi yang, maaf, tidak jelas wawasan serta keilmuan keagamaannya hingga beredar “meme” di lingkungan NU: “Dibutuhkan pembimbing agama buat Menteri Agama”.

Fazhrul Razi diketahui selaku “ahli strategi militer”. Lalu, hendak ngapain di Kemenag? Mengatur strategi perang melawan “radikalisme Islam”? Sarang kelompok Islamis radikal bukan di Kemenag tapi di Diknas, BUMN, Kominfo, Kemenpan, atau boleh menjadi Kemenhan. Kemenag isinya para santri atau sarjana Islam moderat IAIN/UIN yang justru selama ini berperang melawan kelompok “Islam radikal”.

Sangat disayangkan bahwa NU diabaikan alias “dicuekin” oleh Jokowi, Mega serta “lingkaran dalam” mereka. Padahal NU-lah yang selama ini menjadi “bamper,” “kopral” serta pejuang melawan barisan kadrun serta mugrun. NU-lah yang sering memobilisasi massa menghadang mereka. NU-lah juga yang sering menggelar istigatsah kubro besar-besaran membela Jokowi. NU juga yang mengadakan “perang dalil” serta “perang pemikiran” melawan kelompok idiologis Islamis seperti HTI serta lainnya.

Kenapa NU? Karena NU-lah yang mempunyai masa besar yang bisa menandingi mereka. Muhammadiyah juga punya massa tapi tidak pernah memobilisasi massa buat urusan ini. Pula. sebab hanya para kader NU yang bisa “perang dalil” serta “perang kitab” dengan mereka. Yang lain nggak ada. Muhammadiyah sekalipun. Bidang Muhammadiyah lain. Bukan soal beginian. Bahkan banyak kader Muhammadiyah yang telah “bermimikri” menjadi kadrun atau setengah kadrun. Jika Muhammadiyah saja nggak bisa apalagi “banteng”, pengusaha, tentara, politisi, serta polisi.

Semoga NU tidak kecewa serta tetap ikhlas dengan susunan kabinet ini, meskipun telah habis-habisan membela Jokowi, meskipun sepertinya hanya dijadikan selaku pendorong “truk mogok”, serta bahwa truk telah jalan, mereka ditinggal atau selaku “tangga” (menggapai kekuasaan) serta “pion” (melawan “Islamis militan”) saja. Bahkan dijadikannya Kiai Ma’ruf selaku cawapres pun dianggap selaku bagian dari “sasaran antara”, “tangga” serta “pion” ini.

Semoga NU tetap eksis membela Tanah Air, meskipun tidak mendapat “jatah” menteri. Aku gak bisa membayangkan bahwa kader-kader NU: para ulama serta kiai pesantren ngambek serta mogok tidak hendak lagi “berperang” melawan kelompok Islamis radikal di Indonesia.

PS: sampai TS ini ditulis, saya perhatikan WAG-WAG para elit, kader, sarjana, serta aktivis NU masih diam, belum merespons tentang susunan kabinet ini (mungkin mereka lagi ngopi atau udud?😊

Jabal Dhahran, Jazirah Arabia

(Sumanto Al Qurtuby)

*Sumber: fb penulis

NU “Dikadali” Jokowi? Jokowi telah mengumumkan nama-nama kabinet jilid 2-nya. Aku perhatikan barisan kabinet kali ini...
Dikirim oleh Sumanto Al Qurtuby pada Selasa, 22 Oktober 2019
Komentar

Tampilkan

Terkini