Optimisme Ditengah Kesulitan

Ridhmedia
16/10/19, 13:32 WIB

Situasi senantiasa problematik. Hal hal baik yang diharapkan kadang seperti menjauh. Beban terasa berat. Tekanan dari mermacam sisi menguat serta menyesakkan. Iklim ekonomi mencekik diri serta lingkup negeri. Bukan bahagia tetapi pajak serta tarif yang meningkat. Kultur politik makin hegemonik. Kekuasaan seperti hanya milik sekelompok orang yakni lingkaran penikmat. Rakyat pasrah digiring kesana kesini menjadi gembalaan yang makin tidak bermartabat. Kehidupan beragama penuh kecemasan sebab agama dianggap bahaya. Ketaatan identik dengan radikal serta tidak bertenggang rasa. Membangun persaudaraan dianggap mengancam tatanan. Agama yaitu musuh negara bersenjata dogma. Parah sekali bacaan penguasa yang buta.

Umat serta masyarakat mengalami kesulitan yang sangat dimana berbicara keadilan dianggap memecah persatuan. Kebenaran semata nilai nilai yang dirumuskan oleh elit penguasa. Menyuarakan kejujuran serta kebenaran tidak leluasa. Terjepit di tengah aturan yang memperkosa. Aturan yang dibuat buat melindungi sifat rakus serta nyaman dalam mencuri harta negara.
Demi kestabilan,  demi pembangunan, serta demi  investasi kaum penjajah, maka alat negara diarahkan serta dikerahkan buat mengawal kejahatan terselubung. Korupsi serta manipulasi yang menggilas bangsa sendiri.

Semua menjadi ujian keimanan. Benarkah kebenaran tengah diperjuangkan atau kepura puraan buat keuntungan materi yang tengah dinegosiasi. Jika keimanan selaku landasan, tentu kesulitan hanya kausa dari akibat kebahagiaan serta kemenangan yang dekat dekat saja waktunya. Allah sudah mengingatkan.

"Apakah anda mengira kalau bakal masuk surga, padahal belum datang (cobaan) seperti orang orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kesulitan, penderitaan, serta diguncang (dengan mermacam cobaan) sehingga Rosul serta orang orang beriman mengatakan "Kapankah datang pertolongan Allah ?" Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat" (QS 2:214).

Tidaklah kemenangan didapat dengan bersantai serta berjuang sekedarnya. Tekanan serta kesulitan yaitu sinyal bakal tiba pertolongan Allah. Optimisme harus terpancar di dikala menghadapi keputusasaan. Begitu hukum ilahi.

Nah dikala kekuasaan merasa di atas angin. Bisa berbuat apa saja. Melumpuhkan siapa saja. Jaringan semua sudah dikuasai. Senjata tidak tertandingi. Perintah sudah menjadi hukum. Kezaliman dibahasakan keadilan. Potensi perlawanan strategis sudah dikendalikan serta dilemahkan. Pejuang kemerdekaan tinggal sedikit serta itupun berserakan. Dinistakan serta tidak diperhitungkan. Seolah semua sudah berada dititik nadir kehancuran.

Maka itulah dikala atau momen pertolongan Allah "alaa inna nashrallahi qariib". Allah membantu para penolong-Nya. Penguasa zalim rontok. Para diktator jatuh serta menjadi pesakitan. Kelompok mapan bergelimpangan kehilangan kekuasaan serta kekayaan. Kejayaan mulai dipergilirkan. Mereka yang tertawa di singgasana kini menangis mengais ngais belas kasihan. Macan sudah berubah menjadi katak. Yang hanya bisa melompat lompat.
Waktu buat berdusta serta menyakiti rakyat sudah usai. Insya Allah.

Bandung, 15 Oktober 2019

Penulis: M. Rizal Fadillah
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+