Pak Jokowi, pelatikan presiden atau perdana menteri ialah saat-saat yang membahagiakan. Di mana pun di dunia ini. Seperti halnya pelantikan Panjenengan pada 2014 tempohari. Rakyat berbondong mengelu-elukan Anda. Berebut jabat tangan. Berlomba-lomba buat selfi bersama Sampeyan. Semua orang ceria. Banyak tepuk gemuruh.
Tapi, kali ini, kenapa suasananya bakal berbeda? Kok dibuat tegang, Pak? Terasa seram sekali.
Bakal ada pengerahan 31.000 personel keamanan. Tentara serta polisi dikerahkan buat mengawal pelantikan Bapak. Hampir bisa dipastikan bakal banyak “road block” serta kawat berduri di mana-mana.
Kenapa, Pak Jokowi? What’s wrong, Sir?
Bukankah pelantikan kedua ini momen yang luar biasa bagi Anda, Pak? Menang buat periode kedua harusnya menandakan pengakuan rakyat terhadap kinerja Anda. Tapi, kok bukan itu yang bakal terlihat. Kenapa ‘Njenengan malah membentengi diri di belakang kawat berduri? Kenapa Kalian perlu dilantik di belakang barikade barakuda? Di belakang barisan keamanan bersenjata lengkap?
Memangnya ada yang berani mengganggu Bapak? Siapa berani? Tidak bakalan, Pak. Enggak mungkin! Rakyat oposisi takut semua sekarang. Takut dikatakan radikal atau teroris. Dan juga takut dikeroyok brutal. Takut dipentungi ‘gaspol’ serta ditendangi dengan sepatu laras.
Terus, polisi berkata mereka tidak bakal merespon pemberitahuan unjuk rasa (unras) oleh siapa pun. Intinya, tidak boleh ada demo. Mulai 15 Oktober sampai 20 Oktober 2019. Dengan alasan acara pelantikan panjenengan bakal dihadiri para tamu VIP dari luar negeri.
Karena ada tamu asing itu, perlulah ditunjukkan kalau kita ini beradab serta santun. Ini yang dikatakan pejabat tinggi keamanan di Jakarta.
Hanya saja, Pak, mengapa keberadaban serta kesantunan hanya diperlihatkan kepada para tamu asing saja? Kenapa begitu, Pak? Apakah di hadapan rakyat tidak perlu beradab? Tidak perlu santun?
Maaf, Pak. Aku bertanya sebab sewaktu berlangsung rangkaian unjuk rasa mahasiswa, pelajar serta komponen rakyat lainnya belum lama ini, tidak terlihat aparat keamanan tampil beradab apalagi santun. Begitu, Pak Jokowi. Mungkin Panjenengan tahu juga ada korban yang pecah tempurung kepala. Ada yang wajahnya tidak dikenali lagi. Bahkan ada yang langsung masuk surga, insya Allah.
Jadi, sekali lagi saya bertanya, Pak Jokowi. Kenapa, pelantikan periode kedua ini terkesan sangar, Pak? Ada apa gerangan?
Berbeda kontras dengan pelantikan 2014. Waktu itu, rakyat senang Kalian menang. Sekarang, kok ada kesan rakyat tidak tenang Kalian menang.
Mumpung masih ada waktu. Pak Jokowi bisa membuat pelantikan 20 Oktober nanti bersuasana rileks. InsyaAllah, bisa. Dibuat santai saja, Pak.
Bukankah koalisi Bapak sekarang menjadi mayoritas besar serta solid? Tidak ada yang perlu dicemaskan. Semuanya punya Sampeyan, Pak. Ketua MPR, orang Bapak. Ketua DPD, juga. Ketua DPR, apalagi. Seribu persen.
Pak Probowo pun telah all-out mendukung Panjenengan. Meskipun para pendukung beliau tidak ikut. Artinya, yang tidak mendukung itu orang-orang lemah semua. Tidak punya apa-apa.
Jadi, sangat amanlah, Pak! Tidak perlu baridake atau perintang jalan. Tidak usah pakai kawat berduri. Karena kesannya mencekam. Terasa tegang, Pak.
Ini hanya saran, Pak. Selebihnya terserah Panjenengan.
By Asyari Usman
Kalau mendapatkan hasil dari KECURANGAN, maka dalam menikmatinya selalu ada rasa KETAKUTAN serta pasti hasilnya TIDAK BERKAH - kata gua 😉— William Runturambi (@w_runturambi) October 16, 2019
Pelantikan kok seperti persiapan perang .. perang melawan rakyat yg d pimpinnya ..— TitisWynona (@TitisWynona) October 16, 2019
Seperti ketoprak humor ..