Penolakan Uas Di Luar Negeri, Kampungan Serta Memalukan!

Ridhmedia
18/10/19, 05:53 WIB

Saat ini beredar (screenshot/ss di atas), apa yang kepikiran?

Kampungan.
Memalukan.

Di negara ini, katanya menjunjung HAM. Slogan pancasila selalu di ucapkan. Gak jarang, membawa contoh kehidupan toleran di negara luar buat membandingkan kalau negara kita sangat tertinggal dalam hal toleransi serta kebersamaannya.

Namun, dengan edaran ss ini membuktikan kalau kegagalan di negara kita dengan kisah penghadangan serta penolakan acara pengajian malah hendak ditularkan ke negara yang menjadi percontohan HAM ditegakkan.

Orang Indonesia yang terlibat dalam penolakam acara UAS di mermacam negara, membuktikan kalau keberadaan mereka di luar negeri gak membawa dampak baik bagi perkembangan psikologi mereka.

Harusnya mereka berperan menyumbangkan pemikiran kalau toleransi itu perlu dimulai dari diri sendiri, bukan menuntut orang lain dulu buat akomodir toleransi yang kita inginkan.

Ada pengakuan dari masyarakat Jerman, mereka gak peduli atas agama seseorang. Yang mereka peduli yaitu perlakuan seseorang pada orang lainnya. Baik bakal dipuji, jelek bakal dicaci.

Sekumpulan muslim Jerman mengundang UAS bertausyiah. Lalu, kedatangan ini dihadang oleh manusia-manusia laknat yang asalnya dari Indonesia juga. Bermacam alasan yang mereka berikan pada pemerintah Jerman agar ikut melarangnya. Mereka berperan, menggalang tanda tangan selaku bentik petisi penolakan.

Cara mereka ini, mirip dengan cara ormas yang merasa paling jagoan. Mengirim surat penolakan dengan ancaman bakal membubarkan dengan kerahkan masa jika acara masih dilangsungkan.

Apa yang kerap terjadi di negara ini, di ekspor ke negara luar agar diikuti. Dan lucunya, mereka bangga dikala berhasil menggagalkan acara itu.

Hampir 80% dari yang menolak yaitu non muslim. Disini kegeraman kita terus dipancing. Lucunya, mereka difasilitasi oleh partai PDIP. Semakin jelas arahnya serta makin percuma jika kita hanya terus bicara.

Kekurangan kita, terlalu lembut serta gemulai menghadapi manuver mereka. Mengecam melalui tulisan, kayaknya dah gak mempan lagi.

Aku kehilangan gairah dikala di daerah saya tidak menemukan arogansi mereka. Namun di daerah lain, bangak penghadangan serta penolakan yang terjadi atas sebuah ceramah agama.

Lain kali, perkecil suara perluas permainan tangan. Hadangan mereka perlu dilawan. Radikalisme yang mereka mainkan, perlu dilawan dengan cara berhadapan dengan mereka dilapangan.

Mungkin terdengar ekstrem. Tapi itu niat saya, jika ada di daerah saya golongan mereka yang berkacak pinggang, sembunyikan pena mu, sembunyikan HP mu buat sekedar memfoto serta memberitakannya.

Saatnya turun ke jalan, serta mulailah hadir di gelanggang.

Gak perlu memukul, gak perlu berteriak di hadapan mereka. Cukup membusungkan dada serta perlihatkan dagu kita padanya.

Mau membubarkan? Coba kalau berani.

By Setiawan Budi [fb]

__
Berita terkait:
Masyarakat Indonesia di Jerman Tolak Kedatangan Ustaz Abdul Somad
https://kumparan.com/@kumparannews/masyarakat-indonesia-di-jerman-tolak-kedatangan-ustaz-abdul-somad-1s4mZcuYLgo

Saat ini beredar, apa yang kepikiran? Kampungan Memalukan Di negara ini, katanya menjunjung HAM. Slogan pancasila...
Dikirim oleh Setiawan Budi pada Kamis, 17 Oktober 2019
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+