Polisi Dilempar Tahi Masih Bisa Mandi, Mahasiswa Ditembak Mati Mustahil Hidup Lagi

Ridhmedia
30/10/19, 12:09 WIB

Oleh: Yamadipati Seno

Sungguh, saya masih berusaha buat tidak percaya, kalau yang kalian lemparkan kepada polisi yaitu tahi, bukan sanksi disiplin berupa teguran tertulis.

Enam polisi Sulawesi Tenggara dikenai sanksi disiplin. Mereka yaitu AKP Diki Kurniawan, Bripka Muhammad Arifuddin, Bripka Muhammad Iqbal, Brigadir Abdul Malik, Briptu Hendrawan, serta Bripda Fatur Rochim Saputro. Keenam aparat tersebut kena sanksi disiplin sebab membawa senjata api dikala bertugas (((mengamankan))) unjuk rasa mahasiswa di depan kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, Kamis, 26 September 2019.

Dalam demo tersebut, dua mahasiswa, yakni Immawan Randi serta Muhammad Yusuf Kardawi tewas. Randi serta Yusuf tewas setelah peluru menembus tubuh mereka, diduga peluru dari senjata api polisi.

Ketika keenam polisi tersebut diselidiki sesama polisi, publik berharap institusi penegak hukum ini tengah bermaksud mengusut pelaku pembunuhan Randi serta Qardawi. Wong Kapolri dikala itu, Jenderal Tito Karnavian, sudah bilang nggak boleh serta nggak ada polisi membawa senjata api buat menangani demo. Lha kok ini ada orang mati kena tembakan?

Tapi, lagi-lagi polisi bikin kecewa. Sudahlah tidak menemukan pembunuh Randi serta Yusuf, keenam polisi pembawa senjata api itu cuma divonis tidak menaati perintah pimpinan, yaitu membawa serta menyalahgunakan senjata api pada dikala melaksanakan tugas.

“Terhadap AKP Diki Kurniawan bersama lima orang terduga pelanggar lainnya dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran tertulis, penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun, penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun, penundaan pendidikan selama satu tahun, serta penempatan di tempat khusus selama 21 hari,” demikian bunyi salinan keterangan pers Polda Sultra seperti dilansir BBC Indonesia.

Sementara itu, mahasiswa dari Universitas Halu Oleo (UHO) masih mengadakan unjuk rasa demi keadilan. Mereka menuntut identitas polisi yang menembak Almarhum Randi serta Yusuf lekas dibuka serta diberi hukuman setimpal.

Well, hendak dipikir kayak gimana, sanksi disiplin buat 6 polisi yang “menyalahgunakan senjata api” itu memang terlalu ringan. Padahal polisi sudah mengumumkan, di antara 6 polisi itu memang ada yang melepaskan tembakan.

Tak salah dong Apabila sanksi seringan teguran tertulis, penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun, penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun, penundaan pendidikan selama satu tahun, serta penempatan di tempat khusus selama 21 hari dicibir terlalu ringan.

Maka, dikala polisi dilempar tahi oleh mahasiswa, alasannya kuat serta jelas: mereka sudah sangat kesal dengan ketidakadilan ini. Jadi, kenapa sampai ada influencer seperti Kang Maman mendayu-dayu sok sedih dikala polisi dilempar tahi. Ini tahu, bukan batu, apalagi peluru. Bisa bayangkan kalau ada orang sipil yang berani-beraninya menembaki sesama sipil, apalagi aparat, Dia bakal dihukum seperti apa? Tentu mustahil cuma diberi teguran tertulis.

 Potensi kekerasan dikala bertugas yaitu risiko pekerjaan aparat. Itulah kenapa polisi punya tameng. Ya dipakai dong buat menepis tahi-tahi yang harus saya akui, dibungkus dengan rapi itu. Bayangkan, anda menyerok seember tahi sapi, menyimpannya di ember yang lebih kecil, menggunakan sendok anda membungkus tahi itu ke dalam bungkus lebih kecil lalu mengikatnya dengan rapat. Ketelatenan mengikat plastik isi tahi ini harus mendapat pujian.
Baca juga:  Tenang, Gagal SBMPTN Itu Penting serta Perlu

Polisi dilempar tahi juga bukan petaka serta akhir dunia. Meski memang, saya akui, melempar tahi ini bukan perbuatan terpuji. Mahasiswa harus tahu kalau harga ngelondri itu mahal. Apalagi kalau sudah risih pakai seragam bekas tahi. Noda bekas tahi itu sangat sulit hilang. Malunya sampai ke sumsum tulang.

Hari-hari ini, lebih murah ngelondri kaos yang bolong kena tembakan Dibanding bekas kena tahi sapi. Berapa sih ongkos reparasi kaos yang bolong kena tembakan? Bawa ke tukang jahit minta ditambal juga selesai. Nah, seragam kena tahi sapi itu baru ancaman kepada seragam selaku wujud keamanan serta kestabilan investasi.

Oleh sebab itu, ke depan, kalau hendak demo lagi, jangan bawa tahi buat dilempar ke arah polisi. Bayangkan, Apabila itu dilakukan terhadap dirimu, saudaramu, orangtuamu atau anak-anakmu. Setega itukah dirimu? sudah hilangkah keberadaban kita?

Sungguh, saya masih berusaha buat tidak percaya, kalau yang kalian lemparkan kepada polisi, yaitu tahi, bukan sanksi disiplin berupa teguran tertulis. (*)
Komentar

Tampilkan

Terkini