RIDHMEDIA - Fitriani Sali, kakak perempuan Randy (21), mahasiswa Universitas Haluoleo (UHO) Kendari yang tewas tertembak ketika aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis lalu (26/10), mengaku ditawari bakal dibantu menjadi pegawai negeri sipil (PNS) oleh seorang polisi yang bertugas di Markas Besar Polri.
Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah olehnya. "Kemarin, sempat ada polisi yang telepon, katanya dari Mabes Polri, namanya AKBP Wa Ode Sarinah. dia janjikan saya diangkat menjadi PNS. Tapi saya tolak. aku tak hendak diangkat menjadi PNS dengan menukar nyawa adik saya,” kata Fitriani ketika dijumpai wartawan, Kamis (31/10).
“Selain itu, sekarang tes CPNS telah sulit, telah online, menjadi saya rasa itu tak masuk akal,” sambung Fitri.
tidak cuma menghubungi lewat telepon, Fitri mengaku beberapa orang polisi juga sering mendatangi kediaman orang tuanya di Desa Lakarinta, Kecamatan Loghia, Kabupaten Muna. Kata Fitri, keluarga merasa tertekan setiap kali polisi datang.
“Ada polisi sering datang di rumah, setiap mereka datang, orang tua saya merasa tertekan. Bapak (La Sali) masih tak terima anak laki lakinya meninggal ditembak polisi. Jadi dia sebenarnya tak hendak bertemu polisi,” katanya.
Pihak keluarga sampai ketika ini terus berharap agar pelaku penembakan lekas ditangkap. "Bapak serta ibu saya, juga keluarga sangat berharap kasusnya dibongkar, pelaku ditangkap, serta dihukum sesuai peraturan," pungkasnya.
Sementara itu, hingga Berita ini di-publish, Kepala Bidang Humas Polda Sultra, AKBP Harry Goldenhardt, Jumat pagi (1/11) belum menjawab konfirmasi kendarinesia soal tawaran menjadi PNS ke Fitriani dari anggota Polisi bernama AKBP Wa Ode Sarinah yang disebut bertugas di Mabes Polri. [kp]