RIDHMEDIA - Sistem Demokrasi di Indonesia kini telah mengalami masalah dan kekuatan oligarki kekuasaan semakin muncul karena suara civil society sangat lemah.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Pengawas Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Prof Didik J. Rachbini saat peluncuran dua buku Outlook Demokrasi LP3ES di ITS Tower, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Menurut Prof Didik, suara dari civil society saat ini sangat lemah serta suara di parlemen yang menjadi check and balance juga sangat lemah.
"Suara dari civil society itu dalam demokrasi yang ada sekarang itu sangat lemah dan suara parlemen untuk check and balance hampir mustahil karena semua yang ada disana itu berebut kekuasaan, tidak mengerti sistem. Jadi meskipun oposisi dalam pilres, masuk juga ke koalisi, sehingga tidak ada oposisi," ucap Prof Didik J. Rachbini, Sabtu (21/12).
Dampaknya kata Prof Didik, demokrasi di Indonesia menjadi cacat lantaran tidak adanya check and balance kekuasaan.
"Dan dengan kosongnya check and balance ini, maka demokrasi menjadi cacat tidak ada check and balance seperti per atau ayunan yang tidak punya balance sehingga bergeraknya tidak baik," kata Prof Didik.
Apalagi kata Didik, di era pemerintahan Presiden Joko Widodo semakin terlihat siklus 20 tahunan. Dimana, demokrasi semakin perlahan berubah menjadi sistem oligarki.
"Kalau saya sebut di tengah-tengah kepemimpinan Jokowi yang makin kuat itu tidak ada nih sarana yang melakukan kritik. Orang ditangkap, polisi yang nangkap itu didukung oleh cyber. Dan ini seperti kembali 20 tahunan menjadi otoriter dari demokrasi ke otoriter," papar Didik.
Kekuatan oligarki kata Prof Didik, adanya pemusatan kekuasaan pada Presiden yang menyertakan pengikut bawah tanah untuk tetap kuat dan selalu dibela dan memberangus pihak yang berbeda pendapat. [rm]