Dr Darren Byler, seorang pakar Uighur dan masalah-masalah minoritas lainnya di Xinjiang, mengatakan ia merasa laporan media baru-baru ini telah menekan pemerintah untuk memaksa mereka mengatakan telah membongkar kamp.
“Semua Siswa telah lulus… pekerjaan kami disini telah selesai,” kata Kepala Kamp Re-edukasi Uighur.
Dalam beberapa minggu terakhir ini The Irish Times mengkonfirmasi, setidaknya ada dua Kamp Re-edukasi terbesar di Kashgar, provinsi Xinjiang, akan tetapi para pengamat mengatakan walaupun strategi pemerintah telah berubah, namun dalam keadaan tertentu hak dan kebebasan dari ratusan ribu warga etnis minoritas tetap saja diawasi.
Dalam menghadapi meningkatnya kecaman dunia internasional, minggu lalu pemerintah Xinjiang mengumumkan bahwa kamp-kamp tersebut akan ditutup karena “semua siswa telah lulus”.
Bulan lalu, the China Cables –membocorkan dokumen Partai Komunis China yang diberikan kepada International Consortium of Investigative Journalists dan dibagikan kepada The Irish Times – telah membantu menjelaskan bagaimana kondisi sebenarnya fasilitas extra-yudisial “seperti-penjara” ini, yang merupakan bagian dari kampanye masif penindasan terhadap minoritas etnis-agama.
Akhir pekan ini, The Irish Times telah mengunjungi dua kamp di Kashgar yang telah ditutup yang mana baru saja menahan ratusan, atau setidaknya ribuan tahanan.
Di dalam bangunan “Pusat Keterampilan Kejuruan” atau “Kamp Reedukasi” kota Kashgar tersebut, pagar tinggi dan menara pengawas tetap ada, namun pintu gerbang besi yang besar terbuka lebar, petugas keamanan dan polisi bersenjata sudah tidak tampak lagi, dan kampus yang luas tersebut terlihat sangat sunyi.
“Semuanya telah dibongkar, hampir tidak meninggalkan apapun kecuali ruangan beton yang kosong”
“Semua siswa telah lulus. Mereka sudah selesai sekarang. Tugas kami disini telah selesai,” kata Kepala sekolah Mijiti Maihemoti, yang telah menjalankan kamp ini dalam dua tahun terakhir.
Setelah awalnya menyangkal adanya kamp-kamp re-edukasi, di hadapan sejumlah bukti yang ada, akhirnya Beijing mengakui bahwa tahun lalu telah mendirikan “pusat-pusat pelatihan kejuruan” di penjuru provinsi untuk membantu deradikalisasi minoritas dan melawan ekstremisme, termasuk mengajarkan para “tahanan” bahasa Mandarin, hukum nasional dan keterampilan kejuruan.
“Mereka semua telah dideradikalisasi dan telah menyelesaikan pelajaran. Tidak ada seorang pun di wilayah ini yang membutuhkan pelatihan lebih lanjut,” Kata Tn. Maihemoti sembari berjalan melewati gedung-gedung yang semuanya sudah kosong.
Semua papan rambu, kursi, meja, papan tulis, tempat tidur susun, peralatan kantor dan dapur, kamera pengintai – semuanya telah dibongkar, hampir tidak meninggalkan apa pun kecuali ruangan beton yang kosong.
Penjara Alternatif
Kepala sekolah mengatakan lebih dari 1,000 siswa telah memasuki fasilitas ini selama dua tahun terakhir. Sebanyak 70 guru dan siswa yang tersisa sudah pergi semuanya pada akhir November ini, kata dia.
Pemerintah tetap akan menawarkan “pelatihan kejuruan” lagi ke beberapa pusat pelatihan, “akan tetapi apabila atas dasar kemauan mereka sendiri. Mereka tidak akan dipaksa untuk ikut,” kata dia.
Disaat kebijakan resmi yang dinyatakan bahwa orang-orang yang menghadiri kamp tersebut adalah para sukrelawan, namun pada tingkat lokal pejabat yang bersangkutan lebih sering menggambarkan hal tersebut sebagai pusat penahanan untuk orang – orang yang dianggap melakukan pelanggaran ringan atau orang yang mungkin menghadapi kejamnya kekerasan sistem penjara.
Kelompok hak asasi manusia dan akademisi mengatakan ada indikasi dalam beberapa bulan terakhir bahwa pemerintah mulai meredakan sistem kamp, sementara pada saat yang sama meningkatkan bentuk penindasan lainnya.
Dr Darren Byler, seorang pakar Uighur dan masalah-masalah minoritas lainnya di Xinjiang, mengatakan ia merasa laporan media baru-baru ini telah menekan pemerintah untuk memaksa mereka mengatakan telah membongkar kamp.
“Perasaan saya adalah bahwa kebocoran dokumen ini telah mendorong pernyataan-pernyataan semacam ini dari pemerintah serta intensifikasi bentuk-bentuk lain dari penolakan dan misinformasi,” katanya.
Jika ada kelulusan massal di seluruh provinsi, itu tidak akan menghasilkan perubahan substansial bagi sebagian besar orang yang berada di kamp tersebut, kata Dr Byler, seorang dosen di University of Washington.
“Hak dan kebebasan mereka masih direnggut, seperti sebelumnya,” katanya. “Mereka yang dipindahkan ke pabrik juga masih dalam keterpaksaan yang kuat berdasarkan semua bukti yang terverifikasi yang telah saya lihat. Banyak yang lainnya juga telah dipindahkan ke penjara.”
Laporan pemerintah menunjukkan bahwa, selain mereka yang ditahan di kamp, ratusan ribu orang telah dikirim ke penjara di Xinjiang dalam tiga tahun terakhir ini, dengan tingkat hukuman di beberapa bagian provinsi hingga 20 kali lipat dari rata-rata nasional.
Pengawasan dan Indoktrinasi
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa strategi jangka panjang pemerintah provinsi adalah untuk menempatkan sebagian besar populasi minoritas Muslim dalam pekerjaan tertentu di pabrik, di mana pengawasan dan indoktrinasi dapat tetap dilanjutkan. Menolak pekerjaan yang ditugaskan pemerintah tanpa alasan yang memadai adalah salah satu dari 75 tanda-tanda ekstremisme yang tertulis dalam daftar resmi pemerintah, dan “harus tidak boleh ada perlawanan”.
Seorang warga Uighur yang sekarang tinggal di luar Tiongkok mengatakan dia tidak begitu yakin dengan laporan-laporan mengenai ditutupnya kamp tersebut karena banyak orang masih hilang dari desanya.
“Jika mereka sudah lulus dan sekarang sudah berakhir, lalu di mana semua orang yang hilang? Kita perlu mengetahui kabar dari mereka. Begitu banyak orang yang saya kenal masih merindukan keluarga dan teman mereka, ”katanya. “Kami tidak tahu apakah mereka ada di kamp atau di pabrik atau di mana.”
Di luar Kashgar, Pusat Pelatihan Kejuruan di wilayah Shule juga kosong ketika The Irish Times berkunjung pada hari Sabtu. Pada kunjungan sebelumnya pada bulan Juli, ada ratusan orang di fasilitas tersebut dan direktur Mamat Eli mengatakan dia mengharapkan beberapa dari mereka untuk tinggal setidaknya dua atau tiga tahun lagi.
Banyak yang “terinfeksi pemikiran radikal”, katanya kemudian, dan mungkin butuh bertahun-tahun untuk merawat dan melatihnya agar terbebas dari pemikiran tersebut.
“Ada sekitar 1,8 juta warga Uighur dan etnis minoritas lainnya yang telah dikirim ke kamp dalam tiga tahun terakhir.”
Dan sekarang semuanya berdiri terdiam. Bendera Tiongkok di halaman telah diturunkan bersamaan dengan nama fasilitas dan papan-papan propaganda. Bangunan-bangunan, beberapa di antaranya baru selesai dalam setahun terakhir – semuanya terkunci. Dalam dinginnya udara, seorang wanita tua menyapu daun-daun di hamparan lantai semen, tempat bagi ratusan orang yang baru-baru ini melakukan latihan olah raga dan koreografi setiap hari.
Seorang pejabat daerah membantah bahwa keputusan untuk menutup fasilitas ini adalah perubahan kebijakan yang mendadak.
1,000 fasilitas.
“Saya pikir mereka semua telah lulus. Tidak ada lagi kebutuhan bagi mereka,” kata Tn. Li, seorang pejabat di wilayah Shule. “akan tetapi suatu saat Pemerintah mungkin akan membuka kembali dan orang-orang akan datang secara sukarela jika memang ada warga yang ingin belajar keterampilan untuk masa depan mereka.”
Pemerintah tidak pernah mengatakan berapa fasilitas yang telah dibuka, atau berapa orang yang telah dikirim kedalamnya, yang dikatakan hanya situasi nya itu “dinamis dan cair”.
Beberapa perkiraan menyatakan bahwa kemungkinan ada 1.000 atau lebih fasilitas yang tersebar di penjuru provinsi yang luasnya 1,2 juta sq / km, yang berbatasan dengan delapan negara.
Peneliti Jerman Adrian Zenz memperkirakan ada sekitar 1,8 juta Uighur dan etnis minoritas lainnya yang telah dikirim ke kamp dalam tiga tahun terakhir. Seorang juru bicara pemerintah daerah Kashgar mengatakan: “Saya tidak tahu berapa banyak ‘pusat pelatihan kejuruan’ di wilayah Kashgar, tetapi yang saya tahu itu baru saja ditutup. Itu semua ditutup sekarang. Saya yakinkan Anda bahwa. . . Itu berlaku sama untuk seluruh provinsi [Xinjiang], saya pikir. ”
Saat ini tidak ada verifikasi independen atas klaim pemerintah tersebut.
Selama kunjungan ke wilayah tersebut, otoritas pemerintah setempat telah mengeluarkan beberapa mantan tahanan dari kamp-kamp lokal yang, tetap dalam pengawasan ketat, semuanya menceritakan kepada The Irish Times kisah yang terlalu mirip.
Mereka telah terinfeksi dengan pemikiran ekstrimis radikal, kata mereka semua; mereka direhabilitasi di kamp-kamp; mereka sekarang keluar dan memiliki pekerjaan berkat pemerintah; dan kehidupan mereka semua jauh lebih baik sehingga mereka seharusnya berterima kasih kepada partai (red.PKC).
“Saya perlahan dididik. Begitu juga semua orang. Tidak ada masalah sekarang, “kata seorang pelayan berusia 32 tahun. “Kita semua sudah lulus. Kita bebas.”
Penerjemah: Danu Rifa’i
Sumber : TheIrishTimes, jurnalislam.com
“Semua Siswa telah lulus… pekerjaan kami disini telah selesai,” kata Kepala Kamp Re-edukasi Uighur.
Dalam beberapa minggu terakhir ini The Irish Times mengkonfirmasi, setidaknya ada dua Kamp Re-edukasi terbesar di Kashgar, provinsi Xinjiang, akan tetapi para pengamat mengatakan walaupun strategi pemerintah telah berubah, namun dalam keadaan tertentu hak dan kebebasan dari ratusan ribu warga etnis minoritas tetap saja diawasi.
Dalam menghadapi meningkatnya kecaman dunia internasional, minggu lalu pemerintah Xinjiang mengumumkan bahwa kamp-kamp tersebut akan ditutup karena “semua siswa telah lulus”.
Bulan lalu, the China Cables –membocorkan dokumen Partai Komunis China yang diberikan kepada International Consortium of Investigative Journalists dan dibagikan kepada The Irish Times – telah membantu menjelaskan bagaimana kondisi sebenarnya fasilitas extra-yudisial “seperti-penjara” ini, yang merupakan bagian dari kampanye masif penindasan terhadap minoritas etnis-agama.
Akhir pekan ini, The Irish Times telah mengunjungi dua kamp di Kashgar yang telah ditutup yang mana baru saja menahan ratusan, atau setidaknya ribuan tahanan.
Di dalam bangunan “Pusat Keterampilan Kejuruan” atau “Kamp Reedukasi” kota Kashgar tersebut, pagar tinggi dan menara pengawas tetap ada, namun pintu gerbang besi yang besar terbuka lebar, petugas keamanan dan polisi bersenjata sudah tidak tampak lagi, dan kampus yang luas tersebut terlihat sangat sunyi.
“Semuanya telah dibongkar, hampir tidak meninggalkan apapun kecuali ruangan beton yang kosong”
“Semua siswa telah lulus. Mereka sudah selesai sekarang. Tugas kami disini telah selesai,” kata Kepala sekolah Mijiti Maihemoti, yang telah menjalankan kamp ini dalam dua tahun terakhir.
Setelah awalnya menyangkal adanya kamp-kamp re-edukasi, di hadapan sejumlah bukti yang ada, akhirnya Beijing mengakui bahwa tahun lalu telah mendirikan “pusat-pusat pelatihan kejuruan” di penjuru provinsi untuk membantu deradikalisasi minoritas dan melawan ekstremisme, termasuk mengajarkan para “tahanan” bahasa Mandarin, hukum nasional dan keterampilan kejuruan.
“Mereka semua telah dideradikalisasi dan telah menyelesaikan pelajaran. Tidak ada seorang pun di wilayah ini yang membutuhkan pelatihan lebih lanjut,” Kata Tn. Maihemoti sembari berjalan melewati gedung-gedung yang semuanya sudah kosong.
Semua papan rambu, kursi, meja, papan tulis, tempat tidur susun, peralatan kantor dan dapur, kamera pengintai – semuanya telah dibongkar, hampir tidak meninggalkan apa pun kecuali ruangan beton yang kosong.
Penjara Alternatif
Kepala sekolah mengatakan lebih dari 1,000 siswa telah memasuki fasilitas ini selama dua tahun terakhir. Sebanyak 70 guru dan siswa yang tersisa sudah pergi semuanya pada akhir November ini, kata dia.
Pemerintah tetap akan menawarkan “pelatihan kejuruan” lagi ke beberapa pusat pelatihan, “akan tetapi apabila atas dasar kemauan mereka sendiri. Mereka tidak akan dipaksa untuk ikut,” kata dia.
Disaat kebijakan resmi yang dinyatakan bahwa orang-orang yang menghadiri kamp tersebut adalah para sukrelawan, namun pada tingkat lokal pejabat yang bersangkutan lebih sering menggambarkan hal tersebut sebagai pusat penahanan untuk orang – orang yang dianggap melakukan pelanggaran ringan atau orang yang mungkin menghadapi kejamnya kekerasan sistem penjara.
Kelompok hak asasi manusia dan akademisi mengatakan ada indikasi dalam beberapa bulan terakhir bahwa pemerintah mulai meredakan sistem kamp, sementara pada saat yang sama meningkatkan bentuk penindasan lainnya.
Dr Darren Byler, seorang pakar Uighur dan masalah-masalah minoritas lainnya di Xinjiang, mengatakan ia merasa laporan media baru-baru ini telah menekan pemerintah untuk memaksa mereka mengatakan telah membongkar kamp.
“Perasaan saya adalah bahwa kebocoran dokumen ini telah mendorong pernyataan-pernyataan semacam ini dari pemerintah serta intensifikasi bentuk-bentuk lain dari penolakan dan misinformasi,” katanya.
Jika ada kelulusan massal di seluruh provinsi, itu tidak akan menghasilkan perubahan substansial bagi sebagian besar orang yang berada di kamp tersebut, kata Dr Byler, seorang dosen di University of Washington.
“Hak dan kebebasan mereka masih direnggut, seperti sebelumnya,” katanya. “Mereka yang dipindahkan ke pabrik juga masih dalam keterpaksaan yang kuat berdasarkan semua bukti yang terverifikasi yang telah saya lihat. Banyak yang lainnya juga telah dipindahkan ke penjara.”
Laporan pemerintah menunjukkan bahwa, selain mereka yang ditahan di kamp, ratusan ribu orang telah dikirim ke penjara di Xinjiang dalam tiga tahun terakhir ini, dengan tingkat hukuman di beberapa bagian provinsi hingga 20 kali lipat dari rata-rata nasional.
Pengawasan dan Indoktrinasi
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa strategi jangka panjang pemerintah provinsi adalah untuk menempatkan sebagian besar populasi minoritas Muslim dalam pekerjaan tertentu di pabrik, di mana pengawasan dan indoktrinasi dapat tetap dilanjutkan. Menolak pekerjaan yang ditugaskan pemerintah tanpa alasan yang memadai adalah salah satu dari 75 tanda-tanda ekstremisme yang tertulis dalam daftar resmi pemerintah, dan “harus tidak boleh ada perlawanan”.
Seorang warga Uighur yang sekarang tinggal di luar Tiongkok mengatakan dia tidak begitu yakin dengan laporan-laporan mengenai ditutupnya kamp tersebut karena banyak orang masih hilang dari desanya.
“Jika mereka sudah lulus dan sekarang sudah berakhir, lalu di mana semua orang yang hilang? Kita perlu mengetahui kabar dari mereka. Begitu banyak orang yang saya kenal masih merindukan keluarga dan teman mereka, ”katanya. “Kami tidak tahu apakah mereka ada di kamp atau di pabrik atau di mana.”
Di luar Kashgar, Pusat Pelatihan Kejuruan di wilayah Shule juga kosong ketika The Irish Times berkunjung pada hari Sabtu. Pada kunjungan sebelumnya pada bulan Juli, ada ratusan orang di fasilitas tersebut dan direktur Mamat Eli mengatakan dia mengharapkan beberapa dari mereka untuk tinggal setidaknya dua atau tiga tahun lagi.
Banyak yang “terinfeksi pemikiran radikal”, katanya kemudian, dan mungkin butuh bertahun-tahun untuk merawat dan melatihnya agar terbebas dari pemikiran tersebut.
“Ada sekitar 1,8 juta warga Uighur dan etnis minoritas lainnya yang telah dikirim ke kamp dalam tiga tahun terakhir.”
Dan sekarang semuanya berdiri terdiam. Bendera Tiongkok di halaman telah diturunkan bersamaan dengan nama fasilitas dan papan-papan propaganda. Bangunan-bangunan, beberapa di antaranya baru selesai dalam setahun terakhir – semuanya terkunci. Dalam dinginnya udara, seorang wanita tua menyapu daun-daun di hamparan lantai semen, tempat bagi ratusan orang yang baru-baru ini melakukan latihan olah raga dan koreografi setiap hari.
Seorang pejabat daerah membantah bahwa keputusan untuk menutup fasilitas ini adalah perubahan kebijakan yang mendadak.
1,000 fasilitas.
“Saya pikir mereka semua telah lulus. Tidak ada lagi kebutuhan bagi mereka,” kata Tn. Li, seorang pejabat di wilayah Shule. “akan tetapi suatu saat Pemerintah mungkin akan membuka kembali dan orang-orang akan datang secara sukarela jika memang ada warga yang ingin belajar keterampilan untuk masa depan mereka.”
Pemerintah tidak pernah mengatakan berapa fasilitas yang telah dibuka, atau berapa orang yang telah dikirim kedalamnya, yang dikatakan hanya situasi nya itu “dinamis dan cair”.
Beberapa perkiraan menyatakan bahwa kemungkinan ada 1.000 atau lebih fasilitas yang tersebar di penjuru provinsi yang luasnya 1,2 juta sq / km, yang berbatasan dengan delapan negara.
Peneliti Jerman Adrian Zenz memperkirakan ada sekitar 1,8 juta Uighur dan etnis minoritas lainnya yang telah dikirim ke kamp dalam tiga tahun terakhir. Seorang juru bicara pemerintah daerah Kashgar mengatakan: “Saya tidak tahu berapa banyak ‘pusat pelatihan kejuruan’ di wilayah Kashgar, tetapi yang saya tahu itu baru saja ditutup. Itu semua ditutup sekarang. Saya yakinkan Anda bahwa. . . Itu berlaku sama untuk seluruh provinsi [Xinjiang], saya pikir. ”
Saat ini tidak ada verifikasi independen atas klaim pemerintah tersebut.
Selama kunjungan ke wilayah tersebut, otoritas pemerintah setempat telah mengeluarkan beberapa mantan tahanan dari kamp-kamp lokal yang, tetap dalam pengawasan ketat, semuanya menceritakan kepada The Irish Times kisah yang terlalu mirip.
Mereka telah terinfeksi dengan pemikiran ekstrimis radikal, kata mereka semua; mereka direhabilitasi di kamp-kamp; mereka sekarang keluar dan memiliki pekerjaan berkat pemerintah; dan kehidupan mereka semua jauh lebih baik sehingga mereka seharusnya berterima kasih kepada partai (red.PKC).
“Saya perlahan dididik. Begitu juga semua orang. Tidak ada masalah sekarang, “kata seorang pelayan berusia 32 tahun. “Kita semua sudah lulus. Kita bebas.”
Penerjemah: Danu Rifa’i
Sumber : TheIrishTimes, jurnalislam.com