Dituding Tindas Muslim Uighur, Ini Sikap Resmi China ke Ozil

Ridhmedia
17/12/19, 05:40 WIB
RIDHMEDIA - Pemerintah China mengundang pemain klub sepak bola Arsenal Mesut Ozil untuk menyambangi negeri panda itu pada Senin (16/12/2019).

Pernyataan itu disampaikan China setelah negara itu mengecam Ozil karena memposting tentang isu penganiayaan China terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah barat China.

"Saya tidak tahu apakah Tuan Ozil sendiri sudah pergi ke Xinjiang. Tetapi tampaknya ia telah ditipu oleh berita palsu, dan bahwa penilaiannya dipengaruhi oleh pernyataan yang tidak benar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang.

"Jika Tuan Ozil memiliki kesempatan, kami akan senang melihatnya pergi ke Xinjiang dan melihat-lihat," lanjutnya, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Selama dia memiliki akal sehat, dapat membuat perbedaan yang jelas antara benar dan salah, dan menegakkan prinsip-prinsip objektivitas dan keadilan, dia akan melihat Xinjiang yang berbeda."

Ozil adalah warga negara Jerman asal Turki . Sebelumnya di akhir pekan lalu, ia memposting komentar di media sosial yang menyebutkan bahwa Muslim Uighur sebagai "pejuang yang menentang persekusi".

"(Di China) Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah teologi Islam-madrasah dilarang, cendikiawan dibunuh satu per satu. Terlepas dari itu semua, Muslim tetap diam," tulis pemain Timnas Jerman itu di Twitternya @MesutOzil1088.

Akibat hal itu, Ozil tidak hanya mendapat kecaman dari China, negara itu sampai membatalkan siaran pertandingan Liga Premier Arsenal melawan Manchester City. Siaran tersebut seharusnya ditayangkan televisi China CCTV.

Media pemerintah China Global Times menulis dalam Twitternya, kekecewaan pemerintah dan penggemar menjadi alasan kenapa pertandingan sepak bola itu batal tayang. Global Times juga telah memperingatkan Arsenal bahwa kritik keras pemainnya Mesut Ozil bisa berdampak serius pada klub tersebut.

"Ozil telah menghancurkan citranya di hadapan penggemar China dan ini akan berdampak serius pada Arsenal," tegas media yang didukung Partai Komunis itu.

China telah lama menghadapi kecaman internasional karena mendirikan jaringan besar kamp-kamp penahanan kaum minoritas Muslim di Xinjiang. Para kritikus berpendapat kamp-kamp ini bertujuan untuk menghomogenkan penduduk Uighur untuk mencerminkan budaya Han mayoritas China.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli mengatakan lebih dari satu juta warga Uighur dan orang-orang dari etnis minoritas Muslim lainnya telah dikirim ke kamp-kamp di wilayah yang dikontrol dengan ketat tersebut.

Namun, China telah berulang kali membantah tempat itu dijadikan tempat penahanan. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu menyebut tempat itu sebagai fasilitas pusat pendidikan kejuruan di mana peserta pelatihan mempelajari keterampilan kerja dan bahasa Mandarin untuk menjauhkan mereka dari ekstremisme.
[cnbc]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+