RIDHMEDIA - Ketua Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Lampung Nizwar Affandi mengingatkan mantan anggota DPR dari Fraksi PDIP Henry Yosodiningrat.
"Pak Henry Yoso, orang Lampung bukan orang barbar yang gampang membacok orang lain apalagi hanya untuk bela membela tokoh dalam urusan politik," kata Nizwar Affandi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (9/12).
Bareskrim Polri menolak laporan Henry Yoso yang hendak melaporkan pengamat politik Rocky Gerung karena dianggap menghina Presiden Jokowi. Rocky dianggap menghina Presiden karena menyebut Jokowi tidak paham Pancasila.
Dia mengaku kecewa kepada Bareskrim karena menolak laporannya apalagi telah menunggu lebih dari 4 jam. Polisi beralasan, Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) itu belum mendapat kuasa dari Jokowi sebagai pihak yang merasa dirugikan.
Henry Yoso menyebutkan, sebagai mantan anggoat Komisi III DPR dan berasal dari Lampung, dia mengaku kecewa atas sikap Rocky yang diangkap menghina Jokowi. Kata advokad senior ini, 60 persen masyarakat Lampung merupakan pemilih Jokowi.
"Saya khawatir Rocky Gerung dibacok sama orang Lampung. Karena apa? Rakyat Lampung kecewa sedih pedih melihat Presiden-nya dicaci maki, dikatakan tidak paham Pancasila. Dia pasti akan besar kepala dengan peristiwa ini. Dan dia akan mengulangi ini lagi akan menghina Presiden," kata Henry Yoso kepada wartawan di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Senin sore.
Nizwar Affandi menyayangkan omongan Henry Yoso tersebut.
"Sebagai putra daerah, apa iya Pak Henry nggak tahu karakter genuine-nya orang Lampung? Orang Lampung selama berabad-abad sudah memiliki mekanisme resolusi konflik yang elegan baik dalam skala massal maupun individual," ucapnya.
Dan kalau merujuk hasil Pilpres 2014 dan 2019, Nizwar Affandi berkeyakinan ancaman yang disampaikan Henry Yoso itu halusinasi, karena orang Lampung genetis alias Boemi Poetra mayoritas preferensi pilihannya tidak ke Jokowi.
"Tanpa saudara-saudara transmigran sepertinya hampir mustahil Jokowi bisa menang dalam dua kali Pilpres di Lampung," imbuhnya.
Terakhir, Nizwar Affandi menyarankan agar Henry Yoso belajar lagi tentang anatomi budaya dan sosiologi orang Lampung, baru membuat pernyataan ke media.
[rmol]
"Pak Henry Yoso, orang Lampung bukan orang barbar yang gampang membacok orang lain apalagi hanya untuk bela membela tokoh dalam urusan politik," kata Nizwar Affandi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (9/12).
Bareskrim Polri menolak laporan Henry Yoso yang hendak melaporkan pengamat politik Rocky Gerung karena dianggap menghina Presiden Jokowi. Rocky dianggap menghina Presiden karena menyebut Jokowi tidak paham Pancasila.
Dia mengaku kecewa kepada Bareskrim karena menolak laporannya apalagi telah menunggu lebih dari 4 jam. Polisi beralasan, Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) itu belum mendapat kuasa dari Jokowi sebagai pihak yang merasa dirugikan.
Henry Yoso menyebutkan, sebagai mantan anggoat Komisi III DPR dan berasal dari Lampung, dia mengaku kecewa atas sikap Rocky yang diangkap menghina Jokowi. Kata advokad senior ini, 60 persen masyarakat Lampung merupakan pemilih Jokowi.
"Saya khawatir Rocky Gerung dibacok sama orang Lampung. Karena apa? Rakyat Lampung kecewa sedih pedih melihat Presiden-nya dicaci maki, dikatakan tidak paham Pancasila. Dia pasti akan besar kepala dengan peristiwa ini. Dan dia akan mengulangi ini lagi akan menghina Presiden," kata Henry Yoso kepada wartawan di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Senin sore.
Nizwar Affandi menyayangkan omongan Henry Yoso tersebut.
"Sebagai putra daerah, apa iya Pak Henry nggak tahu karakter genuine-nya orang Lampung? Orang Lampung selama berabad-abad sudah memiliki mekanisme resolusi konflik yang elegan baik dalam skala massal maupun individual," ucapnya.
Dan kalau merujuk hasil Pilpres 2014 dan 2019, Nizwar Affandi berkeyakinan ancaman yang disampaikan Henry Yoso itu halusinasi, karena orang Lampung genetis alias Boemi Poetra mayoritas preferensi pilihannya tidak ke Jokowi.
"Tanpa saudara-saudara transmigran sepertinya hampir mustahil Jokowi bisa menang dalam dua kali Pilpres di Lampung," imbuhnya.
Terakhir, Nizwar Affandi menyarankan agar Henry Yoso belajar lagi tentang anatomi budaya dan sosiologi orang Lampung, baru membuat pernyataan ke media.
[rmol]