RIDHMEDIA - Sebagian masyarakat umum menganggap malam pergantian tahun Masehi sebagai hari yang istimewa. Sebagian umat Islam di Indonesia biasanya lebih memilih melakukan ibadah seperti shalawat dan berdzikir.
Namun Ketua Umum Majelis Ulama (MUI) Sumatera Barat Buya Gusrizal Gazahar Dt Palimo Basa menyebutkan, umat Islam tak semestinya mengistimewakan malam tahun baru dengan melakukan ibadah sebagai pembenaran. Sebab, tidak ada syariat Islam yang menetapkan malam tersebut istimewa.
“Menjadikan waktu atau hari sebagai suatu yang istimewa tanpa ada alasan syari, tak lebih dari mengikuti ukuran kebahagiaan materi dan kesenangan nafsu,” jelas Buya Gusrizal Gazahar, Rabu (18/12/2019).
Lebih lanjut Buya Gusrizal memaparkan, tidak ada orang yang berhak menetapkan syariat kecuali Alloh SWT seperti yang disebutkan dalam QS Al-Syura ayat 21.
Dengan melakukan berbagai ritual keagamaan pada malam pergantian tahun baru baik secara langsung maupun tak langsung menjadikan malam tersebut istimewa.
“Kalau pun ada sebagian ulama membuat kegiatan tabligh akbar di malam itu, tentu itu bukanlah tujuan akhir tapi hanya alat sementara untuk pengalihan perhatian dari berhura-hura kepada semangat memahami agama,” tukasnya.
Semestinya, umat Islam melakukan kegiatan ibadah setiap hari tanpa menunggu malam pergantian tahun. Buya Gusrizal Gazahar merujuk pada nasihat Imam Hasan Al-Bashriy yang berbunyi, “Wahai anak Adam, engkau hanyalah hari-hari (yang tersusun). Bila satu hari berlalu maka hilang sebagian dari dirimu”.
Kegiatan beribadah, tambah Buya Gusrizal, atau syiar agama yang ditujukan sebagai pembenaran justru mengarah pada tindakan berlebihan atau “takalluf”. Meski demikian, pihaknya menyadari dibutuhkan proses untuk seseorang mengubah kebiasaannya termasuk mengisi malam tahun baru dengan ibadah.
Dalam syariat Islam disebutkan, melakukan hal baik seperti menjalin silaturahmi, bershalawat dan berdzikir bisa dilakukan setiap saat, sehingga tak perlu euforia berlebih menyambut tahun baru.
“Jalanilah malam tahun baru seperti malam biasa. Bagi kawan yang terlanjur ingin merayakannya bersama, niatkanlah untuk tidak mengulanginya di malam pergantian tahun mendatang. Jadilah hamba Allah yang menerima syariat Islam sebagai panduan hidup,” papar Buya Gusrizal. [mc]
Namun Ketua Umum Majelis Ulama (MUI) Sumatera Barat Buya Gusrizal Gazahar Dt Palimo Basa menyebutkan, umat Islam tak semestinya mengistimewakan malam tahun baru dengan melakukan ibadah sebagai pembenaran. Sebab, tidak ada syariat Islam yang menetapkan malam tersebut istimewa.
“Menjadikan waktu atau hari sebagai suatu yang istimewa tanpa ada alasan syari, tak lebih dari mengikuti ukuran kebahagiaan materi dan kesenangan nafsu,” jelas Buya Gusrizal Gazahar, Rabu (18/12/2019).
Lebih lanjut Buya Gusrizal memaparkan, tidak ada orang yang berhak menetapkan syariat kecuali Alloh SWT seperti yang disebutkan dalam QS Al-Syura ayat 21.
Dengan melakukan berbagai ritual keagamaan pada malam pergantian tahun baru baik secara langsung maupun tak langsung menjadikan malam tersebut istimewa.
“Kalau pun ada sebagian ulama membuat kegiatan tabligh akbar di malam itu, tentu itu bukanlah tujuan akhir tapi hanya alat sementara untuk pengalihan perhatian dari berhura-hura kepada semangat memahami agama,” tukasnya.
Semestinya, umat Islam melakukan kegiatan ibadah setiap hari tanpa menunggu malam pergantian tahun. Buya Gusrizal Gazahar merujuk pada nasihat Imam Hasan Al-Bashriy yang berbunyi, “Wahai anak Adam, engkau hanyalah hari-hari (yang tersusun). Bila satu hari berlalu maka hilang sebagian dari dirimu”.
Kegiatan beribadah, tambah Buya Gusrizal, atau syiar agama yang ditujukan sebagai pembenaran justru mengarah pada tindakan berlebihan atau “takalluf”. Meski demikian, pihaknya menyadari dibutuhkan proses untuk seseorang mengubah kebiasaannya termasuk mengisi malam tahun baru dengan ibadah.
Dalam syariat Islam disebutkan, melakukan hal baik seperti menjalin silaturahmi, bershalawat dan berdzikir bisa dilakukan setiap saat, sehingga tak perlu euforia berlebih menyambut tahun baru.
“Jalanilah malam tahun baru seperti malam biasa. Bagi kawan yang terlanjur ingin merayakannya bersama, niatkanlah untuk tidak mengulanginya di malam pergantian tahun mendatang. Jadilah hamba Allah yang menerima syariat Islam sebagai panduan hidup,” papar Buya Gusrizal. [mc]