Mahasiswi Papua: Mengapa Dukung Palestina Merdeka, Tapi Kami Enggak Didengar?

Ridhmedia
04/12/19, 19:32 WIB

RIDHMEDIA - Aktivis dan Pengacara Hak Asasi Manusia Veronica Koman membagikan video orasi mahasiswa Papua yang menyentuh hati melalui Twitter, Rabu (4/12/2019).

Orasi tersebut bergema dalam peringatan kemerdekaan Papua Barat 1 Desember yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa Papua di sekitar Bundaran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Dalam video berdurasi dua menit tujuh detik itu, tampak seorang mahasiswi Papua yang memakai setelah hitam putih berbicara melalui pelantang suara.

Sembari memegang secarik kertas, ia berapi-api membacakan puisi tentang tuntutan referendum Papua.

Dalam narasi unggahan, Veronica Koman menerangkan mahasiswi itu bernama GG asal Tambrauw, sebuah kabupaten di Papua Barat.

Tanpa dikenal pembuka puisi yang dibawakan, mahasiswi Papua itu terdengar menyuarakan protes kepada pemerintah.

"Kenapa munafik dan perlu dukung Palestina merdeka, sedangkan kami Papua enggak pernah didengar? mengapa perlu sibuk selesaikan Rohingnya, sedangkan luka besar pelanggaran HAM di Papua kau cuma tutup dengan otsus," teriak GG yang disambut tepuk tangan oleh massa lainnya.

Dia kemudian melanjutkan puisinya yang menggambarkan perasaan warga Papua. Di mana mereka cuma bisa menyembunyikan penderitaan.

"Kami enggak pernah marah, enggak pernah usir, enggak pernah tolak satu orang pun. Biar timah panas kenai jantung, biar dada kami sampai memar. Kami cuma bisa menangis, menangis enggak bersuara, memang perlu begitu. Karena bahwa bersuara, bukan cuma bapak saja yang mati, bukan cuma mama saja yang diperkosa, tapi saya juga, saya juga mati dan diperkosa," imbuh GG sembari menahan tangis.

GG menutup puisinya dengan menyuarakan kemerdekaan Papua.

"Kita bilang Papua bakal bangkit dan menjadi tuan atas tanahnya sendiri. Itu membuat bukan janji... Papua Merdeka," teriak GG.

Diketahui, selain menyuarakan referendum, massa pun menuntut pembebasan sejumlah tahanan politik yang memperjuangkan pembebesan Papua. Mereka juga meminta pemerintah bertidak tegas mengadili pelaku diskriminasi rasial.[]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+