RIDHMEDIA - Azzam Mujahid Izzulhaq, muslim Indonesia, seorang pengusaha dan aktivis kemanusiaan, pada Desember tahun lalu (2018) dengan biaya sendiri pergi ke Xinjiang untuk mengetahui keadaan sebenarnya muslim Uyghur.
Melalui akun twitternya, Selasa (17/12/2019), Azzam mengungkap kembali kondisi sebenarnya muslim Uyghur di Xinjiang yang sengaja dikaburkan oleh pihak-pihak tertentu:
1. Masyarakat dunia sering dikaburkan dengan kondisi Muslim di China bahwa 'everything is ok' dengan menggambarkan kehidupan etnis Hui Muslim di Provinsi Gansu, Xi'an, Guangzhou dll.
Padahal, yang di-concern-kan adalah etnis Uyghur di Provinsi Xinjiang yang menerima perlakuan 'khusus'.
2. Pengaburan ini selain dilakukan oleh official goverment (pemerintah RRC), juga pihak-pihak yang 'berkepentingan'. Termasuk oknum tokoh dan ormas Islam di negara kita. Alasannya? Ah, sudah sama-sama tahu saya rasa.
3. Analoginya begini: Ada kejadian di Wamena, tapi peninjau datang ke Raja Ampat. Lalu sang peninjau mengatakan aman, damai, kondusif, indah.
Iya sih Raja Ampat itu Papua, tapi Wamena di pegunungan Papua, Raja Ampat di pesisir Papua Barat. Beda wilayah, beda provinsi. Paham?
4. Berikut (video) perlakuan terhadap salah satu rekan dan tim kami di Xinjiang saat mendekati camp (katanya) re-edukasi. Jika tidak ada apa-apa kenapa apa-apa? Jika bersih kenapa risih? Jika benar kenapa kasar?
Bandingkan perlakuan ini dengan pihak-pihak yang 'difasilitasi' (dibiayai RRC) masuk. Jauh.
[Video]
Melalui akun twitternya, Selasa (17/12/2019), Azzam mengungkap kembali kondisi sebenarnya muslim Uyghur di Xinjiang yang sengaja dikaburkan oleh pihak-pihak tertentu:
1. Masyarakat dunia sering dikaburkan dengan kondisi Muslim di China bahwa 'everything is ok' dengan menggambarkan kehidupan etnis Hui Muslim di Provinsi Gansu, Xi'an, Guangzhou dll.
Padahal, yang di-concern-kan adalah etnis Uyghur di Provinsi Xinjiang yang menerima perlakuan 'khusus'.
2. Pengaburan ini selain dilakukan oleh official goverment (pemerintah RRC), juga pihak-pihak yang 'berkepentingan'. Termasuk oknum tokoh dan ormas Islam di negara kita. Alasannya? Ah, sudah sama-sama tahu saya rasa.
3. Analoginya begini: Ada kejadian di Wamena, tapi peninjau datang ke Raja Ampat. Lalu sang peninjau mengatakan aman, damai, kondusif, indah.
Iya sih Raja Ampat itu Papua, tapi Wamena di pegunungan Papua, Raja Ampat di pesisir Papua Barat. Beda wilayah, beda provinsi. Paham?
4. Berikut (video) perlakuan terhadap salah satu rekan dan tim kami di Xinjiang saat mendekati camp (katanya) re-edukasi. Jika tidak ada apa-apa kenapa apa-apa? Jika bersih kenapa risih? Jika benar kenapa kasar?
Bandingkan perlakuan ini dengan pihak-pihak yang 'difasilitasi' (dibiayai RRC) masuk. Jauh.
[Video]
Berikut perlakuan terhadap salah satu rekan dan tim kami di Xinjiang saat mendekati camp (katanya) re-edukasi.— Azzam M Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) December 17, 2019
Jika tidak ada apa-apa kenapa apa-apa? Jika bersih kenapa risih? Jika benar kenapa kasar?
Bandingkan dengan yg 'difasilitasi' masuk. Jauh.#WeStandWithUyghur pic.twitter.com/mwElMXYxSw
[pi]Terimakasih sahabat yg telah turut serta dalam project wakaf Mushaf Al Quran dengan terjemahan bahasa #Uyghur. Yg mau join silakan menghubungi https://t.co/eR6rdXfDyR— Azzam M Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) December 14, 2019
Oh ya, di belakang saya 'it was a masjid'. Sekarang menjadi Grand Bazaar.
Salam dari Xinjiang, China. pic.twitter.com/zVBr2emDV6