‘Resep Ampuh Melenyapkan NU Garis Lurus’

Ridhmedia
16/12/19, 16:55 WIB

Penulis: Muhammad Hasan Abdul Mu’iz 
(Muhibbukum, bagian dari warga NU)

Baru-baru ini nama NU Garis Lurus atau yang biasa disingkat NUGL semakin viral. Utamanya setelah munculnya persoalan Gus Muwaffiq yang bikin heboh itu. Mungkin karena NUGL termasuk yang “pedas” memprotes Gus Muwaffiq.

Ditambah lagi ada oknum yang -entah sengaja atau tidak- mengklasifikasikan bahwa yang protes terhadap Gus Muwaffiq itu berarti komunitas NUGL. Sedangkan NU yang tanpa GL pasti “pro” Gus Muwaffiq. Maka, hal ini juga membuat nama NUGL dipencarian Goegle baru-baru ini semakin sering diklik para peselancar dunia maya.

Hal tersebut menjadi lengkap dengan adanya sebuah FP di FaceBook dengan nama “NU Garis Lurus” -wallahu a’lam apakah itu hanya sekedar pencatutan nama atau bukan- mengunggah foto Gus Muwaffiq bersama keluarga besar salah satu pesantren ternama. Foto itu diambil ketika Gus Muwaffiq sowan ke pondok tersebut terkait dengan pidatonya yang bikin heboh itu. Kemudian di foto tersebut ditulis sebuah status yang dianggap mencemarkan nama baik pondok dimaksud.

Maka disadari atau tidak deretan kejadian di atas membuat nama NUGL semakin ramai diperbincangkan, terutama di medsos. Tentunya, antara yang pro dan yang kontra.

Nahdliyin ada yang menganggap bahwa munculnya NUGL ini bisa menjadi ancaman bagi NU yang tanpa GL. Atau paling tidak bisa menjadi kerikil dalam sepatu untuk NU yang tanpa GL.

Sahabat saya yang tergabung dalam struktur kepengurusan Rijalul Anshor (RA) Bondowoso, sebagai oraganisasi underbow NU, bertanya kepada saya. Dia bertanya kepada saya, mungkin karena saya ditakdir oleh Allah mengemban amanah sebagai Dewan Pakar Rijalul Anshor di Bondowoso. Pertanyaannya demikian, “Menurut panjenengan, kira-kira bagaimana cara melenyapkan NUGL?”.

Pertanyaan teman saya itu, saya jawab demikian, “Caranya gampang. Saya kenal dengan beberapa kiyai yang dianggap oleh nahdliyin sebagai tokoh NUGL. Mereka bereaksi keras terhadap beberapa sikap dan stetmen dari beberapa oknum yang kebetulan tergabung dalam struktural NU, tidak lain dan tidak bukan karena dianggap “bau-bau” Syiah atau Liberal. Maka, jika tokoh-tokoh NU sudah tidak ada lagi yang bersikap dan berstetmen yang “beraroma” Syiah dan Liberal, saya yakin seyakin-yakinnya mereka otomatis bubar jalan sendiri.”

Saya melanjutkan jawaban saya begini, “Saya kenal betul dengan Kiyai Luthfi Bashori, Kiyai Idrus Romli, Kiyai Jakfar Shodiq dan kiyai-kiyai lainnya yang dianggap lokomotif NUGL. Saya berani mempertanggung jawabkan dunia akhirat, bahwa di hati mereka tidak ada sama sekali maksud ingin mengacak-acak NU, apalagi menghancurkan NU.

“Saya yakin haqqul yakin, kiyai-kiyai dan gus-gus yang dianggap sebagai tokoh dan simpatisan NUGL itu bergemuruh keras di dada mereka suara mahabbah qowiyyah wa shodiqoh kepada NU. Apalagi tidak sedikit dari mereka itu merupakan putra-putra atau cucu-cucu para kiyai besar yang punya andil besar dalam perjuangan di Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Bahkan tidak sedikit dari mereka masih aktif dalam struktural NU.”

“Dan memang faktanya -diakui atau tidak- kiyai-kiyai dan gus-gus di komunitas NUGL merupakan komunitas mewakili NU -setidaknya secara kultural- yang paling getol dan kuat di dalam menghantam dan mendebat komunitas Salafi Wahhabi, yang memang menjadi ‘musuh bebuyutan’ NU. Pendek kata, NUGL memiliki andil besar sehingga Wahhabi Salafi di Indonesia ini mati kutu. ”

“Sekalilagi, sesungguhnya yang membuat mereka terkesan “memusuhi” struktural NU yang ada sekarang ini, utamanya yang di pusat, karena mereka geram dengan stetmen-stetmen sebagian oknum pengurus NU yang ada sekarang ini, yang dianggap ‘beraroma’ Syiah ataupun Liberal. Maka, kembali saya garis bawahi, jika nahdliyin, wabilkhusus pengurusnya, betul-betul menjaga sikap dan statemen mereka dari yang ‘beraroma’ Syiah dan Liberal, maka nama NUGL akan hancur lebur dengan sendirinya.”

Demikian jawaban saya kepada kawan saya.

Wallahu A’lamu. (*)
Komentar

Tampilkan

Terkini