RIDHMEDIA - Lebih dari 1.000 demonstran berkumpul di Istanbul, Turki, untuk memprotes perlakuan China terhadap warga etnis muslim Uighur di Xinjiang.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (21/12/2019), para demonstran menyerukan dihentikannya aksi penindasan di wilayah Xinjiang, China bagian barat laut, di mana nyaris 1 juta warga Uighur dan warga minoritas muslim lainnya diyakini ditahan di kamp-kamp re-edukasi.
Demonstran menggelar aksi dari Masjid Fatih di sisi Eropa kota Istanbul menuju ke Alun-alun Beyazit pada Jumat (20/12) waktu setempat. Aksi protes ini digelar oleh Yayasan Pemulihan Kemanusiaan (IHH) di Turki.
Dalam aksi itu, beberapa demonstran membawa bendera 'Turkestan Timur', istilah yang digunakan separatis Uighur untuk menyebut Xinjiang. Bendera itu memiliki latar belakang biru dengan bulan sabit putih.
Di tengah-tengah aksi protes, sejumlah demonstran membakar sebuah bendera China. Beberapa demonstran lainnya membawa poster bertuliskan: "Tutup kamp-kamp konsentrasi."
Tidak banyak pemimpin muslim yang secara terbuka mengkritik perlakuan China terhadap Uighur, dengan pengecualian Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Diketahui bahwa Turki memiliki keterkaitan linguistik dan budaya dengan Uighur. [dtk]
Seperti dilansir AFP, Sabtu (21/12/2019), para demonstran menyerukan dihentikannya aksi penindasan di wilayah Xinjiang, China bagian barat laut, di mana nyaris 1 juta warga Uighur dan warga minoritas muslim lainnya diyakini ditahan di kamp-kamp re-edukasi.
Demonstran menggelar aksi dari Masjid Fatih di sisi Eropa kota Istanbul menuju ke Alun-alun Beyazit pada Jumat (20/12) waktu setempat. Aksi protes ini digelar oleh Yayasan Pemulihan Kemanusiaan (IHH) di Turki.
Dalam aksi itu, beberapa demonstran membawa bendera 'Turkestan Timur', istilah yang digunakan separatis Uighur untuk menyebut Xinjiang. Bendera itu memiliki latar belakang biru dengan bulan sabit putih.
Di tengah-tengah aksi protes, sejumlah demonstran membakar sebuah bendera China. Beberapa demonstran lainnya membawa poster bertuliskan: "Tutup kamp-kamp konsentrasi."
Tidak banyak pemimpin muslim yang secara terbuka mengkritik perlakuan China terhadap Uighur, dengan pengecualian Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Diketahui bahwa Turki memiliki keterkaitan linguistik dan budaya dengan Uighur. [dtk]