PEMBERITAAN Wall Street Journal memojokkan Ormas Islam Indonesia yakni tiga organisasi MUI, NU dan Muhammadiyah.
Diberitakan Ormas Islam telah mendapat fasilitas dan "rayuan" Pemerintah China dalam kasus pelanggaran HAM atas masyarakat Uighur di Xinjiang.
Muhammadiyah telah melakukan klarifikasi, bantahan, dan menunjukkan sikap tegasnya.
Melalui konperensi pers di Jakarta, Muhammadiyah menegaskan bahwa apa yang diberitakan media asing itu adalah fitnah dan tidak berdasarkan pada fakta yang sebenarnya, karenanya Wall street Journal diminta untuk meralat pemberitaan dan meminta maaf.
Jika tuntutan ini tidak dipenuhi maka Muhammadiyah akan melakukan "langkah-langkah hukum sebagaimana mestinya".
Ditambah berbagai desakan baik kepada Pemerintah Indonesia agar lebih aktif membantu menghentikan pelanggaran HAM Pemerintah Tiongkok atas masyarakat Uighur di Xinjiang, kepada OKI, kepada PBB, dan tentu saja kepada Penerintah Tiongkok sendiri sebagai pihak yang melakukan kezaliman.
Terhadap Pemerintah Tiongkok Muhammadiyah mendesak sekurangnya empat hal. Pertama, lebih terbuka memberi informasi dan akses kepada masyarakat internasional.
Kedua, menghentikan pelanggaran HAM. Ketiga, melakukan penyelesaian damai dan dialog dengan tokoh Uighur. Dan keempat, memberi kebebasan beribadah dan untuk memelihara identitas.
"Ultimatum" pada WSJ adalah upaya strategis agar media ini tidak dijadikan alat kepentingan Amerika yang sedang berseteru dengan China maupun kepentingan China sendiri yang sedang menunjukkan kemampuannya dalam mempengaruhi kekuatan dunia, termasuk Ormas Islam di Indonesia.
WSJ harus bertanggungjawab atas fitnah yang dilakukan kepada Muhammadiyah.
Pemerintah China atau Tiongkok memang licik. Paham komunis yang dianut negaranya membenarkan utuk melakukan penyesatan opini dan tipu daya politik. Membohongi dunia dengan imajinasi. Indoktrinasi dibingkai dengan pendidikan vokasi, cuci otak disebut re-edukasi, serta deradikalisasi sebagai kamuflase dari deislamisasi.
Musuh dari rezim Komunis adalah agama. Masyarakat Muslim Uighur harus dibuat hancur lebur.
RRC atau Tiongkok ini memang sedang merajalela memperluas "koloni" dan hegemoni. Modalnya ekonomi dalam bentuk investasi dan hutang luar negeri.
Banyak Kepala Pemerintah baik Raja atau Presiden yang berhasil ditundukkan dan berada di bawah pengaruh dan kendalinya. Mereka adalah boneka-boneka yang tak berdaya. Penjilat dan pengabdi China.
Kondisi seperti ini akan membawa konsekuensi bahwa RRC atau Tiongkok akan menjadi musuh dunia dan musuh umat Islam. Dunia dan umat wajib untuk melawannya.
M. Rizal Fadillah
Pemerhati sosial dan politik.