Tak Terapkan Bunga Negatif Layaknya Negara Maju, RR: Menkeu Punya Konflik Kepentingan?

Ridhmedia
04/12/19, 03:37 WIB
RIDHMEDIA - Kebijakan pemerintah untuk menerbitkan surat utang dengan bunga (yield) di atas rata-rata atau tinggi masih membuat sebagian pihak geleng-geleng.

Bukan tanpa sebab, kebijakan yang dikeluarkan Menteri Keuangan Sri Mulyani itu justru berbeda dengan kebijakan beberapa negara maju yang justru menerapkan suku bunga negatif guna mengantisipasi ekonomi global yang sedang lesu.

Ekonom Senior Rizal Ramli pun angkat bicara melihat kebijakan Sri Mulyani yang ngotot dengan bunga tingginya, padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang lesu, dan diprediksi akan stuck di 5 persen, bahkan besar kemungkinan turun di angka 4 persen saja.

"Tingkat bunga negatif di 5 negara. Ajaib, kok Indonesia terbitkan surat utang, yield kupon termahal di kawasan (8,3 persen)?" tulis Rizal di akun Twitternya, Selasa (3/12).

Dalam unggahannya, Rizal menjelaskan lima negara yang menerapkan suku bunga negatif, yakni European Central Bank (ECB) di Eropa, Bank of Japan (BOJ) Jepang, Sweden’s Riksbank, The Swiss National Bank, dan Bank sentral Denmark.

Dalam data yang diunggah Eks Menko Perekonomian ini, diketahui suku bunga negatif Eropa di angka -0,5 persen, Jepang -0,1 persen, Swedia -0,25 persen, lalu Swiss dan Denmark di angka -0,75 persen.

"Kira-kira Menkeu (Sri Mulyani) 'terbalik' cerdas, tidak inovatif, atau ada konflik kepentingan ya?" tutup RR disertai mention kepada Presiden Joko Widodo dan DPR.

Kebijakan suku bunga negatif biasanya diambil oleh bank sentral dengan tujuan supaya bank-bank komersial menyalurkan dananya ke masyarakat, bukannya menyimpan uangnya di bank sentral saja.

Dengan kebijakan ini, bank komersial akan memilih menyalurkan kredit ketimbang menghimpun dana di bank sentral. Pasalnya, bila memaksakan menghimpun dana di bank sentral, suku bunga negatif justru akan mengurangi pendapatan bank-bank komersial, karena bukannya mendapat bunga, simpanan mereka di bank sentral malah akan dipotong.

Dengan demikian, suku bunga negatif diharapkan dapat memacu bank-bank agar menyalurkan uang mereka ke masyarakat lewat kredit.

Dengan penyaluran dana segar ke publik, diharapkan kebijakan suku bunga negatif dapat mendorong tingkat konsumsi publik yang ujungnya akan menggairahkan roda perekonomian yang sedang lesu, alhasil pertumbuhan ekonomi bisa terkatrol naik. [rmol]
Komentar

Tampilkan

Terkini