AS Tembak Mati Petinggi Militer Iran, Perang Teluk Dimulai?

Ridhmedia
03/01/20, 10:46 WIB

Ridhmedia - Tensi geopolitik antara AS dan Iran semakin memanas pasca AS dikabarkan telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya hubungan AS dengan Iran.

Mengutip CNBC International, Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari CNBC International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.

Melansir Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.

Sebelumnya, Soleimani telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.

Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Kamis (2/1/2019) waktu setempat telah mengatakan bahwa pasukan militer AS kini telah berpaling dari merespons serangan Iran ke mengantisipasinya.

"Ada beberapa indikasi di luar sana bahwa mereka mungkin sedang merencanakan serangan tambahan. Itu bukanlah hal yang baru," kata Esper, seperti dilansir dari Bloomberg.

"Jika itu terjadi, maka kita akan bertindak dan ngomong-ngomong, jika kami mendapatkan kabar terkait dengan serangan atau beberapa indikasi, kami akan mengambil langkah preemtif untuk melindungi anggota pasukan militer AS, nyawa masyarakat AS. Permainan telah berubah." [cnbcindonesia.com]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+