Ridhmedia - Di awal tahun 2020, Indonesia tengah diuji oleh musibah banjir yang melanda wilayah Jabodetabek. Banjir yang terjadi kemarin itu telah membuat ribuan orang mengungsi, ratusan rumah terendam dan juga menelan puluhan korban jiwa.
Dalam foto-foto atau video yang tersebar di internet, kita bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana banjir meluluhlantakkan bangunan dan kendaraan. Hanya dalam hitungan sekejap, keadaan yang tadinya aman dan nyaman berubah menjadi kekacauan dan kekhawatiran.
Ribuan orang harus mengungsi, ratusan mobil terseret arus banjir, bangunan-bangunan banyak yang terendam dan bahkan hancur. Dalam kondisi ini, kebanyakan orang pasti menganggap ini adalah malapetaka yang mengerikan. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa musibah seperti ini harus menimpa kita?
Jangan salahkan pemerintah, alam atau bahkan Sang Pencipta, salahkan dulu diri sendiri. Bencana yang terjadi kemarin itu sebenarnya peringatan dari Allah jika kalian peka.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan, harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabat. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah ayat 155-156).
“Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra’, ayat 16).
Dari kedua ayat di atas, kita bisa mengetahui kalau bencana adalah ujian sekaligus peringatan, ujian bagi orang-orang bertaqwa dan peringatan bagi orang-orang yang lalai.
Ketika suatu negeri banyak dihuni oleh orang yang suka hidup bermewah-mewahan tapi lupa pada kewajibannya, dan lebih suka bermaksiat, maka Allah berhak menurunkan musibah kepada mereka sebagai peringatan agar segera kembali kepada-Nya.
Banjir yang kemarin adalah contoh dimana semua harta yang kita cari mati-matian bisa hilang hanya dalam sekejap saja. Orang yang suka mengumpulkan harta tapi enggan bersedekah, hatinya akan risau dan gelisah ketika semua hartanya hilang ditelan bencana.
Sementara orang yang beriman akan menganggap musibah ini sebagai ujian dan dalam hatinya dia ikhlas menerima semua takdir yang menimpanya.
Seberapa banyak harta yang kita kumpulkan, seberapa kokoh rumah milik, seberapa kerennya mobil yang kita punya, semuanya tidak ada apa-apanya jika harus berhadapan dengan alam.
Dan ingatlah, alam tidak akan menghancurkan kita jika kita tidak menghancurkan alam. Tapi jika kita merusak alam, maka alam pun akan merusak kita berkali-kali lipat. [wmc]