Ridhmedia - Pendapatan negara di sektor pajak ini memang selalu menjadi batu sandungan bagi pemerintahan periode tertentu yang sedang berkuasa di Indonesia.
Bagaimana tidak, disetiap tahun anggaran baru, tidak pernah angka penerimaan pajak mencapai atau melebih 100 persen dari target. Yang ada justru penurunan penerimaan pajak cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Di era Presiden Joko Widodo, sebagaimana data yang dihimpun Kantor Berita Politik RMOL hingga pukul 10.30 WIB, Selasa (31/12), pendapatan negara dari pajak hanya mencapai Rp 1.310,04 atau 83,04 persen dari target Rp 1.577,6, atau masih kurang Rp 267 triliun.
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, penerimaan pajak yang merosot disebabkan asumsi makro pemerintahan Jokowi salah kaprah.
Tauhid menjelaskan, Ramalan pemerintah tentang pertumbuhan pajak yang meleset, diiringi dengan kekeliruan dalam memprediksi pertumbuhan sektor industri manufaktur.
Padahal, ketepatan dalam memprediksi pertumbuhan industri manufaktur sangatlah mempengaruhi besaran atau jumlah penerimaan pajak disuatu negara.
"Maka sebenarnya itu tidak disadari pemerintah bahwa pertumbuhan industri yang berada dibawah 5 persen akan menjadi cerminan bahwa penerimaan pajak akan jauh lebih sulit," tutur Tauhid.
Berikut ini data perolehan penerimaan pajak sejak 2009 hingga 2019 dibawah ini:
2009: Realisasi Rp 545 triliun atau 94,5 persen dari target Rp 577 triliun. Tekor Rp 32 triliun.
2010: Realisasi Rp 628 triliun atau 94,9 persen dari target Rp 662 triliun. Tekor Rp 34 triliun.
2011: Realisasi Rp 743 triliun atau 97,3 persen dari target Rp 764 triliun. Tekor Rp 21 triliun.
2012: Realisasi Rp 836 triliun atau 94,5 persen dari target Rp 885 triliun. Tekor Rp 49 triliun.
2013: Realisasi Rp 921 triliun atau 92,6 persen dari target Rp 995 triliun. Tekor Rp 74 triliun.
2014: Realisasi Rp 985 triliun atau 91,9 persen dari target Rp 1.072 triliun. Tekor Rp 87 triliun.
2015: Realisasi Rp 1.055 triliun atau 81,5 persen dari target Rp1.294 triliun. Tekor Rp239 triliun.
2016: Realisasi Rp 1.283 triliun atau 83,4 persen dari target Rp1.539 triliun. Tekor Rp 256 triliun.
2017: Realisasi Rp 1.147 triliun atau 89,4 persen dari target Rp1.283 triliun. Tekor Rp 136 triliun.
2018: Realisasi Rp 1.315,9 triliun atau 92 persen dari target Rp1.424 triliun. Tekor Rp 108 triliun.
2019: Realisasi (per pukul 10.30 WIB, Selasa (31/12) Rp 1.310,04 triliun atau 83,04 persen dari target Rp 1.577,6 triliun. Tekor 267 triliun.(rmol)