Harga Minyak Dunia Naik Pasca-Serangan Iran ke AS, Luhut Pandjaitan: Jangan Terlalu Heboh

Ridhmedia
09/01/20, 05:14 WIB

Ridhmedia - Menteri Koordinator Bidang kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, mengakui eskalasi ketegangan yang terus meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan Iran memang akan berdampak pada Indonesia.

Ia tidak memungkiri bahwa peristiwa ini akan berdampak negatif pada harga minyak dunia dan berimbas pada harga bahan bakar minyak (BBM) di tanah air.

"Kita lihat saja (perkembangannya), iya pasti naik (harga minyak)," ujar Luhut, saat ditemui di kantornya, Kompleks Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2020).

Namun demikian, menurutnya, hal ini tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan.

Karena situasi politik yang akan berdampak pada ekonomi seperti itu memang kerap terjadi.

"Enggak apa-apa, mereka itu hidup kan ada naik turun, jangan terlalu heboh," kata Luhut.

Perlu diketahui, eskalasi ketegangan antara AS-Iran meningkat pasca AS melakukan serangan drone ke wilayah Irak.

Tepatnya di luar Bandara Internasional Baghdad yang menewaskan Jenderal pasukan elite 'Quds' Iran Qassem Soleimani pada Jumat lalu.

Peristiwa ini pun membuat Iran berduka dan marah, negara ini bersumpah akan melakukan balas dendam ke AS.

Kemudian pada Rabu dini hari waktu Iran, Iran pun akhirnya meluncurkan rudal balistiknya yang menargetkan dua pangkalas AS di Irak sebagai tanda ancaman kepada AS.

Diserang, Presiden AS Donald Trump akhirnya menyerukan bahwa AS pun akan melakukan serangan balasan terhadap negara Timur Tengah tersebut.

Reaksi Para Pemimpin Eropa

Para pemimpin Eropa merasa lega setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengindahkan permintaan publik dunia untuk tidak meneruskan konfliknya dengan Iran.

Trump juga diketahui menyatakan untuk tidak menanggapi serangan rudal Iran terhadap dua pangkalan udara AS di Irak secara militer.

Dikutip dari TheGuardian.com, Rabu (9/1/2020) waktu Amerika Serikat, para pemimpin Eropa mendesak agar jeda untuk memungkinkan de-eskalasi antara AS dan Iran bisa kembali dimulai melalui sebuah dialog atau pembicaraan.

Seruan untuk perdamaian antara kedua belah pihak juga dibantu dengan tidak adanya korban Amerika.

Baik karena nasib baik ataupun keputusan yang disengaja oleh militer Iran, untuk tidak mengarahkan ke-22 rudalnya ke area vital yang ada di pangkalan udara Irbil dan Al Asad, di mana pasukan AS lebih rentan terdampak.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menilai momen ini merupakan saat yang tepat untuk memulai upaya mediasi lebih lanjut bagi AS-Iran.

Dia sebelumnya menekan Trump untuk mencabut sanksi sementara untuk membuka jalan menuju perundingan.

Tetapi sikap presiden AS hanya berfokus pada manfaat politik potensial dari pembunuhan Jenderal Qassem Suleimani, yang dia lihat sebagai teroris terkemuka di dunia.

Sebagian besar analis percaya, Iran masih akan menafsirkan kejadian pekan lalu sebagai langkah untuk mengusir AS dari Irak dan akhirnya wilayah Timur Tengah.

Seorang pakar Inggris mengatakan, "Iran berpikir kampanye bukanlah episode tunggal."

"Ini merupakan respons asal yang sudah dikalibrasi, sehingga tidak cukup eskalasi untuk mengirim rudal Tomahawk AS ke Teheran, hasil yang ingin mereka hindari.”

Tak hanya itu, kelegaan para pemimpin Eropa juga dibawa Ayatollah Ali Khamenei, yang dalam pidatonya tidak membahas tindakan militer lebih lanjut.

Dia, yang menjadi juru bicara militer Iran hanya mengancam akan ada tindakan militer lanjutan apabila pihak AS membalas serangan rudal balistik yang terjadi Selasa pagi waktu setempat.

Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran, menegaskan bahwa serangan di Teheran adalah proporsional dan telah menyimpulkan sangat penting dalam membujuk Trump, bahwa ia dapat menyatakan Iran sedang mundur dari konflik.

Lebih lanjut, Pengawal Revolusi juga memberi tahu orang Iran bahwa sebanyak 80 orang Amerika Serikat terbunuh dalam serangan rudal balistik itu, menambah kesan bahwa Teheran tidak ingin melakukan serangan lebih lanjut.

Namun demikian, para pemimpin Eropa masih memohon kepada Donald Trump untuk menghentikan segala konflik yang dapat memicu lahirnya perang.

Pasalnya, beberapa jam setelah serangan Iran ke pangkalan udara AS, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, mengutuk serangan rudal itu.

Akan tetapi, ia juga menambahkan bahwa perang di Timur Tengah hanya akan bermanfaat bagi Negara Islam. [tnc]
Komentar

Tampilkan

Terkini