RIDHMEDIA - Petinggi Sunda Empire Rangga Sasana alias HRH Rangga menyoroti Presiden Jokowi dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Ia menilai keduanya jangan memandang negatif mengenai keberadaan Sunda Empire.
Rangga mengingatkan Ridwan Kamil tidak bisa sembarangan mengenai Sunda Empire. Mengingat, beberapa waktu lalu, orang nomor satu di Jabar itu menyebut keberadaan Sunda Empire karena banyak orang stres.
"Saya juga sudah peringatkan dari awal Ridwan Kamil, kalau tidak paham Sunda Empire jangan jadi Gubernur di Jawa Barat, karena Jabar itu pusat dari tatanan Sunda," ucap Rangga kepada detikcom saat dihubungi, Sabtu (25/1/2020).
Sorotan ini juga dialamatkan kepada Jokowi sebagai kepala negara. Pria yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Sunda Empire mengingatkan pejabat daerah hingga kepala negara tidak berbicara sembarangan.
"Saya mengingatkan kepada pemerintah Indonesia dari RT sampai Presiden, termasuk DPR dan MPR untuk tidak memberikan komentar sembrono, karena Sunda Empire ini adalah pemiliknya internasional punya, seluruh tatanan dunia ini Sunda land ini milik tatanan dunia. Kami bertanggung jawab atas proses ini, karena saya pewaris dinasti Pajajaran Siliwangi," tutur Rangga.
Rangga berdalih ketidakpekaan Indonesia terhadap eksistensi Sunda Empire akan memicu kemarahan Internasional. "Saya khawatirkan jika memberikan komentar sembrono, maka kepercayaan internasional akan melakukan tindakan. Mosi kepercayaan internasional tidak percaya, ya kira-kira seperti embargo, pasukan kita dari tentara internasional itu turun tangan semuanya, dalam hal ini armada siap diturunkan," tutur Rangga.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil angkat bicara soal kelompok Sunda Empire. Keberadaan Sunda Empire tengah ditelusuri oleh polisi.
Ya, lagi diteliti oleh Polda," kata Kang Emil, sapaan akrabnya, saat ditemui di kantor BPK Jabar, Jalan Mohamad Toha, Kota Bandung, Jumat (17/1).
Kang Emil prihatin banyaknya kasus atau kemunculan kelompok semacam itu. Ironisnya banyak warga yang tertarik dan ikut bergabung dalam organisasi yang tidak jelas.
"Ini banyak orang stres di republik ini. Banyak menciptakan ilusi-ilusi yang sering kali romantisme-romantisme sejarah ini, ternyata ada orang yang percaya juga jadi pengikutnya," tutur Emil.(dtk)