Said Aqil Siroj: Ada Kepentingan Politik Diajak, Selesai Ditinggal

Ridhmedia
03/01/20, 07:55 WIB

Ridhmedia - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan persoalan kebangsaan yang belum selesai hingga saat ini adalah kesenjangan ekonomi. Menurut dia, rakyat sudah dilecehkan dan menjadi korban dari masalah ketimpangan ekonomi.

"(Persoalan) yang belum (selesai) adalah toleransi di bidang ekonomi, harmonis di bidang ekonomi. Di kita sudah jadi korban, kita sudah ditinggal, kita selalu dilecehkan. Ketika ada kepentingan politik, kita diajak. Sudah selesai, kita ditinggal, rakyat ditinggal," kata dia dalam konferensi pers tentang refleksi akhir tahun 2019 di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (2/1).

Kiai Said menambahkan, implementasi terhadap sila kelima Pancasila masih jauh dari apa yang telah dicita-citakan. Sementara untuk persoalan toleransi, dia mengatakan, bagi NU itu sudah selesai. "Masalah toleransi antaragama itu sudah selesai, kami sudah toleran, kami loh ya, NU. Sudah paham semua dari pengurus pusat sampai ranting,” ujarnya.

Bahkan, Kiai Said menyatakan, NU menjadi barisan paling depan dalam mengimplementasi toleransi, kebinekaan, kemanusiaan, dan persatuan. Tapi, sila kelima, yakni, berbicara masalah sosial, kondisi saat ini menurut NU masih jauh dari yang mereka cita-citakan.

PBNU, kata Kiai Said, juga mengingatkan tugas pemerintah adalah mengakselerasi pemerataan distribusi kesejahteraan dan pemerataan kontrol atas sumber-sumber daya ekonomi yang berkeadilan. Dia menambahkan, NU mendorong agar pemerintah fokus menjalankan program pemerataan dan memotong mata rantai ketimpangan.

"NU melihat tujuh dekade pembangunan nasional belum mampu melenyapkan penyakit ketimpangan. Penyakit ini telah diwariskan sejak era kolonial yang menciptakan stratifikasi sosial berdasarkan penguasaan atas kue ekonomi," kata Kiai Said menegaskan.

Kiai Said menyebut bahwa penyakit itu diwariskan turun-temurun setelah Indonesia merdeka. Ini terlihat dari langgengnya oligarki, yaitu penguasaan atas aset ekonomi oleh segelintir orang.

Menanggapi pernyataan Kiai Said tersebut, Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan menyebut bahwa pernyataan itu sangat mungkin ada kaitannya dengan tak diakomodasinya NU dalam kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "Saya rasa tidak hanya terbatas masalah kabinet, tapi bisa saja itu salah satunya," ujar Johan kepada Republika, Kamis (2/1).

Menurut Johan, pernyataan Kiai Said juga berhubungan dengan ekonomi umat. Di mana, ekonomi seharusnya menyejahterakan masyarakat tingkat mana saja. "Prinsipnya implementasi ekonomi Pancasila, perkuat ekonomi menengah ke bawah. Salah satunya, angka kesejahteraan petani," ujar Johan.

Untuk itu, pemerintah sebaiknya juga mendengar curahan hati dari Kiai Said. Menurut Johan, ia adalah perwakilan umat yang dapat menjadi masukan bagi pemangku kekuasaan.

Johan menegaskan, NU adalah salah satu penopang utama pilar kebangsaan yang mengayomi puluhan juta umat di Indonesia. "Sehingga, sangat memahami kondisi sosial, politik, dan ekonomi di lapangan. Dan, kondisi ekonomi umat tentu sangat penting dalam menata kebangsaan kita," katanya menegaskan. N umar mukhtar/nawir arsyad akbar ed: agus raharjo [rol]
Komentar

Tampilkan

Terkini