Ridhmedia - Pertemuan Ihwan Ritonga dengan mantan Gubernur Sumut, Rudolf M Pardede yang berujung dukungan terhadap Wakil Ketua DPRD Medan itu untuk maju dalam Pilkada 2020 terus menjadi perbincangan.
Menurut pengamat sosial dan politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Nirwansyah Putra Panjaitan, pertemuan itu merupakan hal yang wajar.
“Tidak ada yang salah kalau Ihwan berjumpa Rudolf Pardede. Seluruh pihak harus dirangkul. Seluruh agama, suku, kelompok dan kalangan, ya, mesti dijumpai. Sama seperti Bobby, dia juga mesti menjumpai seluruh kalangan,” kata Nirwan kepada Kantor Berita RMOLSumut, Kamis (2/1).
“Plusnya adalah, bila Ihwan berjumpa Rudolf, dia mungkin bisa menggali pengalaman Rudolf berhadapan dengan sentralisasi kekuasaan politik yang begitu kuat di Indonesia,” sambungnya.
Sebab, dalam merebut rekomendasi dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto untuk diusung menjadi kandidat Wali Kota Medan, Ihwan diperkirakan akan bersaing dengan menantu Presiden Joko Widodo, Bobby Nasution.
“Pusat sangat menentukan, dan tampaknya tak peduli dengan aspirasi kader dan pengurus di daerah masing-masing. Ini sebenarnya catatan buruk bagi demokrasi politik berdasar kearifan lokal di Indonesia. Sentralisasi kekuasaan politik begitu kuat,” katanya
“Seperti waktu Rudolf M Pardede yang waktu itu sebagai Ketua DPD PDIP Sumut, harus mengakui pilihan politik Megawati Sukarnoputri kepada Tritamtomo di Pilgubsu 2008 dan kemudian di Pilgubsu 2013,” lanjutnya.
Namun, secara umum, Nirwan melihat jika Ihwan Ritonga lebih unggul daripada Bobby dalam merebut hati Prabowo. Sebab, 2 kali pelaksanaan Pilpres di Medan, Ihwan bersama Gerindra berhasil memenangkan Prabowo.
“Jadi, Ihwan jangan gentar sedikitpun. Dia harus memberi argumentasi yang sangat kuat dan meyakinkan bagi Prabowo di 2024. Jangan lupa juga, dalam dua pentas Pilpres, 2014 dan 2019, Ihwan Ritonga dan kawan-kawannya di Gerindra Medan, berhasil memenangkan Prabowo di Kota Medan. Itu catatan bagus bagi dia ke Prabowo,” demikian Nirwan.(rmol)
