Bruno Metsu Menjadi Mualaf Dikala Melatih Tim Senegal

Ridhmedia
30/11/12, 20:18 WIB

Bruno Lucas Felix Metsu, demikian nama lengkap derma orang tuanya. Namun publik sepak bola dunia lebih mengenalnya dengan Bruno Metsu. Namanya makin mencuat sesudah ia berhasil membawa tim asuhannya, Senegal, masuk perempatfinal Piala Dunia 2002 silam. Keberhasilan membawa tim nasional sepak bola Senegal sampai ke perempatfinal Piala Dunia 2002 dapat dibilang sebagai prestasi terbesar Metsu sepanjang karirnya di dunia sepak bola.

Lebih dari 30 tahun berkarir, Metsu bukanlah pemain dan instruktur terkenal. Ia pernah bermain di klub papan bawah Prancis dan Belgia menyerupai Dunkerqe, Nice, Lille dan Anderlecht. Sejak 1988, ia menangani klub kelas dua Prancis, Beauvais, kemudian Lille, Valenciennes, Sedan, dan Valence. Sebelum menangani Senegal, ia sempat menangani negara kecil Afrika, Guinea, selama enam bulan.

Meski sukses melatih timnas Senegal, bukan berarti Metsu tidak menemui hambatan. Pertama kali tiba d Senegal, menurutnya, sama menyerupai pertama kali menangani klub Sedan. Semua orang menganggapnya sebagai makhluk gila dari luar angkasa. ”Mestinya, sebelum menilai seseorang, beri ia waktu untuk bekerja. Tapi biarlah, toh semua pun kemudian tahu apa yang telah aku perbuat,” katanya.

Namun, nyatanya dalam waktu singkat Metsu berhasil menggaet simpati para pemain dan official tim Senegal. Bukan dengan pendekatan hirarkis dan militeristik, melainkan dengan contoh keterbukaan dan saling menyayangi. Kepada para pemain, berkali-kali ia menegaskan, ”Aku bukan polisi, tapi pelatih. Dan kalian bebas mengekspresikan apa saja.”

Dengan pendekatan itu, Metsu berkeliling ke sejumlah klub papan bawah Prancis, dan berhasil membawa pulang para pemain yang sebelumnya enggan bergabung di tim nasional. Dalam menumbuhkan motivasi, disiplin dan tanggungjawab, ia tidak pernah melepaskan suasana rileks, senda gurau, dan kekeluargaan. Apapun masalah yang dihadapi, selalu dipecahkan bersama.

Filosofi kepelatihan yang ada dalam diri Metsu bahu-membahu kian tumbuh seiring dengan keterpesonaannya terhadap benua Afrika. Pria yang lahir di Coudekerque-Village, Prancis, pada 28 Januari 1954 ini sangat mengagumi budaya Afrika. ”Ada suatu misteri, nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas, persahabatan, sesuatu yang sudha hilang di Eropa,” katanya.

Di Afrika, menurutnya, pintu selalu terbuka. Di Eropa, pemain hanya akan mendatangi instruktur ketika punya masalah. Sementara di Afrika, mereka akan mendatanginya kapan pun, untuk menyaksikan bagaimana sang instruktur bekerja. Pesona Afrika itu sangat menyetuh Metsu. ”Aku ini kulit putih berhati negro,” tukasnya bangga.

Boleh jadi, sentuhan nilai-nilai Afrika ini pula yang membuatnya memeluk Islam pada 24 Maret 2002 silam. Asal tahu saja, lebih dari 90 persen penduduk Senegal ialah pemeluk Islam. Setelah masuk Islam, ia kemudian mengganti namanya dengan Abdul Karim.

Abdul Karim sendiri memang tak pernah mengungkapkan lantaran memeluk Islam. Baginya, agama ialah masalah privasi. Dia tak ingin mengumbar privasinya di depan publik.

Kini, ia hidup tenteram bersama istrinya, seorang wanita Senegal berjulukan Rokhaya Daba Ndiaye. Mereka menikah dengan uang tunai 6 ribu euro sebagai mas kawin.

Rokhaya, bersama isteri para pemain Senegal, selalu setia memberi semangat pada tim nasional setiap kali mereka bertanding. Seperti pada ajang Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang. Tidak menyerupai instruktur tim negara lain yang melarang para pemainnya untuk mengajak serta para istri mereka, Abdul Karim justru menempatkan para istri dari skuad tim nasional Senegal dalam satu hotel yang sama dimana mereka menginap selama perhelatan Piala Dunia 2002.

Usai mengukir prestasi di Piala Dunia 2002, sejumlah klub dan negara berebut meminangnya. Kini ia dipercaya oleh Federasi Sepak Bola Qatar (QFF) untuk melatih tim nasional Qatar sampai 2014 mendatang. Dengan capaian prestasi yang pernah ia torehkan ketika mengarsiteki tim nasional Senegal, tak mengherankan jikalau publik Qatar menaruh harapan besar pada diri Abdul Karim untuk mewujudkan keinginan lolos ke putaran selesai Piala Dunia 2014 di Brasil. (rol)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+