Kisah Seorang Putri Sholihah Yang Menakjubkan

Ridhmedia
12/10/13, 18:13 WIB

Kisah seorang perempuan yang berjulukan 'Abiir yang sedang dilanda penyakit kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke program keluarga mingguan "Buyuut Muthma'innah" (rumah idaman) di Radio Qur'an Arab Saudi, kemudian menuturkan kisahnya yang menciptakan para pendengar tidak kuasa menahan air mata mereka.

Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan di salah satu hari dari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan kemudian (tahun 2011). Berikut ini kisahnya –sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa program DR Adil Alu Abdul Jabbaar- :

Ia yaitu seorang perempuan yang sangat bagus jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya. Hal ini terang dari pembicaraan 'Abiir tatkala bercerita wacana dirinya dalam program Radio Qur'an Saudi "Buyuut Muthma'innah". Ia bertutur wacana dirinya:

"Umurku kini 28 tahun, seorang perempuan yang bagus dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang berjulukan Mayaa'. Kalian telah berbincang-bincang wacana penyakit kanker, maka izinkanlah saya untuk menceritakan kepada kalian wacana kisahku yang menyedihkan….dan bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan, dan usaha keras dalam menghadapinya. Bahkan sampai-sampai saya menangis akhir keluhan rasa sakit dan kepayahan yang saya rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana saya harus menggunakan obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali saya mengkonsumsinya lantaran kawatir dengan efek/dampak jelek yang timbul…akan tetapi saya sabar menghadapinya..meskipun hatiku teriris-iris lantaran gelisah dan rasa takut. Setelah beberapa usang mengkonsumsi obat-obatan kimia tersebut mulailah rambutku berguguran…rambut yang sangat indah yang dikenal oleh orang yang bersahabat maupun yang jauh dariku. Sungguh…rambutku yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu saya kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi penyakit kankerlah yang menggugurkan mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan kedua mataku.

Pada suatu malam datanglah Mayaa' putriku kemudian duduk di sampingku. Ia membawa sedikit manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan sebuah program di salah satu stasiun televisi, kemudian iapun mematikan televisi, kemudian memandang kepadaku dan berkata, "Mama…engkau dalam keadaan baik..??". Aku menjawab, "Iya". Lalu putriku memegang uraian rambutku…ternyata uraian rambut itupun berguguran di tangan putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku ternyata berguguran beberapa helai rambutku di hadapannya. Lalu saya berkata kepada putriku, "Bagaimana menurutmu dengan kondisiku ini wahai Mayaa'..?", iapun menangis. Lalu iapun mengusap air matanya dengan kedua tangannya, seraya berkata, "Waha mama…rambutmu yang gugur ini yaitu amalan-amalan kebaikan", kemudian iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang berguguran tadi dan meletakkannya di secarik tisu. Akupun menangis melihatnya hingga teriris-iris hatiku lantaran tangisanku, kemudian saya memeluknya di dadaku, dan saya berdoa kepada Allah biar menyembuhkan saya dan memanjangkan umurku demi Mayaa' putriku ini, dan biar saya tidak meninggal lantaran penyakitku ini, dan biar Allah menyabarkan saya menahan pedihnya penyakitku ini….

Keeseokan harinya akupun meminta kepada suamiku alat cukur, kemudian akupun mencukur seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui oleh seorangpun, biar saya tidak lagi duka melihat rambutku yang selalu berguguran… di ruang tamu…, di dapur…di daerah duduk…di daerah tidur…di mobil…tidak ada daerah yang selamat dari bergugurnya rambutku.

Setelah itu akupun selalu menggunakan epilog kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku mengeluhkan akan hal itu kemudian melepaskan epilog kepalaku. Iapun terperanjak melihat rambutku yang tercukur habis. Ia berkata, "Mama..kenapa engkau melaksanakan ini ?!, apakah engkau lupa bahwa saya telah berdoa kepada Allah biar menyembuhkanmu, dan biar rambutmu tidak berguguran lagi?!. Tidakkah engkau tahu bahu-membahu Allah akan mengabulkan doaku…Allah akan menjawab permintaanku…!!, Allah tidak menolak permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu mama dalam sujudku biar Allah mengembalikan rambutmu lebih indah lagi dari sebelumnya…lebih banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan saya tidak membeli sarapan pagi di sekolah dengan uang jajanku, saya selalu menyedekahkan uang jajanku untuk para pembantu yang miskin di sekolah, dan saya meminta kepada mereka untuk mendoakanmu. Mama…tidakkah engkau tahu bahu-membahu saya telah meminta kepada sahabatku Manaal biar meminta neneknya yang baik untuk mendoakan kesembuhanmu??. Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia akan segera menyembuhkanmu"

Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air mataku…begitu yakinnya ia…, begitu besar lengan berkuasa dan berani jiwanya…lalu akupun memeluknya sambil menangis…".

Putriku kemudian duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya berdoa biar Allah menyembuhkanku sambil menangis. Ia menoleh kepadaku dan berkata, "Mama..hari ini yaitu hari jum'at, dan ketika ini yaitu waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan saya wacana waktu mustajab ini." Sungguh hatiku teriris-iris melihat perilaku putriku kepadaku... Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak terjaga kecuali ketika saya mendengar lantunan ayat bangku dan surat Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan lembut…aku mencicipi ketentaraman…aku mencicipi kekuatan…aku mencicipi semangat yang lebih banyak. Sudah sering kali saya memintanya untuk membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku kalau saya tidak dapat tidur lantaran rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya untuk membacakan al-Qur'an untukku.

Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-obatan kimia- akupun kembali periksa di rumah sakit. Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa ketika ini saya sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis lantaran saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter murka kepadaku lantaran saya telah mencukur rambutku dan ia mengingatkan saya bahu-membahu saya harus besar lengan berkuasa dan beriman kepada Allah serta yakin bahu-membahu kesembuhan ada di tangan Allah.

Lalu saya kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa' tertawa lantaran kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, "Mama…dokter itu tidak ngerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya". Aku berkata, "Maksudmu?". Ia berkata, "Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya di HP, papa berkata padanya bahu-membahu laba toko bulan ini seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan biar Allah menyembuhkan uminya Mayaa". Akupun menangis mendengar tuturannya…karena laba toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah), dan terkadang lebih dari itu.

Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus membaik, pertama lantaran karunia Allah, kemudian lantaran kuatnya Mayaa putriku yang telah membantuku dalam usaha melawan penyakit kanker yang sangat jelek ini. Ia telah mengingatkan saya kepada Allah dan bahu-membahu kesembuhan di tangan-Nya…sebagaimana saya tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang telah beramal secara rahasia tanpa mengabariku yang merupakan alasannya berkurangnya rasa sakit yang saya rasakan.

Aku berdoa kepada Allah biar menyegerakan kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau perempuan yang terkena penyakit kanker. Sungguh kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak badan kami dan juga jiwa kami…akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas sebelum dan susudahnya"

(Diterjemahkan oleh Firanda Andirja, semoga Allah menyegerakan kesembuhan bagi ukhti 'Abiir) (www.firanda.com)
Komentar

Tampilkan

Terkini