Posisi imam masjid mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Alfaro, alasannya yakni tiga belas tahun yang kemudian ia yakni penganut agama Kristen yang taat, rajin membaca alkitab setiap hari dan tidak pernah absen menghadiri perjumpaan mingguan di gerejanya.
Ketika ditanya wacana perubahan hatinya dan perjalanannya dari seorang penganut Kristen yang taat menjadi seorang Muslim, Alfaro menunjukkan balasan sederhana,”Ini semua yakni kehendak Allah, Islam menjadi pilihan saya dan menjadi hidup saya.”
Alfaro memutuskan masuk Islam pada ketika ia berusia 20 tahun dan masih menjadi siswa sekolah menengah. “Saya membaca kitab suci al-Quran. Saya menemukan kebenaran wacana kisah Yesus Kristus dan kemudian saya masuk Islam,” Alfaro menceritakan perjalanannya menemukan cahaya Islam.
Pada dasarnya, Alfaro memang dikenal sebagai seorang yang berpengaruh beragama. Sejak masa kanak-kanak, Alfaro sudah rajin ke gereja setiap minggu dan membaca alkitab dengan teratur. “Saya melakukannya, sementara belum dewasa lain pada ketika itu tidak punya minat pada agama. Ketika itu, saya tentu saja belum tahu wacana Islam,” ujarnya.
Alfaro mengenal Islam dari tetangganya, seorang Muslim asal Aljazair yang sering ia ajak berbincang-bincang. “Suatu ketika kami sedang berbual dan beliau bilang bahwa semua umat insan yakni keturunan Adam dan Hawa dan kita semua yakni belum dewasa dari Nabi Ibrahim,” kenang Alfaro wacana tetangganya.
“Kala itu, saya tercengang mendengar Muslim dan orang-orang Arab tahu wacana Adam, Hawa dan Ibrahim,” sambung Alfaro.
Perbincangan itu memotivasi Alfaro untuk menggali lebih jauh wacana Islam. Ia jadi sering berkunjung ke perpustakaan dan meminjam terjemahan al-Quran. Terjemahan al-Quran itu ia baca dengan seksama di rumah.
“Saya sudah sering membaca di Gospel bahwa Yesus yakni anak Tuhan dan Tuhan mengirim anaknya ke bumi untuk dibunuh dan disiksa guna membebaskan dosa-dosa manusia. Saya selalu bermasalah dengan hal itu, terutama untuk mempercayai dongeng itu,” kata Alfaro.
Dan jawapan yang ia cari, ditemukannya dalam al-Quran. “Saya pelajari dari al-Quran bahwa Yesus tidak dibunuh atau disalib,” ujar Alfaro.
Kisah Yesus dalam kitab suci al-Quran menyentuh hati Alfaro yang semenjak mengucap dua kalimat syahadat mengubah namanya menjadi Mansour. “Saya eksklusif meyakini bahwa al-Quran yakni kitab suci yang benar yang berasal dari Tuhan. Dan saya eksklusif memutuskan ingin menjadi seorang Muslim,” tukas Alfaro.
Begitulah perjalanan Alfaro atau Mansour menemukan kebenaran dalam Islam. Sampai kesudahannya para pemuka komunitas Muslim di kota Valencia setuju memilihnya menjadi imam masjid Valencia. Alfaro dipilih alasannya yakni dianggap mempunyai kemampuan dan memenuhi syarat-syarat untuk menjadi imam masjid.
“Dia dipilih alasannya yakni pengetahuannya yang luas wacana agama,” kata El-Taher Edda, sekretaris jenderal Islamic League for Dialogue and Coexistence.
Edda juga menegaskan bahwa penunjukkan Alfaro sebagai imam masjid Valencia merupakan pesan yang terang wacana integrasi para mualaf ke dalam masyarakat Muslim.
Jumlah mualaf di Sepanyol terus meningkat beberapa tahun belakangan ini. Menurut laporan media massa lokal, warga Spanyol yang masuk Islam bahkan dari kalangan intelektual, akademisi dan pencetus anti-globalisasi. Saat ini, jumlah warga Muslim di Spanyol diperkirakan sekitar 1.5 juta orang dari 40 juta total penduduk negara itu. Di Sepanyol, menurut undang-undang kebebasan beragama tahun 1967, Islam diakui sebagai agama resmi dan menjadi agama kedua terbesar sehabis agama Kristian. (hz)