Kisah Imam Zahid ; Setiap Ada Orang Niscaya Ada Rezeki Dari Allah Swt

Ridhmedia
13/08/14, 07:59 WIB





Imam Zahid ialah seorang hamba yang dikenal shalih dan takwa. Pada suatu hari setelah dia membaca Al-quran, Imam Zahid termenung. Pikirannya tertuju pada ayat 75-79 surat al An-am yang berkisah ihwal perjuangan Nabi Ibrahin untuk mencapai keyakinan terhadap ketuhanan Allah Swt. Saat ituy, ia mencicipi ada sesuatu yang mengganjal bathinnya. Selama ini, ia tahu Allah Swt. ialah Tuhan Yang Maha Pengasih dan selalu memperlihatkan rezeki kepada siapapun dan dimanapun, baik bagi orang yang beriman ataupun kafir. Selama makhluk itu hidup, rahmat dan karunia-Nya akan tetap mengalir.

Bagi Imam Zahid, pandangan pengetahuan tersebut gres sebatas percaya. Ia belum yakin sepenuhnya terhadap pandangan tersebut. Bermula dari dongeng Nabi Ibrahim as. ia ingin mencari keyakinan sekaligus ingin menandakan bahwa Allah Swt. benar-benar membagikan rezeki dimana pun makhluk itu bertempat tinggal.

Selanjutnya, Imam Zahid mencari tempat yang jauh dari keramaian manusia. Dan, tempat yang dipilihnya ialah gunung. Sesampainya ditempat tujuan, Imam Zahid duduk dimulut gua. Tempat itu persis dengan apa yang ia inginkan, yaitu tempat yang benar-benar sepi dan sepertinya tidak satupun insan yang berada ditempat itu sebelumnya.

Beberapa hari kemudian dugaan Imam Zahid meleset, alasannya ialah dari kejauhan terlihat nampak serombongan kafilah dagang yang melintas ditempat itu dan mendekati tempatnya berada. Rombongan kafilah itu sedang tersesat hingga hingga ketempat dia mengasingkan diri. Mereka merupakan kelompok pedagang yang berkeliling mengarungi padang pasir dengan mengendarai unta. Mereka berdagang dari kota satu ke kota yang lainnya.

Terdengar teriakan pemimpin kafilah itu semoga semuanya berhenti sebentar di depan gua. Sepertinya pemimpin kafilah itu mengetahui
keberadaan Imam Zahid yang duduk membisu di depan gua.

"Wahai tuan, tolong tunjukkan kepada kami jalan ke kota terdekat semoga kafilah kami tidak tersesat," kata pemimpin kafilah itu kepada Imam Zahid,

"Sudah berhari-hari kami berada dikawasan ini dan belum juga menemukan jalan untuk ke kota."

Imam Zahid membisu tidak menjawab. Pandangannya tidak beralih sedikitpun ke pemimpin kafilah. Pandanagannya tetap ke depan, tak menghiraukan keberdaan siapapun disekelilingnya. Sekali lagi pemimpin kafilah itu mengulangi pertanyaannya. Akan tetapi, Imam Zahid tak bergeming. Ia tak menjawab, walaupuin berulang kalinya.

"Sepertinya orang ini sangat kelaparean, sampai-sampai ia tidak besar lengan berkuasa untuk berbicara. Beri ia makan dan minuman," perintah pemimpin kafilah kepada anak buahnya.

Seorang pekerja kafilah itu meletekkan masakan dan minuman di depan Imam Zahid, dan berkata, "Makanlah tuan."

Imam zahid tetap membisu dan tidak bereaksi, meskipun orang itu mengulangi perkataannya. Orang itu mendekatkan masakan ke wajah Imam Zahid.

"Mungkin badannya sangat lemah alasannya ialah menahan lapar yang luar biasa, hingga tidak sanggup memakai tangannya. Mungkin suapkan saja ke mulutnya, barangkali ia gres mau memakannya," usul pemimpin kafilah.

Orang itu melakukan semua yang dikatakan pemimpin kafilah. Namun, verbal Imam Zahid tetap terkunci, tak mau membukanya.

"Buka paksa saja mulutnya, ia mungkin sangat lemah untuk membuka mulutnya sendiri," kata pemimpin kafilah itu.

Orang itu mencoba untuk membuka verbal Imam Zahid, tetapi verbal itu tetap tak mau membuka untuk mengunyah makanan.

"Allahu akbar, pakailah pisau untuk membuka mulutnya!" Perintah pemimpin kafilah.

Ketika salah seorang kafilah membuka bungkusan untuk mengambil pisau, secara tiba-tiba Imam Zahid tertawa keras. Orang-orang yang ada ditempat itu terkejut bukan main.

"Ternyata, kau tidak lemah atau kelaparan, tidak menyerupai yang kami sangka," kata pemimpin kafilah.

"Tidak tuan-tuan," kata Imam zahid, "Aku tidak kelaparan, sebagaimana yang kalian perkirakan. Sebelumnya saya mohon maaf bila merepotkan kalian semua. Ketahuilah tujuanku berda disini dan menyerupai tak nmenghiraukankeberadaan kalian hanyalah untuk mencari tahu dan meyakinkan diri ihwal cara Allah SWt. memperlihatkan rezeki kepada segenap makhluk-Nya. Ternyata ditempat terpencil dan dunyi inipun Allah swt. tetap memperhatikanku dan mengirimkan rezeki-Nya melalui perantaraan kalian. Karena itu dimanapun kita berada niscaya diberikan rezeki oleh allah Swt; Tuhan tidak akan pernah menelantarkan makhluk-Nya."

Pemimpin dan anggota kafilah sanggup memahaminya. Imam zahid dan rombongan kafilah pedagang itupun makan bersama-sama. setelah menyantap makanan, ia dan rombongan kafilah yang tersesat itu pergi menuju ke kota. Kini Imam Zahid telah yakin dan semakin bertambah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.


ULASAN ADMIN

Dari dongeng yang gres saja kita baca diatas dapatlah kita memperlihatkan kesimpulan ringkas bagaimana cara Allah swt memperlihatkan rezeki kepada segenap makhluk. Bahwasannya kita sebagai orang yang beriman dan mempercayai bahwa rezeki itu datangnya dari allah swt. dan bahwasannya dia yang mengurus, memelihara dan memberi rezeki sebagai salah satu belakang layar Allah kepada hamba-Nya.

Tidaklah perlu kita menjadi khawatir atas kondisi kita kini ini yang kalau Anda merasa sempitnya rezeki yang dirasakan. Coba kita renungkan apa yang menjadi duduk kasus sehingga terjadi demikian. Mungkin saja kita telah melupakan Allah swt. atau kita kurang bersyukur atas rezeki yang kita dapatkan serta mungkin saja kita tidak memahami kehendak Allah Swt. sehingga kita berbuat atau meminta menurut impian (hawa nafsu) bukan meminta kepada Allah Swt. menurut kebutuhan kita yang mungkin saja ajakan menurut impian itu telah melampaui batas dari kebutuhan kita yan g sebetulnya telah diatur oleh Allah Swt. Karena sesungguhnya rezeki itu telah diatur oleh Yang Maha Rahim, yaitu Allah swt. dan rezeki itu merupakan belakang layar Allah swt. yang siapapun tak sanggup membuka tabir belakang layar itu. Selagi insan itu tak sanggup memahami dan mempelajari ihwal belakang layar rezeki.

Demikianlah semoga ulasan dan dongeng Imam zahid yang telah menandakan dan tiada kekhawatiran dalam dirinya atas rahmat dan karunia Allah Swt. sehingga dia sanggup meyakini sepenuhnya bahwa Allah Swt ialah Tuhan yang telah memperlihatkan rezeki kepada setiap makhluk menurut kebutuhan bukan menurut impian hawa nafsu.

Semoga bermanfaat.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+