Fatimah Binti Abdul Malik Bin Marwan, Istri Khalifah Yang Bersahaja

Ridhmedia
29/04/16, 15:48 WIB

Mujahidah: Fatimah binti Abdul Malik, Istri Khalifah yang Bersahaja



Beruntung Umar bin Abdul Aziz Al-Umawi menikahi Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, sosok wanita yang nyaris sempurna. Dia cantik, cerdas, keturunan terpandang, kaya raya, serta taat beribadah.

Pasangan ini dikaruniai seorang putra yang diberi nama Abdul Malik bin Umar. Sebagai suami yang bertanggung jawab, Umar berusaha memenuhi impian istri dan anaknya. Namun, Fatimah telah mempunyai harta dan embel-embel yang melimpah sumbangan dari ayahnya.

Kekayaan keluarga ini menjadi ‘masalah’ ketika Umar yang tidak lain cicit Khalifah Umar bin Khathab ini didaulat sebagai pejabat pemerintah. Dia menyadari sebagai khalifah mempunyai beban yang sangat berat, terutama godaan harta.

Karenanya sebelum memegang amanah, ia mengajak Fatimah mengurangi beban hidupnya dengan cara menyerahkan semua harta, berikut embel-embel yang dimiliki Fatimah ke Baitul Mal.

Selanjutnya, Umar mengajukan dua pilihan kepada istrinya. Jika Fatimah oke dengan usulan tersebut, keluarga ini sanggup melanjutkan biduk rumah tangga. Sebaliknya, kata Umar, “Jika kau tidak oke dengan usulan ini, maka kita tidak akan pernah lagi bersama dalam satu rumah.”

Tanpa berpikir panjang, Fatimah menyetujui usulan suaminya. Dia menyadari harta yang melimpah hanya menjadi beban bagi suaminya. Lalu ia mengumpulkan harta, dan perhiasannya untuk diserahkan ke Baitul Mal.

Dia tulus hidup bersama suaminya sebagai pejabat, namun tidak mempunyai harta apa pun. Padahal, ketika itu Umar sebagai khalifah besar memimpin Bani Ummayah yang wilayah kekuasaannya sangat luas.

Suami Fatimah ini dibaiat sebagai khalifah sesudah shalat Jumat tahun 717 M. Menurut riwayat, kebijakan-kebijakan Umar selalu berpihak kepada masyarakat, dan berhasil memulihkan keadaan negara ibarat masa empat khalifah Khulafaur Rasyidin.

Selama menjadi khalifah, honor Umar sangat minim, hanya dua dirham per hari atau 60 dirham per bulan. Sebagai istri, Fatimah tidak pernah protes, apalagi menuntut lebih penghasilan suaminya. Dia tulus dan selalu mendukung suaminya.

Kesederhanaan dan kebijakan Umar menciptakan banyak kalangan menyematkan ‘gelar’ sebagai Khulafaur Rasyidin kelima.

Sayangnya, kepemimpinan khalifah yang saleh, adil dan sederhana ini tidak berlangsung lama. Kurang dari tiga tahun memimpin Bani Umayah, sang khalifah meninggal dunia dibunuh melalui racun yang diberikan pembantunya.

Ketika Umar bin Abdul Azis meninggal, ia tidak meninggalkan harta apa pun untuk Fatimah dan anaknya.

Sepeninggal Umar, estafet Dinasti Ummayah dilanjutkan oleh saudara Fatimah berjulukan Yazid bin Abdul Malik.

Saat itu, Yazid menemui Fatimah untuk mengembalikan harta-harta yang disimpan di Baitul Mal. “Umar telah zalim pada hartamu, kini saya kembalikan kepadamu. Ambillah!” kata Yazid kepada adiknya.

Bendahara Baitul Mal pun pernah menemui istri Umar bin Abdul Aziz, menjelaskan bahwa embel-embel dan harta milik Fatimah masih utuh tersimpan. “Kami menganggap perhiasan-perhiasan itu sebagai barang titipan yang harus dijaga, dan akan kami kembalikan kalau tuan membutuhkan.”

Bendahara Baitul Mal itu akan segera membawa harta embel-embel milik Fatimah, kalau pemiliknya ingin mendapatkan kembali hartanya. Nilai perhiasaan milik Fatimah ketika itu mencapai jutaan dirham. Siapa yang tidak tergiur dengan tawaran-tawaran itu?

Apalagi suaminya meninggal tanpa warisan yang mencukupi. Bukankah harta yang dititipkan ke Baitul Mal yakni embel-embel milik Fatimah dari ayahnya, maupun sumbangan suaminya.

Namun Fatimah menolak semua anjuran itu. “Demi Allah, saya tidak akan mengambilnya kembali. Karena saya patuh kepada suami untuk selamanya. Bukan ketika ia masih hidup saya patuh, kemudian sesudah meninggal berkhianat,” ujar Fatimah.

Yazid takjub dengan sikap saudara perempuannya itu. Lalu ia mengambil kembali harta-harta Fatimah dan membagikan kepada orang-orang yang berhak.

Sikap Fatimah yang kaya bersedekah ini menempatkan namanya sebagai wanita salehah yang taat kepada suami.

Dia juga dicatat sebagai istri pemimpin yang sederhana, dan selalu mendahulukan kepentingan umat.

Andaikan istri para pemimpin dan pejabat mempunyai sifat sederhana ibarat Fatimah, pasti sikap korup dan hidup bermewahan sanggup diminimalkan.

Masa muda Fatimah penuh dengan kesenangan. Dia menyukai sastra, dan mempunyai wawasan sangat luas. Kekayaannya melimpah, alasannya yakni ia putri seorang khalifah besar di masa Bani Ummayah.

Saat itu, kekuasaan yang dipegang ayahnya sangat luas mencakup negeri Syam, Irak, Yaman, Iran, hingga ke arah timur. Kekuasaannya meluas hingga ke Mesir, Sudan, Aljazair, Tunisia hingga Spanyol.

Fatimah mempunyai empat saudara laki-laki yang semuanya menjadi khalifah Islam, yaitu Khalifah Al-Walid, Khalifah Sulaiman, Khalifah Yazid, dan Khalifah Hisyam.

Ketika menikah dengan Umar bin Abdul Aziz, Fatimah dibekali ayahnya banyak perhiasan. Di antaranya anting-anting yang diberi nama anting Mariah sebagai sumber wangsit para penyair dalam menggubah lagu di zaman itu.

Ketika menjadi istri khalifah, bantu-membantu kemewahan dan harta yang dimiliki Fatimah sanggup lebih melimpah lagi. Namun, ia tidak mau memanfaatkan jabatan suaminya. Dia menentukan hidup sederhana daripada menjadi budak nafsu kemewahan dunia.

Dia sadar, harta dan kekayaan bagaikan air garam. Semakin diminum, akan semakin haus, merasa kurang dan kurang terus. Umar pun besar hati terhadap sikap istrinya ini. Jangankan menyuruh suaminya korupsi, uang belanja sehari-hari yang diberikan hanya beberapa dirham selalu dibilang cukup.

Sikap sederhana dan keikhlasan Fatimah menciptakan Umar damai bekerja memimpin pemerintahan. Fatimah yang cerdas selalu mendukung aktivitas kerja suaminya yang selalu memikirkan kesejahteraan umat.

Maksud Umar ketika menyimpan harta dan embel-embel istrinya di Baitul Mal tidak lain untuk kepentingan rakyat. Jika kondisi mendesak, harta-harta tersebut sanggup dijual, kemudian uangnya dipakai untuk keperluan masyarakat miskin.


Source: republika.co.id
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+