Selamat Jalan Pak Habibie…

Ridhmedia
14/09/19, 08:44 WIB

[]  Saya mendapat warta perihal wafatnya Presiden Indonesia Ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie kemarin sore, selepas Maghrib, ketika seorang mitra memperlihatkan instagram Mbak Melanie Subono, cucu keponakan Pak Habibie, yang berisi perihal kabar wafatnya Pak Habibie. Saya kemudian menghubungi sahabat saya, Anne, adik Mas Ruby Staf Pribadi Pak Habibie, via WA. “Iya, benar,” jawabnya pendek. Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun… Akhirnya kabar itu aku teruskan ke redaksi dan kemudian diputuskan untuk breaking news.

Sebenarnya ada banyak kenangan perihal Pak Habibie yang ingin aku tuliskan. Termasuk beberapa hal lucu ketika aku mewawancarai dia dulu. Salah satunya ketika aku mewawancarai Pak Habibie di Sukabumi menjelang Pemilu 1997. Ketika itu aku mewawancarai Pak Habibie seusai program di Pesantren Pulo Air. Saya memang sengaja tiba ke sana sebab ingin mendapat klarifikasi dia perihal situasi politik menjelang pemilu.

Saya semula masih ngobrol dengan Assospol Kassospol ABRI Mayjen Soewarno Adiwidjojo ketika Pak Habibie tiba di lokasi dengan naik Helikopter. Setelah memberikan amanat dan beramah tamah sekitar satu jam, Pak Habibie kemudian bersiap meninggalkan lokasi. Saya kemudian mendekat ketika dia masih duduk santai. Pak Habibie kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan aku ketika itu dengan antusias.

Ternyata, meski aku hanya berharap satu dua kutipan, dia malah menjawab panjang lebar. Sementara ketika itu asisten beliau, Letkol CPM siapa aku lupa, sudah memperlihatkan instruksi bahwa Pak Habibie harus segera cabut sebab dijadwakan untuk bertemu Pak Harto. Maka aku pun sudah menghentikan pertanyaan saya. Justru Pak Habibie yang berkata,” Sebentar, aku harus menjelaskan ini supaya masyarakat tahu,” Beliau kemudian melanjutkan penjelasannya lagi secara panjang lebar.

Padahal, sebentarnya Habibie kalau sedang berbicara sanggup hingga beberapa belas menit. Akhirnya sang asisten terpaksa menuntun Pak Habibie, yang berjalan mundur sebab masih menghadap ke arah tape recorder aku yang masih teracung. Setelah beberapa belas langkah barulah dia menghentikan penjelasannya kepada saya, dan kemudian gres menuju helikopter. Pak Warno hingga tertawa terbahak-bahak melihat kenekatan aku dan juga kenekatan sang ajudan.

Sayang semenjak kemarin aku kurang sehat, sementara aku juga harus menyiapkan diri untuk test profiling dari semenjak pagi hingga maghrib tadi. Sehingga selain belum sempat menulis, aku pun tak sempat takziyah ke Patra Kuningan, kediaman Pak Habibie, dan ke Makam Pahlawan Kalibata. Padahal beberapa mitra usang di masa awal reformasi sudah mengajak ketemu di sana.

Karena itu, dalam beberapa hari ini aku akan membagikan beberapa goresan pena aku yang berkaitan dengan Pak Habibie, biar kawan-kawan yang masih muda usia sanggup memahami situasi ketika itu. Salah satunya, lawan-lawan politik Habibie selalu menyampaikan bahwa pemerintahan Habibie yaitu perpanjangan tangan Orde Baru dan kelanjutan pemerintahan Pak Harto. Padahal hingga wafatnya kemarin, keluarga Cendana masih tetap menyimpan ketidaksukaan kepada Pak Habibie.

Selamat jalan, Pak Habibie...

Penulis: Hanibal W Y Wijayanta
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+