Hatters Anies: Menepuk Air Di Dulang, Terpercik Muka Sendiri

Ridhmedia
29/10/19, 04:31 WIB

[RIDHMEDIA] Menepuk Air Di Dulang, Terpercik Muka Sendiri

Pepatah ini nampaknya tepat buat buzzer satu ini. Lihat gambar. Mencuit dengan kata-kata nyinyir, maksudnya buat menjatuhkan. Tapi ternyata salah data. Alih-alih membuat malu gubernur Jakarta 2017 serta Bekasi.

Orang kayak gini masuk kategori apa ya? Memang tukang fitnah atau cuma sekedar dodol? Yang jelas ia Telah berprasangka buruk. Kasihan sebenarnya.

"APBD terserap, sampai defisit tapi kondisi kota kayak gini. Ini sekitaran Tanah Abang," begitu cuitannya.

Tapi kemudian lekas dikoreksi oleh netizen lain kalau PKL Tanah Abang yang berantakan ialah foto tahun 2017 (era Ahok), serta kali dengan sampah menggunung ialah di Bekasi.

Dan framing APBD terserap sampai defisit itu sebenarnya tidak tepat juga. Pendapatan Pemprov DKI memang tidak sesuai target, tapi itu bisa dikendalikan dengan mengurangi pengeluaran yang tidak prioritas. Jangan dibayangkan seperti besar pasak daripada tiang, yang mana pengeluarannya lebih besar daripada pendapatan. Tak demikian. Situasi keuangan Pemprov DKI tetap aman.

Lagipula Apabila dibaca lebih jauh, berkurangnya pendapatan Pemprov DKI ini memang tidak lepas dari melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam rencana penganggaran 2020 situasi ini juga menjadi pertimbangan. Sekda DKI sebagaimana dilansir media Poskota News mengatakan, pemangkasan dilakukan lantaran dana bagi hasil tidak dikucurkan pemerintah pusat.

“Revisi KUA-PPAS itu karna dana bagi hasil pemerintah pusat ke Pemprov DKI sebesar Rp6 triliun tidak disetorkan. Artinya pemerintah pusat mempunyai utang kepada DKI senilai Rp 6 triliun,” katanya.

Badan Pusat Statistik mencatat periode Januari-Agustus 2019 secara kumulatif, neraca perdagangan nasional masih defisit sebesar 1,81 miliar US Dollar atau setara Rp 2,5 triliun. Besaran defisit tersebut membengkak sebesar 10,51 miliar Dolar AS atau setara Rp 14,7 triliun sepanjang 2018-Agustus 2019.

Sedangkan posisi utang pemerintah hingga Mei 2019 totalnya Rp 4.571,89 triliun. Hal tersebut pernah diungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani, dimana pemerintah berkewajiban membayar bunga utang Rp 127 triliun.

Yang atas itu saya cuma sekedar mencuplik Berita Poskota News ya karna saya juga bukan ekonom.

Judul beritanya memang serem, "Pembangunan DKI Terancam Berantakan". Tapi Apabila dibaca betul isinya, kita bakal tahu kalau penyebabnya lebih pada melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak pada tata pemerintahan DKI. Jadi tidak cuma DKI Jakarta, semua daerah di Indonesia patut khawatir pembangunan daerahnya bakal berantakan. Karena melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional.

Nampaknya kita juga perlu siap-siap nih. Mengencangkan ikat pinggang kita.

By Tatak Ujiyati
(Catatan pagi)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+