Kuasa itu sungguh menggiurkan, tapi sering kali membutakan kesadaran. Apalagi kuasa selaku pemimpin Negara. Sangat mudah buta hati, buta pikir, buta jalan menuju mati.
Kuasa itu yaitu kehendakNya. Tidak lagi lihat si penipu, si tukang ngibul, tukang zolim, tukang ngaji, tukang ceramah, tukang ilmu agama. Jika Allah berkehendak, maka pasti berkuasa.
Kuasa itu amanah. Amanah itu berat. Taruhannya surga atau neraka. Amanah bukan sekadar di lisan. Amanah itu perlu benar di lisan serta benar dalam perbuatan. Sedikit saja khianati amanah, kepercayaan bakal menjadi taruhan. Jika tidak tobat, amanah itu bakal berujung penyesalan.
Kuasa itu fitnah besar yang berwajah kenikmatan. Karena dengan kuasa, bisa berbuat suka-suka. Karena dengan berkuasa, semua tunduk serta nurut jika telunjuk telah menunjuk. Tidak lagi lihat yang tua atau yang muda. Tidak lagi lihat yang alim atau yang awam. Tidak lagi lihat, yang bergelar atau yang miskin gelar. Tidak lagi lihat kaya atau miskin. Semua wajib taat pada pemimpin. Semua perlu sami’na wa atho’na. Selama perintah serta larangan itu tunduk pada syariat.
Dan di sinilah kuasa menjadi fitnah. Jika kuasa tidak diikat iman serta ketundukkan pada syariat, kuasa bakal menjadi kesewenang-wenangan serta menjadi alat meraih ambisi serta cita-cita pribadi.
Maka hati-hatilah jika ambisi pribadi telah hadir dalam diri. Sebab nanti perlahan namun pasti, kebenaran syariat hanya bakal menjadi topeng buat muluskan ambisi pribadi, bukan wujudkan kemaslahatan bersama.
Itulah kuasa yang bakal berakhir penyesalan. Penyesalan yang berujung murkaNya. MurkaNya yang mengantarkan ke NerakaNya.
Ingatlah wahai para pemimpin yang diberi amanah buat memimpin! Entah itu pemimpin Negara, pemimpin Partai Politik, pemimpin perusahaan, pemimpin lembaga pendidikan, pemimpin Ormas, pemimpin Rw/Rt, pemimpin keluarga, sampai menjadi pemimpin bagi diri sendiri.
Semua tidak bakal luput buat bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Jika amanah karna landasan iman serta tunduk pada syariatNya, maka selamatlah dunia serta akhirat. Jika khianat karna terbius syahwat kuasa hingga lupa diri, lupa bawahan, serta lupa akhirat, maka kecelakaan serta kehinaanlah yang bakal didapat.
Mumpung hari masih memberi kesempatan bernafas, maka hembuskanlah nafas hidup kekuasaan hanya buat menggapai ridhoNya, bukan yang lain!
Berhentilah sibuk menumpuk nikmat palsu duniawi karna kuasa yang dimiliki! Karena kuasa itu sementara, tidak bakal lama, serta tidak bakal pernah dimiliki seumur hidup.
Hari ini berkuasa, esok lusa kuasa binasa. Hari ini merasa berkuasa, esok lusa merasa hina karna kuasa tidak lagi ada.
Hari ini merasa paling tahu, paling pintar, paling alim, paling punya segalanya, hingga lupa tugas melayani, tapi sibuk raih ambisi pribadi. Padahal yang kemarin selalu merasa paling segalanya, justru esok lusa berakhir tidak punya segalanya. Sebab selalu merasa berkuasa ketika punya kuasa, tapi lupa memikirkan bawahan karna sibuk memikirkan wujudkan ambisi pribadi dengan adanya kesempatan berkuasa.
Sekali lagi, kuasa itu yaitu ketetapan Allah. Kuasa itu yaitu ujian. Kuasa itu yaitu amanah. Kuasa itu yaitu pilihan, memilih buat melayani, atau menzolimi. Kuasa itu amanah, bukan anugerah. Wallahu a’lam
Penulis: Uus Rusad