Media Surya Paloh Tidak Ingin Lagi Menjadi Penjilat Penguasa

Ridhmedia
24/10/19, 03:24 WIB

Media Indonesia group MetroTV milik Surya Paloh sudah ancang-ancang tidak lagi menjadi penjilat penguasa.

Walau Nasdem sudah dikasih jatah 3 menteri, sepertinya mereka bakal tetap kritis.

Hal ini sudah terlihat dengan gamblang melalui Editorial Media Indonesia berjudul "Mengawal Kabinet" yang disiarkan MetroTV hari ini, Kamis (24/10/2019).

"Sebaik apa pun pemerintah, suatu ketika pasti berbuat salah. Karena itu, ia butuh oposisi selaku advocatus diaboli atau setan yang menyelamatkan kita dengan gangguan terus-menerus."

"Peran aktif rakyat buat mengawal jalannya pemerintahan amat diperlukan. Kabinet sudah terbentuk serta bakal langsung bekerja. Mereka butuh dukungan, termasuk dukungan dari oposisi baik di parlemen maupun ekstraparlementer berupa gangguan-gangguan yang konstruktif."

Demikian tulis Editorial Media Indonesia.

Berikut selengkapnya:

Mengawal Kabinet

KABINET Indonesia Maju pimpinan Presiden Joko Widodo resmi terbentuk. Sebanyak 34 menteri plus empat pejabat setingkat menteri dilantik di Istana Negara, Jakarta, kemarin, buat membantu Presiden merealisasikan janji-janji yang ia tebar ketika kampanye Pilpres 2019.

Pelantikan Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Jokowi yaitu pertama dari tugas panjang mereka buat memajukan Indonesia. Tugas itu jelas tidak mudah, sangat tidak mudah, buat ditunaikan karna begitu banyak tantangan serta rintangan yang siap menghadang.

Begitu dahsyat rakyat berharap kepada orang-orang terpilih itu. Begitu besar kepercayaan yang diberikan Presiden sehingga sudah semestinya seluruh anggota kabinet pantang menyia-nyiakannya. Tujuh perintah Jokowi mulai jangan korupsi hingga perlu bekerja sungguh-sungguh yaitu rambu-rambu yang wajib dipatuhi.

Pelantikan Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Jokowi bisa juga kita posisikan selaku akhir dari spekulasi tentang siapa saja yang bakal mengisi pos-pos kementerian. Spekulasi itu mencuat akhir-akhir ini serta semakin menarik atensi karna keberadaan dua petinggi Partai Gerindra, yakni Ketua Umum Prabowo Subianto serta Wakil Ketua Umum Edhy Prabowo.

Prabowo Subianto menjadi sorotan karna ia merupakan rival Jokowi di dua pilpres.

Kalau ia kemudian menjadi pembantu Jokowi selaku menteri pertahanan, hal itu pantas memantik banyak pertanyaan. Namun, karna politik menganut prinsip impossible is nothing, tidak ada yang tidak mungkin, kita perlu menerima realitas yang ada.

Yang pasti, bergabungnya Prabowo Subianto serta Edhy Prabowo dalam kabinet serta-merta mengubah konstelasi politik. Di satu sisi, koalisi partai politik pendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin mendapatkan tambahan amunisi. Di sisi lain, barisan partai oposisi berkurang.

Setelah ditinggalkan Gerindra, praktis kini tinggal PKS, PAN, serta Partai Demokrat yang menjadi oposan. Kekuatan mereka di parlemen pun hanya 22,82%, yang boleh dibilang tidak sebanding dengan kekuatan koalisi pemerintah.

Perimbangan seperti itu memang bagus buat pemerintah. Dengan tambahan dukungan dari Partai Gerindra, mereka dapat jauh lebih kuat serta lebih cepat memutar roda pembangunan. Stabilitas politik juga bisa lebih terjaga selaku bekal berharga buat melewati jalan terjal menuju Indonesia maju.

Akan tetapi, kekuatan yang begitu timpang buruk buat demokrasi. Demokrasi hanya bakal sehat jika ada oposisi yang kuat. Sebaliknya, demokrasi bakal sakit, bahkan bisa sekarat, jika oposisi lemah, apalagi jika sengaja dilemahkan.

Oposisi yang kuat kita butuhkan selaku pengontrol agar pemerintah tidak terjerumus menjadi diktator. Oposisi yang tangguh kita perlukan selaku penyeimbang supaya pemerintah tidak gemar menyimpang.

Sebaik apa pun pemerintah, suatu ketika pasti berbuat salah. Karena itu, ia butuh oposisi selaku advocatus diaboli atau setan yang menyelamatkan kita dengan gangguan terus-menerus.

Kita sadar, amat sadar, kalau kekuatan oposisi ketika ini terlalu lemah, terlebih jika nantinya ada lagi partai yang menyeberang ke pusat kekuasaan. Karena itu, kita perlu mengingatkan pemerintah buat lebih berhati-hati bekerja, bukan malah seenaknya melangkah.

Meski kekuatan mereka tidak seberapa, kita juga meminta barisan oposan di parlemen tetap lantang bersuara. Ingatkan terus agar pemerintah konsisten berjalan di jalan yang lurus. Jadilah oposisi yang loyal kepada kebaikan bangsa, bukan oposisi yang penting asal beda dengan kebijakan negara.

Yang tidak kalah penting, seiring dengan perubahan konstelasi kekuatan, peran aktif rakyat buat mengawal jalannya pemerintahan amat diperlukan. Kabinet sudah terbentuk serta bakal langsung bekerja. Mereka butuh dukungan, termasuk dukungan dari oposisi baik di parlemen maupun ekstraparlementer berupa gangguan-gangguan yang konstruktif.

Link: https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1831-mengawal-kabinet

Komentar

Tampilkan

Terkini