Menunggu Nadiem Makarim

Ridhmedia
06/11/19, 10:20 WIB

[RIDHMEDIA] Dalam acara Workshop Manajemen Perguruan Tinggi LLDikti Wilayah IV ada pertanyaan menarik soal adakah "bocoran" agenda Menteri Nadiem yang menjadi terobosan bagi perbaikan sistem pendidikan? Narasumber menjawab, kalau Menteri kini masih langkah "mendengar".

Dengan merujuk pengalaman soal rencana dahulu Mendikti Nasir mengenai impor Rektor, muncul pertanyaan pula kalau yang dibutuhkan sebenarnya ialah sopir atau mobil serta infrastruktur yang baik?

Singkatnya, kita tidak butuh seorang Schumacher Formula 1 buat menyetir mobil angkot di Bogor yang memang macet. Tidak ada gunanya sopir pembalap buat itu.

Begitu pula dengan sopir "biasa" yang diberi kesempatan mengendarai Ferrari di jalan tol yang bebas hambatan. ia mesti mampu melesat dengan kecepatan maksimal. Mobil bagus di jalan yang bagus.

Nadiem Makarim menjadi Menteri pilihan Jokowi yang kontroversial. Tidak pernah bersekolah di Indonesia, tidak berlatar balik bidang pendidikan."Hanya" sukses di bidang bisnis Ojek online.

Jokowi pun yang mengangkatnya dipuji serta dicela. Pembuktian tentu menunggu kerja Menteri Nadiem sendiri. Publik berharap jangan terlalu lama buat program "mendengar" serta "belajar" nya. Akan buang waktu. Bukankah di era revolusi industri 4.0 ini kecepatan ialah asas serta kunci sukses.

Pendidikan ialah dimensi jangka panjang yang perubahan direspons bertahap. Pendidikan bukan bidang politik yang bisa berubah cepat. Kini yang menjadi problem ialah pembangunan karakter. Tidak semata alat atau teknologi.

"Science tell us how to heal and how to kill".  Salah salah mengolah ilmu pengetahuan serta teknologi maka sarana buat membunuh bakal menjadi lebih canggih.

Nadiem Makarim fokus kepada ilmu terapan atau teknologi, khususnya teknologi informasi. Sedang ditunggu manfaat besar di posisinya buat bangsa.

Dengan spirit pembaruan serta perubahan, sebagaimana amanat Jokowi, maka moga program Nadiem tidak menjadi model gerakan "top down" yang tidak nyambung dengan realitas yang ada.  Akibatnya si sopir menggerakkan angkotnya sangat cepat lalu menabrak-nabrak kendaraan serta pejalan kaki yang ada disekitarnya. Nadiem menjadi Menteri yang mencelakakan.

Atau kita terus menunggu Nadiem yang tengah berada di ruang bisnis yang tidak mampu atau ragu mengoper cara kerja ojeknya ke sistem pendidikan yang berbasis nirlaba. Tempat siswa serta mahasiswa yang bukan "customer".

Di sini kita menunggu Nadiem persis seperti tengah menunggu godot.

Pendidikan yang dibuat makin tidak pasti.

Penulis: M Rizal Fadillah
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+