RIDHMEDIA - Siapa yang tak mengenal Jack Ma, biliuner pendiri Alibaba, perusahaan e-commerce terbesar dari Tiongkok ini?
Kini, selepas pensiun, Jack Ma fokus di bidang pendidikan. Menurutnya, dunia saat ini berubah dengan sangat cepat namun tidak demikian halnya dengan pendidikan.
Jack Ma mengemukakan formula pendidikan unik ala dirinya yang fokus bukan pada kurikulum dan akuntabilitas, melainkan pada kapasitas siswa dalam mencintai, mengutip Quartz.
"Jika ingin sukses, kalian harus punya EQ tinggi, cara untuk bergaul dengan orang lain. Jika tidak ingin cepat kalah, kalian harus punya IQ yang bagus. Namun jika ingin dihargai, kalian harus punya LQ alias Love Quotient. Otak akan digantikan mesin, tapi mesin tidak akan bisa menggantikan hati kalian," kata Jack Ma saat berbicara di konferensi OECD beberapa waktu lalu.
Jika sistem pendidikan hanya fokus pada standardisasi, menurut Jack Ma, semuanya dapat dengan mudah digantikan oleh mesin.
Jack Ma menyarankan agar para orang tua dan pendidik menginvestasikan waktu lebih banyak saat anak usia dini. Ini adalah masa di mana anak-anak membangun keterampilan dan nilai-nilai. Taman kanak-kanak dan sekolah dasar memiliki pengaruh luar biasa untuk membentuk anak-anak. Jack Ma menganjurkan untuk memberi dukungan lebih kuat pada para guru.
"Jika kita menghormati guru, kita menghargai pengetahuan, dan kita menghormati masa depan. Tingkatkan gaji mereka dan bantu kepala sekolah dengan pelatihan kepemimpinan. 60 persen guru meninggalkan profesi mereka karena tidak menyukai kepala sekolahnya," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa dunia pendidikan perlu mengubah indikator performa yang biasanya dilakukan lewat ujian.
Jack Ma pernah menjadi pengajar, saat itu ia sering bertanya kepada para siswa mengapa mereka belajar sangat keras saat akan ujian. Kemudian para siswa itu akan menjawab, bahwa mereka belajar keras untuk bisa masuk universitas dan mendapatkan pekerjaan.
Jack Ma pun menjawab, "Universitas tidak menjamin sebuah pekerjaan untuk kalian. Alibaba mempekerjakan lulusan MIT dan Harvard bukan karena nama besar kampusnya, tetapi karena orang-orang yang diterima kerja itu siap untuk belajar seumur hidupnya. Gelar sarjana tak lebih dari sekadar kuitansi untuk pembayaran uang sekolah," tegasnya. [rmo]
Kini, selepas pensiun, Jack Ma fokus di bidang pendidikan. Menurutnya, dunia saat ini berubah dengan sangat cepat namun tidak demikian halnya dengan pendidikan.
Jack Ma mengemukakan formula pendidikan unik ala dirinya yang fokus bukan pada kurikulum dan akuntabilitas, melainkan pada kapasitas siswa dalam mencintai, mengutip Quartz.
"Jika ingin sukses, kalian harus punya EQ tinggi, cara untuk bergaul dengan orang lain. Jika tidak ingin cepat kalah, kalian harus punya IQ yang bagus. Namun jika ingin dihargai, kalian harus punya LQ alias Love Quotient. Otak akan digantikan mesin, tapi mesin tidak akan bisa menggantikan hati kalian," kata Jack Ma saat berbicara di konferensi OECD beberapa waktu lalu.
Jika sistem pendidikan hanya fokus pada standardisasi, menurut Jack Ma, semuanya dapat dengan mudah digantikan oleh mesin.
Jack Ma menyarankan agar para orang tua dan pendidik menginvestasikan waktu lebih banyak saat anak usia dini. Ini adalah masa di mana anak-anak membangun keterampilan dan nilai-nilai. Taman kanak-kanak dan sekolah dasar memiliki pengaruh luar biasa untuk membentuk anak-anak. Jack Ma menganjurkan untuk memberi dukungan lebih kuat pada para guru.
"Jika kita menghormati guru, kita menghargai pengetahuan, dan kita menghormati masa depan. Tingkatkan gaji mereka dan bantu kepala sekolah dengan pelatihan kepemimpinan. 60 persen guru meninggalkan profesi mereka karena tidak menyukai kepala sekolahnya," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa dunia pendidikan perlu mengubah indikator performa yang biasanya dilakukan lewat ujian.
Jack Ma pernah menjadi pengajar, saat itu ia sering bertanya kepada para siswa mengapa mereka belajar sangat keras saat akan ujian. Kemudian para siswa itu akan menjawab, bahwa mereka belajar keras untuk bisa masuk universitas dan mendapatkan pekerjaan.
Jack Ma pun menjawab, "Universitas tidak menjamin sebuah pekerjaan untuk kalian. Alibaba mempekerjakan lulusan MIT dan Harvard bukan karena nama besar kampusnya, tetapi karena orang-orang yang diterima kerja itu siap untuk belajar seumur hidupnya. Gelar sarjana tak lebih dari sekadar kuitansi untuk pembayaran uang sekolah," tegasnya. [rmo]