Klaim China, Yang Terjadi Di Xinjiang Cuma Program Deradikalisasi

Ridhmedia
22/12/19, 08:35 WIB

RIDHMEDIA - China kembali menyanggah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terkait dengan isu penahanan terhadap satu juta orang etnis Uighur di Xinjiang. Hal tersebut disampaikan oleh Dutabesar China untuk Australia, Cheng Jingye.

Cheng dengan hati-hati, menegaskan bahwa pusat-pusat ditempatkannya etnis Uighur bukan kamp-kamp penahanan, melainkan sekolah-sekolah pelatihan kejuruan dengan program deradikalisasi. Lebih lanjut, Cheng mengatakan semua "trainee" atau siswa di sekolah-sekolah tersebut pun telah lulus.

"Saya mengerti sekarang peserta pelatihan di pusat-pusat semuanya telah menyelesaikan studi mereka dan mereka telah, dengan bantuan pemerintah setempat, secara bertahap menemukan pekerjaan mereka," ujar Cheng dalam konferensi pers, Kamis (19/12) seperti dimuat CNN.


Menurut Cheng, tindakan China di Xinjiang tidak ada hubungannya dengan HAM, melainkan pendekatan China untuk mencegah terorisme. Hal yang sama yang dilakukan oleh negara Barat. Selain itu, China menjamin dan melindungi hak beragama kelompok etnis di  Xinjiang.

"Kebebasan berkeyakinan beragama dan hak-hak lain semua kelompok etnis di Xinjiang telah dipromosikan dan dilindungi," katanya.

"Penyebaran ekstremisme telah secara efektif diatasi dan keamanan publik telah meningkat di Xinjiang dan orang-orang dari semua kelompok etnis dapat hidup dan bekerja dalam damai," tambahnya.

Lebih lanjut, Cheng mengatakan isu mengenai pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur yang mayoritas adalah umat muslim adalah sebuah berita palsu. Sebelumnya, pemerintah China telah berulang kali membantah isu tersebut dan warga yang "dirawat" di sana pun dapat pergi kapan saja.

Namun, pernyataan tersebut kemudian bertolak belakang dengan serangkaian kebocoran data pemerintah yang dirilis oleh media internasional. Dalam dokumen yang bocor tersebut, digambarkan pusat-pusat yang dimaksud pemerintah China justru seperti kamp-kamp penahanan yang dijaga ketat di mana orang-orang Uighur dipaksa untuk belajar bahasa Mandarin dan pendidikan "idelogis".

Konferensi pers yang dilakukan Cheng sendiri terbilang istimewa karena jarang sekali pejabat atau diplomat China mengadakan hal tersebut untuk media asing. (Rmol)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+