Ridhmedia - Menteri Pendidikan Malaysia, Mazlee Malik, mengundurkan diri. Malik diduga mengundurkan diri karena kebijakannya dikritik habis sejak ditunjuk oleh Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Dilansir ChannelNewsAsia, Minggu (5/1/2020), Malik mengaku telah memberi tahu niatnya untuk mundur kepada Mahathir. Pengunduran dirinya berlaku sejak Jumat (3/1) kemarin.
"Atas saran Dr Mahathir - yang merupakan figur ayah bagi saya, seorang pemimpin dan negarawan hebat - saya, Maslee Malik, dengan hati yang tenang namun berat, mengembalikan posisi saya sebagai Menteri Pendidikan Malaysia ke perdana menteri," katanya.
Kebijakan anggota Partai Pribumi Bersatu Malaysia itu sejak menjabat banyak menuai kontroversi. Malik dikritik karena dianggap fokusnya mudah terpecah akibat berbagai masalah dan gagal menetapkan standar pendidikan. Bahkan ada petisi online yang dibuat untuk mendesak Malik mundur.
Pada September 2018, Malik ditunjuk sebagai Presiden Universitas Islam Internasional Malaysia. Namun, dia mundur pada November setelah banyak penolakan dari mahasiswa dan politikus.
Malik juga dijuluki sebagai 'menteri sepatu' setelah dia mengumumkan bahwa siswa harus memakai 'sepatu hitam' daripada sepatu putih untuk menghindari mereka terlihat kotor. Selain itu, Malik juga mengusulkan kelas berenang untuk siswa di hotel dan mendorong cashless ekosistem di sekolah.
Dia mendapat kecaman minggu ini karena muncul di papan iklan kementerian, mendorong wartawan veteran A Kadir Jasin untuk berkomentar bahwa pemerintah tidak boleh "menteri membangun kultus kepribadian".
Dalam konferensi persnya pada Kamis (2/1), menurut Malik kebijakannya yang dipermasalahkan adalah ketika dia menganjurkan para pelajar mempelajari naskah Jawi, dan program sarapan gratis di sekolah. Akan tetapi, Malik menganggap kebijakannya selama ini sudah cukup baik dan signifikan.
Malik mencontohkan kebijakannya dalam mengurangi beban guru dengan mengurangi tugas-tugas non-mengajar, mempromosikan kampanye Malaysia Reads untuk mendorong kebiasaan membaca, dan meninjau Undang-Undang Pendidikan yang akan datang untuk menjadikan pendidikan menengah wajib.
"Kementerian pendidikan mendapat perhatian media, kelompok dan politisi tertentu bukan karena hasil dan pencapaian kami, dan bukan karena kontribusi kami kepada masyarakat yang memiliki makna signifikan. Sayangnya, ini tidak menjadi berita utama. (Melainkan) berita sensasional yang lebih berwarna. Masalah sensitif dimainkan dan menjadi prioritas," tutur Malik.
Dalam sebuah postingan Facebook, Mahathir berterima kasih kepada Malik untuk layanannya selama ini.
"Saya akan memutuskan penggantinya dan akan membuat pengumuman segera," kata Mahathir. [dtk]