Ridhmedia - Ratu Keraton Agung Sejagat Fanni Aminadia menuangkan curahan hatinya usai ditangkap di akun Instagram. Ternyata juga sempat mengirimkan pesan (direct message/DM) ke Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Postingan itu dia unggah di akun Instagram @fanniadia_tbtd, Rabu (15/1) atau sehari setelah ditangkap polisi. Postingan itu juga disertai foto Fanni berpelukan dan dicium seorang wanita berusia lanjut dan ditujukan kepada Ginanjar. Ternyata unggahan itu juga dikirimkan ke langsung ke akun Ganjar.
"Dia DM saya juga, kayaknya bareng waktu dia ngupload di IG. Itu kalimat yang di IG itu di-DM ke saya," kata Ganjar saat berbincang via telepon, Sabtu (18/1/2020).
Ganjar mengaku diberi tahu stafnya soal DM dari Ratu Fanni Aminadia itu. Ganjar pun sempat membalas pesan tersebut.
"Saya dikasih tahu kawan-kawan pak itu ada upload-an di sana, kayaknya di DM juga ada. Saya baru buka-buka ternyata ada postingan itu terus saya lihat kapan itu kayaknya postingannya siang-siang," jelasnya.
Terus saya jawab 'apa benar anda suami-istri dengan Toto? Apakah benar ada rakyat anda dimintai iuran? Apa motif anda di situ?'. Tapi nggak dijawab saya lihat di tv itu sudah ditangkap polisi," sambung Ganjar.
Ganjar juga tertawa ketika ditanya responsnya menerima DM tersebut. Salah satunya laporan soal keluhan dituduh penyebar hoax hingga diperlakukan bak teroris.
"Ya responsnya di DM saya bales. Saya sebenarnya ingin tahu motifnya dan kenapa kamu lapor ke saya. Sayangnya sudah nggak terjawab karena siangnya ditangkap, ya fade out gitu aja, ilang," tuturnya.
Berikut isi lengkap curahan hati Fanni di akun Instagramnya:
Sugeng siang Pak Ginanjar, prinsipnya kami sangat menyambut baik bahkan menunggu agar diskusi dan diuji secara akademisi sejarah ini bisa terealisasi. Tapi pelintiran berita dan penggalan dokumentasi ternyata mampu merubah makna dari pernyataan kami. Saya yang dituduh menyebar berita Hoax, padahal yang menyebar media. Dan saya kemarin berencana memposting surat terbuka dan untuk Bapak, tapi tanpa diberi kesempatan klarifikasi, mediasi dan bahkan penangkapan kami terkesan eksklusif lengkap dengan media. Kami berusaha korporatif tapi justru diperlakukan layaknya teroris kelas dunia atau dihakimi sebelum diberi hak mengklarifikasi.
Dimana prosedur yang harusnya dijalankan untuk menjaga asas praduga tak bersalah. Barusan saya diminta ganti baju tahanan, tanpa diberi tahu salahnya dan menjadi tersangka atas apa?... Saya mohon Bapak bisa menghimbau agar apartur yang bertugas jangan politisir kasus kami yang terlanjur viral untuk sekedar pers konference berhasil menangkap.... #ganjarpranowo #nurani #poldajateng"(dtk)