Nabi Musa A.S. ialah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub ialah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga diceritakan wacana perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :
Para mahir tafsir berselisih pendapat wacana Syu'aib, mertua Nabi Musa. Sebagian besar beropini bahwa ia ialah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain beropini bahwa ia ialah orang lain yaitu yang dianggap ialah satu kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, ialah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melaksanakan sesuatu dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak kondusif wacana jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka lantaran ketakutan bila kedengaran bunyi pegawai-pegawai kerajaan kemudian di sekitar rumah mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari dia telah terkejut oleh ramalan oleh spesialis nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa berdasarkan firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah biar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan biar diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada ketika melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa kondusif wacana kekebalan kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi higienis dan tidak seorang pun dari bayi pria yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" niscaya akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya sanggup menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, berdasarkan apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya ialah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan biar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang gres dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi pandangan gres kepadanya biar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan bayinya lantaran Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu biar diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati abang Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya wacana nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya lantaran sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, wacana bayi pria yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku khuatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan mempunyai kegunaan dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah kalau Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, memberikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi galau memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah abang Musa memberikan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah abang Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya saya ingin memperlihatkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt mendapatkan air susu ibu keluarga itu".
Anjuran abang Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah kesepakatan Allah kepada Yukabad bahwa ia akan mendapatkan kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana bawah umur raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah wacana isi dongeng di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :
"4. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat adikara di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup bawah umur perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.5. Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mrk pemimpin dan menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi {bumi}.6. Dan Kami akan teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka khuatirkan dari mereka itu.7. Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah dia, dan apabila kau khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai {Nil}. Dan janganlah kau khuatir dan janganlah pula bersedih hati, lantaran sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya {salah seorang} dari para rasul.8. Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang kesudahannya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya ialah orang-orang yang bersalah.9. Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kau membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak," sedang mrk tiada menyedari.10. Dan menjadi kekosongan hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk orang-orang yang percaya {kepada kesepakatan Allah}.11. Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.12. Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kau saya tunjukkan kepada kau ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku baik kepadanya?"13. Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa kesepakatan Allah itu ialah benar, tetapi insan kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah mengurniakannya pesan yang tersirat dan pengetahuan sebagai persiapan kiprah kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia ialah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi target kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu insiden yang mengakibatkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il berjulukan Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun berjulukan Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih berpengaruh dan lenih besar itu, segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati lantaran tumbukannya yang tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menerka bahwa niscaya orang-orang Isra'illah yang melaksanakan perbunuhan itu. Mereka menuntut biar pelakunya diberi eksekusi yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebetulnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang menyaksikan insiden itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi jawaban perbuatannya itu bila hingga tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang mengakibatkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya engkau ialah seorang yang telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, kemudian berteriaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang adikara di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya menetapkan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai jawaban terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya tiba dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan biar segera meninggalkan Mesir, lantaran para penguasa Mesir telah menetapkan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. kemudian keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Tentang isi dongeng ini, terdapat dalam al-Quran yang sanggup di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :
"14. Dan setelah Musa remaja dan tepat akalnya, Kami berikannya pesan yang tersirat dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi jawaban kepada orang-orang yang berbuat baik.15. Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, kemudian Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini ialah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu ialah musuh yang menyesatkan lagi kasatmata {permusuhannya}.16. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya telah menganiaya diriku sendiri, lantaran itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.17. Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, saya sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa".18. Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kau benar-benar orang yang sesat, yang kasatmata {kesesatannya}.19. Maka tatkala Musa hendak memegang dengan berpengaruh orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kau kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat adikara di negeri {ini}, dan tiadalah kau bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20. Dan datanglah seorang pria dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.21. Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah saya dari segala budi bulus orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada mitra selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih lantaran meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak berkasut} hingga terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya lantaran perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri lantaran nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang, tiada teman dan saudara. Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, kalau para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti kemudian dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kau tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun kami tidak sanggup berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini lantaran ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak sanggup berdiri, jangan lagi tiba ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk wacana pengalamannya dengan Nabi Musa yang lantaran pertolongannya yangbtidak diminta itu mrk sanggup lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang berjulukan Syu'aib itu tertarik dengan dongeng kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya tiba ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku saya sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit brg masakan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang mendapatkan undangan gadis itu dengan senang hati. Ia kemudian mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya insiden yang terjadi pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan eksekusi penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu ialah berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang kondusif di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah sanggup menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia ialah seorang yang berpengaruh badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya semenjak Musa tinggal bersamanya di rumah, memperlihatkan sikap bergaul yang manis sikap yang hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta moral dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka saya ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati mendapatkan tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, saya minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan saya sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada teman telah mendapatkan tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala sedih dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga saya tidak menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai maskahwin, saya setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang berjulukan Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan penganti gres itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang gres sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah wacana isi dongeng yang terurai ini di dalam ayat 22 hingga ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :
"22. Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23. Dan tatkala ia hingga di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang perempuan yang sedang menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu}?" Kedua perempuan itu menjawab: "Kami tidak sanggup meminumkan {ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami orang renta yang telah lanjut umurnya."24. Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong} keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, kemudian berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya saya memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."25. Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua perempuan itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu biar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya dongeng {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah kau takut, kau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."26. Salah seorang dari kedua perempuan itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. lantaran sesungguhnya orang yang paling baik yang kau ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang berpengaruh lagi dpt dipercayai."27. Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya saya bermaksud menikahkan kau dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kau bekerja denganku lapan tahun dan kalau kau cukupkan sepuluh tahun itu ialah dari kemahuanmu, maka saya tidak mahu memberati kamu. Dan kau insya-Allah kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28. Dia berkata: "Itulah {perjanjian} antara saya dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu saya sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah ialah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan mendapatkan Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, semenjak ia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup usang bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah mencicipi kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang menyerupai Musa yang mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan menyediakan kenderaan kemudian meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan galau manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti kemudian lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya: "Tinggallah kau disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan segera saya kembali. Mudah-mudahan saya sanggup membawa satu informasi kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa hingga ke tempat api itu terdengar oleh dia bunyi seruan kepadanya tiba dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini ialah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kau berada di lembah yang suci Thuwa. Dan saya telah menentukan kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya saya ini ialah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang diterima eksklusif oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap eksklusif dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa yang sepintas kemudian sanggup ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang sederhana. "Ini ialah tongkatku, saya bertelekan pdnya dan saya pukul daun dengannya untuk masakan kambingku. Selain itu saya sanggup pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu gres dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya biar meletakkan tongkat itu di atas tanah, kemudian menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa biar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang kasatmata setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.
Bacalah wacana isi dongeng di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9 sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :
"9. Apakah telah hingga kepadamu kisah Musa? 10. Ketika itu melihat api, kemudian berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kau {di sini} sesungguhnya saya melihat api, mudah-mudahan saya sanggup membawa sedikit daripadanya kepadamu atau saya akan mendapat petunjuk di tempat api itu." 11. Mak ketika ia tiba ke tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa, 12. Sesungguhnya Aku ini ialah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kau berada di lembah yang suci Thuwa. 13. Dan saya telah menentukan kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan {kepadamu}. 14. Sesungguhnya Aku ini ialah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati Aku. 15. Sesungguhnya hari final zaman itu akan datang. Aku merahsiakan {waktunya} biar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang diusahakannya. 16. Maka sesekali janagnlah kau dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang mengakibatkan kau menjadi binasa." 17. Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18. Berkata Musa: "Ini ialah tongkatku, saya bertelekan padanya dan saya memukul {daun} dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." 19. Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20. Lalu dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. 21. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22. Dan kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23. untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari gejala kekuasaan Kami yang sangat besar." {Thaahaa : 9 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah usang menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa kondusif bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan adikara dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar aneka macam pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap eksklusif di bukit Thur Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa ia ialah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh semua insan ialah Tuhan Yang Maha Esa yang telah membuat alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua insiden pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang kemudian itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan melaksanakan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan eksekusi pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan jawaban yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman maksudnya :
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada Allah: "Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka saya khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melaksanakan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan gotong royong pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah: "Janganlah kau berdua takut dan khuatir akan disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kau berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kau dan Fir'aun. Berdakwahlah kau kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah lembut daripada kau berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan jawaban kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah wacana isi dongeng di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah "Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai berikut :
"33. Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya telah membunuh seseorang insan dari golongan mereka, maka saya takut mereka akan membunuhku, 34. dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya saya khuatir mereka akan mendustakan aku." 35. Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak sanggup mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kau berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 35 }
"42. Pergilah kau berserta saudara kau dengan membawa ayat-ayat-Ku dan janganlah kau berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43. Pergilah kau berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44. maka berbicaralah kau berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45. Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan bertambah melewati batas 46. allah berfirman: "Janganlah kau berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kau berdua, Aku mendengar dan melihat". 47. Maka datanglah kau berdua kepadanya {Fir'aun} dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua ialah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kau menyeksa mereka. Sesungguhnya kami telah tiba kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kau berdua ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun ialah pesuruh Allah kepadamu biar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan meeka kepada kami biar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau ialah Musa yang telah kami mengasuhmu semenjak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana hingga mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau yang melaksanakan pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan saya semenjak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang sanggup engkau banggakan. Karena jatuhnya saya ke dalam tangan mu ialah jawaban kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah biar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan saya terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah saya dari penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah saya lakukan itu ialah jawaban godaan syaitan yang menyesatkan, namun insiden itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah saya melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan saya dengan pesan yang tersirat dan ilmu serta mengutuskan saya sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah saya kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain saya yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kau ini ialah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan kau berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan wacana itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu ialah lantaran kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu ialah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya ialah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya kemudian menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa! kalau engkau mengakui tuhan selain aku, maka niscaya engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan memenjarakan saya walaupun saya sanggup memberikan kepadamu gejala yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah gejala dan bukti-bukti yang kasatmata yang sanggup membuktikan kebenaran kata-katamu kalau engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :
"18. Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara {keluarga} kami diwaktu kau masih kanak-kanak dan kau tinggal diantara {keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19. dan kau telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah kau lakukan itu dan kau termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20. Berkata Musa: "Aku telah melakukannya sedang saya diwaktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. 21. Lalu saya lari meninggalkan kau ketika saya takut kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan saya salah seorang diantara rasul-rasul. 22. Budi yang kau limpahkan kepada ku ini ialah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il." 23. Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24. Musa menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu} kalau kau sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25. Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kau tidak mendengarkan?". 26. Musa berkata: "Tuhan kau dan Tuhan nenek-nenek moyang kau yang dahulu" 27. Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan kepada kau sekalian benar-benar orang gila". 28. Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} kalau kau mempergunakan akal". 29. Fir'aun berkata: "Sungguh kalau kau menyenbah Tuhan selain saya benar-benar saya akan menjadikan kau salah seorang yang dipenjarakan". 30. Musa berkata: "Dan apakah kau {akan melaksanakan itu} walaupun saya tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang kasatmata kalau kau adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 31 }
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab saingan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera berubah menjadi menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti yang sanggup engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan gampang begitu saja mengalah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya ialah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun ialah mahir sihir yang mahir yang tiba dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman biar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang populer dari seluruh tempat kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu ialah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu kemudian ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun mendapatkan saingan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mrk untuk memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi kesepakatan dari Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk di atas dingklik singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seolah-olah ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau ialah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir yang pintar dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang berubah menjadi dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk. Mrk segera mengalah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang menyampaikan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan mereka sehabis apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda murka dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat mengalah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mrk: "Adakah kau berani beriman kepada Musa dan mengalah kepada keputusannya sebelum saya izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu persekongkolan drp kau terhadapku? Musa dpt mengalah kau lantaran ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan kau telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kau sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal membisu menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku salibkan kau semua pada pangkal pohon kurma sebagai eksekusi dan jawaban bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap cuek dan hirau tak acuh. Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau bahaya Fir'aun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang mahir dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh bahaya apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang kasatmata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk menetapkan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kau hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di alam abadi yang kekal dan abadi."
Bacalah wacana isi dongeng di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :
"32 Maka Musa melemparkan tongkatnya, kemudian tiba-tiba tongkat itu {menjadi ular}. 33 Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang melihatnya. 34 Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar spesialis sihir yang pandai, 35 ia hendak mengusir kau dari negeri kau sendiri dengan sihirnya maka lantaran itu apakah yang kau anjurkan?" 36 Mrk menjawab: "Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37 nescaya mereka akan mendatangkan semua mahir sihir yang pintar kepadamu". 38 Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum, 39 dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kau sekalian, 40 semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, kalau mereka ialah orang-orang yang menang". 41 Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah yang besar kalau kami ialah orang-orang yang menang?" 42 Fir'aun menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kau sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43 Berkatalah Musa kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kau hendak jatuhkan". 44 Lalu mrk menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka kemudian berkata: " Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45 kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. 46 Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada Allah}, 47 mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam , 48 yaitu Tuhan Musa dan Harun". 49 Fir'aun berkata: "Apakah kau sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kau nanti niscaya benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya saya akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan saya akan menyalibmu semuanya". 50 Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, 51 sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, lantaran kami ialah orang-orang yang pertama sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan mahir sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir kalau gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin memperabukan dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin usang makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kau huraikan itu sudah menjadi perhatiku semenjak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikut-pengikutnya yang makin usang makin bertambah jumlahnya, niscaya pada akhirnya akan merusakkan adat hidup masyarakat negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini. karenanya saya telah merancang akan bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya perempuan sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang berdasarkan anggapan masyarakat, mereka itu ialah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa biar mereka bersabar dan bertawakkal seraya memohon kepada Allah biar Allah memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya lantaran Allah telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, tabah dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bundar terhadap risalah Musa.
Karena target yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt mendapatkan dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan fatwa iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan negosiasi yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kau akan membunuh seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah ialah Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kau bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kau bukti-bukti yang kasatmata untuk menyakinkan kau akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa jawaban dustanya. Namun kalau ia ialah benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kau tragedi azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kau dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus terealisasi dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang saya pandang baik dan saya tidak memperlihatkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya saya khuatir, kalau kau tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kau akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang tiba sehabis mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu ialah jawaban kecongkakan dan kesombongan mereka lantaran Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya saya khuatir kau akan mendapatkan seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kau akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan sanggup menyelamatkan kau itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, saya hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kau ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal ialah di alam abadi kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah lantaran perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, biar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi usulan Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, saya berseru kepada kau untuk kebaikan dan keselamatanmu, kau berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang saya tidak ketahui, sedang saya berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah niscaya dan tidak sanggup diragukan lagi, bahwa apa yang kau serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kau sekalian akan kembali kepada Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak mempunyai kegunaan lagi orang menyesal atau merasa susah lantaran perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah wacana isi dongeng di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :
"127 Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}: "Apakah kau akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kau serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh bawah umur lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas mereka". 128 Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesusahan yang baik ialah bagi orang-orang yang bertakwa". 129 Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kau tiba kepada kami dan sehabis kau datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh kau dan menjadikan kau khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 129 }
"28 Dan seorang pria yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah kau akan membunuh seorang pria lantaran dia menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah tiba kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan kalau dia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan kalau dia seorang yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. 29 Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah kalau azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang saya pandang baik dan saya tidak memperlihatkan kepadamu selain jalan yang benar." 30 Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya saya khuatir kau akan ditimpa {bencana} menyerupai insiden {kehancuran} golongan yang bersekutu, 31 {yakni} menyerupai keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang tiba sehabis mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32 HAi kaumku, sesungguhnya saya khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33 {yaitu} hari {ketika} kau {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kau dari {azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk." { Al-Mukmin : 28 33 }
"38 Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah saya akan memperlihatkan kepadamu jalan yang benar. 39 Hai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya alam abadi itulah negeri yang kekal. 40 Barabg siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik pria mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41 Hai kaumku! Bagaiman kau ini, saya menyeru kau kepada keselamatan tetapi kau menyeru saya ke neraka? 42 {kenapa} kau menyerukan supaya kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui padahal saya menyeru kau {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?" 43 Sudah niscaya bahwa apa yang kau seru supaya saya {beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita ialah kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk itulah penghuni neraka. 44 Kelak kau akan ingat kepada apa yang saya katakan kepada kamu. Dan saya menyerahkan urusan saya kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45 Maka Allah memeliharanya dari kejahatan budi bulus mereka dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata usikan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung efek Nabi Musa yang semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah saya membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin tahu hingga sejauh mana ia sanggup melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala budi bulus musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kau melihat bahwa saya mempunyai kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kau melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang bundar kepadaku? Bukankah saya lebih baik dan lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi hatinya dan menerangkan maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas, sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia ialah pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bundar kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa hingga pd puncaknya, melihat Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya lantaran ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melaksanakan kekejaman, kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu menjadikan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh Allah, maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak sanggup mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan masakan teratasi tiba menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai jawaban dari banjir itu berjangkitlah majemuk wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat menyerupai hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan masakan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, biar memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari kesepakatan mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi bukanlah lantaran doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi lantaran hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah wacana isi dongeng di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :
"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah saya membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, lantaran sesungguhnya saya khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang kau tidak melihatnya? 52 Bukankah saya lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak sanggup menjelaskan {perkataannya}? 53 Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau malaikat tiba gotong royong dia untuk mengiringkannya." 54 Mak Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan itu} kemudian mereka patuh kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu ialah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 54 }
"88 Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya suplemen dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, kesudahannya mereka menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89 Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kau berdua lantaran itu tetaplah kau berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kau mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88 sehingga 89 }
"130 Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan} kaumnya dengan mendatangkan trend kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran 131 Kemudian apabila tiba kepada mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini ialah kerana {usaha} kami." Dan kalau mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan lantaran kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu ialah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui. 132 Mrk berkata kepada Musa: Bagaiman kau mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan beriman kepadamu." 133. Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang terperinci tetapi mrk tetap menyombong diri dan mrk ialah kaum yang berdosa. 134 Dan ketika mrk ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya kalau kau sanggup menghilangkan azab itu drp kami niscaya kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu." 135 Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga batas waktu yang mrk hingga kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita jawaban tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup mencicipi penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka tiba kepada Nabi Musa memohon pertolongannya biar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat lantaran takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam suntuk sanggup melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il ketika melihat bahari terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak mewaspadai lagi bahwa bila mrk tertangkap, maka eksekusi matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari teman Nabi Musa, berjulukan Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan bahari berada di depan kami yang tidak sanggup dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kau khuatir dan cemas, perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu."
Pada ketika yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah biar memukulkan air bahari dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah bahari itu, tiap-tiap belahan merupakan menyerupai gunung yang besar. Di antara kedua belahan air bahari itu terbentang dasar bahari yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah biar bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk menerka bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa saya ialah yang berkuasa yang harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa besar hati dan sikap sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar bahari yang sudah mengering itu melaksanakan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti eksekusi Allah yang telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut bahari dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik final hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melaksanakan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak moral dan aqidah manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah kini pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan tiba sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang mewaspadai akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih mewaspadai kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia ialah insan luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih menempel pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk wacana Fir'aun ialah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati karam jawaban pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk wacana Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayit Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, kemudian diawet hingga utuh hingga sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi dongeng yang terurai di atas sanggup di baca dalam surah "Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :
"77 Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kau dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk mrk jalan yang kering di bahari itu, kau tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78 Maka Fir'aun dengan bala tenteranya mengejar mrk, kemudian mrk ditutup oleh bahari yang menenggelamkan mrk. 79 Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi peetunjuk." { Thaha : 77 79 }
"60 Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu matahari terbit. 61 Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63 Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu ialah menyerupai golongan yang lain. 65 Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersertanya semuanya. 66 Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. 67 Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk tidak beriman. 68 Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 68 }
"90 Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, kemudian mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala tenteranya, lantaran hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir karam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91 Apakah kini {baru kau percaya} padahal sesungguhnya kau telah durhaka semenjak dahulu dan kau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92 Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kau sanggup menjadi pengajaran bagi orang-orang yang tiba sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari insan lengah dari gejala kekuasaan Kami." { Yunus : 90 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa kondusif dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya. Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk kau sebuah tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kau ini ialah orang-orang yang udik dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu kepada berhala ialah perbuatan yang sesat dan bathil serta niscaya akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah saya mencari tuhan untuk kau selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kau dari Fir'aun, melepaskan kau dari perhambaannya dan penindasannya serta memberikan kau kelebihan di atas umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kau akan mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu, Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang gres saja kau saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan masakan dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan hidangan masakan "manna" - sejenis masakan yang manis sebagai madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya: "Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa biar memukul watu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari watu yang dipukul itu dua belas mata air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mrk yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan masakan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa biar memohon kepada Allah menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, menyerupai ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah lantaran mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: "Mahukah kau memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kau ke suatu kota di mana niscaya kau akan sanggup apa yang telah kau inginkan dan kau minta."
Pokok dongeng tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :
"138 Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka setelah mereka hingga kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan {berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}". Musa menjawab: "Sesungguhnya kau ini ialah kaum yang tidak mengetahui {sifat-sifat Tuhan}". 139 Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan. 140 Musa berkata: "Patutkah saya mencari tuhan untuk kau yang selain dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kau atas segala umat". { Al-A'raaf : 138 140 }
"160 Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah watu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61 Dan ingatlah ketika kau berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh tabah {tahan} dengan satu macam masakan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah kau mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kau ke suatu kota, niscaya kau memperolehi apa yang kau minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara mahir tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang sanggup digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah dengan sesama insan dan bagaimana mereka harus melaksanakan persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka akan sanggup petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang sanggup menjadikan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah usaha menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah karam binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah biar diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya biar untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta mendapatkan kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba ketika ia harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap jawaban puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan dalam usahanya menghilangkan anyir mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang tiba kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan anyir mulutmu yang berdasarkan anggapanmu kurang sedap, padahal anyir mulutmu dan lisan orang-orang yang berpuasa bagi kami ialah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka jawaban tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada ketika yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau tiba seorang diri mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat tiba lebih dahulu untuk mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, biar saya sanggup melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat bukit itu, kalau ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau akan sanggup melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah saya dan terimalah taubatku dn saya akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu berdasarkan sementara mahir tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan terperinci mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah menentukan engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan memberikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan sanggup bercakap-cakap eksklusif dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan alam abadi bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il biar mematuhi perintah-perintah-Ku kalau mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah wacana kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :
"83 Mengapa kau tiba lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84 Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli saya dan saya bersegera kepadamu ya Tuhanku, biar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 84 }
"142 Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat} sehabis berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah saya dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kau mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan". 143 Dan tatkala Musa tiba untuk {munajat} dengan {Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman {langsung} kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku biar saya sanggup melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka kalau ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kau sanggup melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, insiden itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, saya bertaubat kepada-Mu dan saya orang yang pertama beriman." 144 Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku menentukan kau lebih dari insan yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara eksklusif dengan-Ku lantaran itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kau termasuk orang-orang yang bersyukur." 145 Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat} segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman: "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142 145 }
Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih usang dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak sanggup ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih usang drp yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa seolah-olah telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan yang tidak puas dan galau yang sedang mencakup kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh seprg munafiq, berjulukan Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk membuatkan benih syiriknya dan merusakkan dogma para pengikut Nabi Musa yang gres saja mendapatkan fatwa tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak sanggup diharapkan kembali dan lantaran itu dianjurkan oleh Samiri biar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu sanggup menggoyahkan iman dan dogma pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar fatwa tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibentuk begitu rupa sehingga sanggup mengeluarkan bunyi menguap seolah-olah anak lembu sejati yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah bodohnya kau ini! Tidakkah kau melihat anak lembu yang kau sembah ini tidak sanggup bercakap-cakap dengan kau dan tidak pula sanggup menuntun kau ke jalan yang benar. Kamu telah menganiaya diri kau sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah tergoda hasutan Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami hingga Musa kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak sanggup berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu, lantaran ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga sanggup menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia tiba untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi arahan wacana apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt murka dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan lantaran sgt murka dan sedihnya ia tidak sanggup menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika saya menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan saya lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku khawatir kalau saya menggunakan sikap dan tindakan yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan menjadikan engkau lebih murka dan sedih. Lepaskanlah saya dan janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah disamakan saya dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. saya mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, kemudian saya lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang sanggup menguak, mengeluarkan bunyi sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan insan lantaran karena perbuatan kau itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} kalau disentuh atau menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam panas. Ini ialah ganjaranmu di dunia, sedang di alam abadi nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan yang kau telah kerjakan setelah kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului kesepakatan Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu kesepakatan yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, lantaran perbuatanmu yang jelek itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban suplemen yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas usulan Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu berubah menjadi menjadi patung anak lembu yang bersuara, sehingga sanggup menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kau telah berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kau kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya biar Dia memperlihatkan kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah biar selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah saya dan saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang mencakup hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa biar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu biar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal mencakup seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada ketika itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan mereka yang memperlihatkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah biar diampuni dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, saya telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian saya akan kembali seorang diri, niscaya kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seolah-olah orang yang gres sedar dari pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil kesepakatan dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Pokok dongeng yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah "Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut :
"85 Allah berfirman: "Maka sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu sehabis kau tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86 Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu kesepakatan yang baik? Maka apakah terasa usang masa yang berlalu itu bagimu atau kau melanggar perjanjian dengan aku?" 87 Mereka berkata: "Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kau dengan kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari suplemen kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya." 88 Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa." 89 Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawapatung anak lembu itu tidak sanggup memberi jawapan kepada mereka dan tidak sanggup memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan? 90 Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kau itu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah saya dan taatilah perintahku." 91 Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami." 92 Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kau ketika kau melihat telah tersesat, 93 {sehingga} kau tidak mengikuti aku? Maka apakah kau telah sengaja mendurhakai perintahku?" 94 Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kau pegang jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya saya khuatir bahawa kau akan berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kau tidak memelihara amanatku." 95 Berkatalah Musa: "Apakah yang mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96 Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka saya ambil segenggam aari jejak rasul, kemudian saya melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku." 97 berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kau di dalam kehidupan di dunia ini hanya sanggup menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu eksekusi {di akhirat} yang kami sesekali tidak sanggup menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kau tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke dalam bahari {berupa bubuk yang berserakan} 98 Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya mencakup segala sesuatu." { Thaha : 85 98 }
"149 Dan setelah mereka sgt meratapi perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya kalau Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151 Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah saya dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau ialah Maha Penyayang di antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"154 Sesudah amarah Musa menjadi reda, kemudian diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan rahmatbutk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155 Dan Musa menentukan tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan saya sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami lantaran perbuatan orang-orang yang krg nalar di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 155 }
"55 Dan {ingatlah} ketika kau berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang lantaran itu kau disambar halilintar, sedang kau menyaksikannya" 56 Setelah itu Kami bangkitkan kau sehabis kau mati, supaya kau bersyukur." { Al-Baqarah : 55 56 }
"63 Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil kesepakatan dari kau dan Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, biar kau bertakwa. Kemudian kau berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kau tergolong orang yang rugi." { Al-Baqarah : 63 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun , musuh mereka karam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah memancarkan air dari sebuah watu dan menurunkan hidangan masakan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah lantaran mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang berdasarkan anggapan mereka ialah orang-orang yang berpengaruh dan perkasa yang tidak sanggup dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai kesepakatan Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan sanggup mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah populer sebagai orang-orang yang berpengaruh dan perkasa. Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang pertanda bahwa dada mereka masih belum higienis dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan murka setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, saya tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana eksekusi bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan hingga musnahlah mereka semuanya dan tiba menyusul generasi gres yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok dongeng tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :
"20 Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kau orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain." 21 HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kau lari kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kau akan menjadi orang-orang yang rugi. 22 Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika mereka keluar drpnya, niscaya kami akan memasukinya" 23 Berkatalah dua orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka bila kau memasukinya nescaya kau akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaklah kau bertawakkal, kalau kau orang-orang yang beriman." 24 Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya lantaran itu pergilah kau bersama Tuhanmu dan berperanglah kau berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." 25 Berkata Musa: "Ya Tuhanku, saya tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu." 26 Allah berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kau bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah : 20 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang populer dengan sebutan sapi Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak pria putera tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana berdasarkan aturan yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa saudara mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan berdasarkan planning yang tersusun rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi Musa sanggup menyingkap tabir yang menutupi insiden pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera menwahyukan perintah kepadanya biar ia menyembelih seekor sapi dan dengan pengecap sapi yang disembelih itu dipukullah mayit sang korban yang dengan izin Allah akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebetulnya yang telah melaksanakan pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa memberikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek lantaran nalar mereka tidak sanggup mendapatkan bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali memperlihatkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa yang adakala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh nalar insan berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam insiden pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami materi usikan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu ialah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya biar kami tidak sanggup salah menentukan sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah digunakan untuk membajak tanah atau mengairi flora tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yang mempunyai sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu ialah seorang fakir miskin yang soleh, mahir ibadah yang tekun yang pada ketika mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon proteksi bagi putera tunggalnya yang tidak sanggup meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda lantaran memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, kemudian dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga sanggup menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih menempel pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok dongeng di atas, terdapat dalam surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :
"67 Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kau menyembelih sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kau hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil." 68 Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, biar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu ialah sapi betina yang tidak renta dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69 Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami biar Dia menerangkan kepada kami apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu ialah sapi betina yang kuning renta warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70 Mrk berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami biar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, lantaran sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat petunjuk." 71 Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina ialah sapi betina yang belum pernah digunakan untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kau menerangkan hakikat sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. 72 Dan {ingatlah} ketika kau membunuh seorang insan kemudian kau saling tuduh menuduh wacana itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kau sembunyikan. 73 Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayit itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu gejala kekuasaan-Nya biar kau mengerti." { Al-Baqarah : 67 73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus, melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling pintar dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pintar dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata dalam hati kecilnya: " Bukankah saya Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku ialah penakluk Fir'aun, pemegang aneka macam mukjizat, yang telah sanggup membelah bahari dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan bercakap-cakap eksklusif dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang sanggup melebihi kemuliaan serta kebesaran yang saya capai itu, yang belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu ialah lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia ialah seorang rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pintar dan lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya biar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga sanggup menjadikan sedar bahwa tiada insan yang sanggup membanggakan diri dengan menyampaikan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, saya akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan pandangan gres yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal masakan dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia sanggup menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus melaksanakan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun biar segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun hingga di mana dua lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di atas sebuah watu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada ketika ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun biar menyiapkan santapannya lantaran ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil masakan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada di atas watu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya saya melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun saya dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar informasi itu dari Yusya' dikarenakan telah sanggup mengetahui di mana ia akan sanggup bertemu dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami kembali ke tempat watu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan iman serta gejala orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab: "Aku ialah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa saya ialah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah yang saya cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan saya mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba soleh atau berdasarkan banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir itu menjawab: "Engkau tidak akan tabah dan tidak sanggup menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat hal-hal yang asing yang sepintas kemudian nampak seolah-olah perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya ialah perbuatan benar dan masuk akal dab engkau sebagai insan tidak akan berdiam diri melihatku melaksanakan perbuatan dan tingkah laris yang ganjil berdasarkan pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin berguru dan menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati saya seorang yang tabah yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya wacana sesuatu sebelum saya memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang saya lakukan dihadapan mu walaupun berdasarkan pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada final perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka hingga di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, biar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau telah melaksanakan perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi perahu ini. Apakah dengan perbuatan kau ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah saya telah katakan kepadamu bahawa engkau tidak akan tabah menahan diri melihat tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah saya dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak pria yang sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa ialah harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak sanggup berdiam diri melihat Al-Khidhir melaksanakan pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melaksanakan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah saya telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan tabah menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa: "Maafkanlah saya untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk saya meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah saya diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan kesepakatan terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan mereka berdua hingga tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka jawaban perjalanan jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit materi masakan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang populer bachil {pelit} itu yang mahu menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap masakan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap masakan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, biar dengan upah yang engkau perolehi itu sanggup kami menutupi keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah ketika untuk kami berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah saya memberimu kesempatan dan uzur. Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan saya berikan kepadamu tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak masuk akal dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan huraiannya,"bahawa pengrusakan perahu yang kami tumpangi itu ialah dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang perahu itu. Sedang perahu itu ialah milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang saya lakukan dalam perahu itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas perahu itu yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya ialah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun wacana anak yang saya bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang renta anak itu ialah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang saya khuatirkan akan menjadi tersesat dan melaksanakan hal-hal yang jelek lantaran dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu ialah lantaran dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah mereka ialah orang yang soleh mahir ibadah dan Allah menghendaki bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui wacana tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas kemudian engkau anggap jelek dan melanggar hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini sanggup dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :
"60 Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum hingga ke pertemuan dua buah lautan atau saya akan berjalan hingga bertahun-tahun." 61 Maka tatkala mereka hingga ke pertemuan dua bahari itu, mereka lalai akan ikannya, kemudian ikan itu melompat mengambil jalannya ke bahari itu. 62 Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari masakan kita sesungguhnya kita telah merasa letih lantaran perjalanan kita ini." 63 Muridnya menjawab: "Tahukah kau tatkala kita mencari tempat berlindung di watu tadi, maka sesungguhnya saya lupa menceritakan wacana ikan itu dan tidaklah yang melupakan saya untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke bahari dengan cara yang aneh sekali." 64 Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65 Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66 Musa berkata Al-Khidhir: "Bolehkah saya mengikutimu supaya kau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67 Dia menjawab: "Sesungguhnya kau sesekali kau tidak akan sanggup tabah bersamaku, 68 dan bagaimana kau sanggup tabah atas sesuatu, yang kau belum mempunyai pengetahuan yang cukup wacana hal itu?" 69 Musa berkata: "Insya-Allah kau akan mendapati saya sebagai seorang yang tabah dan saya tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70 Dia berkata: "Jika kau mengikutiku, maka janganlah kau menanyakan kepadaku wacana sesuatu apa pun, hingga saya sendiri menerangkannya kepadamu." 71 Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, kemudian Al-Khidhir melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kau melubangi perahu itu yang kesudahannya kau menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72 Dia {Al-Khidhir} berkata: "Bukankah saya telah katakan: "Sesungguhnya kau sesekali tidak akan tabah bersama dengan aku." 73 Musa berkata: "Janganlah kau menghukum saya kerana kelupaanku dan janganlah kau membebani saya dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku," 74 Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang perjaka maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa kau bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kau telah melaksanakan sesuatu yang mungkar." 75 Al-Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kau tidak akan sanggup tabah bersamaku?" 76 MUsa berkata: "Jika saya bertanya kepadamu wacana sesuatu sehabis {kali ini} maka janganlah kau memperbolehkan saya menyertaimu, sesungguhnya kau sudah cukup memberikan uzur padaku." 77 Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya hingga kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kau mahu nescaya kau akan mengambil upah untuk itu." 78 Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara saya dengan kau kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup tabah terhadapnya. 79 Adapun bahter itu ialah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di bahari dan saya bertujuan merusakkan perahu itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. 80 Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81 Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada ibubapanya}. 82 Adapun dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya ialah seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki biar supaya mereka hingga kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah saya melakukannnya itu berdasarkan kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup tabah terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun ialah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya lantaran sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara glamor dan menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain. Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia karam dalam lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah mempunyai segantang emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia sanggup menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya biar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak sanggup makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi itu ialah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan bersedekah kebajikan terhadap sesama insan dan melaksanakan perbuatan-2 yang sanggup meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa petaka atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas itu sanggup sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa lantaran kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan mendapatkan nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan diri dengan menyampaikan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki ialah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya berdasarkan kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan sumbangan kepada para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan sumbangan dan pertolongan.
Sebagai saingan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan suplemen yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan menyerupai yang telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang bangkrut dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan usulan orang, biar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, bangkrut dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa memberikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang bangkrut dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan memperlihatkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta dan mahir sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak sanggup ditawar-tawar dan harus dilaksanakan lantaran ia ialah perintah Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Alquran tidak sanggup jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia mengalah dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi jawaban tindakannya itu.
Utk menguatkan agresi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun membuatkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang biar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia membuatkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu ialah merupakan cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang perempuan yang diajarinya biar mengaku didepan umum bahwa ia telah melaksanakan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya terkotori oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati perempuan sewaannya itu untuk menyampaikan keadaan yang sebetulnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa ialah fitnahan dan fatwa Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa ialah higienis dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak sanggup diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia sanggup merusakkan moral dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan aneka macam hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah biar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, biar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang glamor tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula menyerupai Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah."
Isi dongeng tersebut di atas sanggup dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :
"76 Sesungguhnya Qarun ialah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kau terlalu besar hati sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77 Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat sepakat {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kau berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78 Qarun berkata: "Sesungguhnya saya diberi harta itu lantaran ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih berpengaruh daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu wacana dosa-dosa mereka. 79 Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai menyerupai apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan yang besar." 80 Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah ialah lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan bersedekah soleh dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81 Mak Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82 Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau menjadi menyerupai orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan ialah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu menjadi target penyerbuan dan serangan dari bangsa-2 sekelilingnya, menyerupai suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu tempat erat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang berhasil, memecah-belah Bani Israil dan merampas benda keramat mereka yang berjulukan "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang sanggup menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap medan perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana hewan ternakan yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang semenjak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang sanggup mengikat mereka di bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru tenang kalau timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling disegani dan di hormati berjulukan Somu'il. Kata-katanya selalu didengar dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa perjaka Bani Isra'il yang merasa sedih melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin yang berpengaruh yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta sifat-2 licik dan badung yang meletak pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kau akan takut dan enggan bertempur melawan musuh bila kepadamu diperintahkan untuk berperang menghalau musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang tiba menyerang dan menyerbu tempat kami. Kami akan maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan sanggup pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing kau , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan Allah memperlihatkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat pandangan gres dan petunjuk dari Allah, biar ia menentukan serta mengangkat seorang yang berjulukan "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah akan memberinya jalan dan gejala yang akan memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout ialah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, berpengaruh dan berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang sanggup mengetahui bahwa ia ialah seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, mempunyai hati yang tabah dan berani. IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali lantaran khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih usang meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami kini sudah berada di tempat Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia sanggup memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di mana kiranya kami sanggup menemukan keldai kami itu. Ia ialah seorang nabi yang mendapatkan petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang kepadanya."
Thalout mendapatkan baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi: "Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kau cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan tiba ke sini. Ia sedang dinantikan kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu." Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang, berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami tiba menemui bapak untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan petunjuk di manakah kami sanggup menemukan kembali keldai kami yang telah terlepas dari sangkar dan menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai itu. Kerana saya memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari soal keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi proteksi kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana saya sanggup menjadi seorang raja dan pemimpin Bani Isra'il sedang saya ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah kiprah suci ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan proteksi Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia berkewajiban memimpin kau dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kau berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah kau di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan dengan lisan ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang pertanda kehairanan dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang menyerupai Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang menyerupai Thalout ini akan sanggup memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il semenjak dahulu kala. Ia pun tidak mempunyai pengalaman dan kecekapan yang diharapkan oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp mereka yang berada di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam dir Thalout di samping ia mempunyai tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang ganteng yang memberi kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia ialah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami menentukan orang lain setelah Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak sanggup berbuat lain selain meneriam kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami wacana diri Thalout, berilah kepada kami suatu tanda yang sanggup menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan watak kau yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang sanggup kau rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kau akan menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu tiba kepadamu dibawa oleh malaikat. Pergilah kau keluar kota kini juga untuk menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang-orang Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan bai'at kepadanya dan kesepakatan akan taat serta mematuhi segala nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para perjaka dan orang-orang yang masih berpengaruh untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang populer berpengaruh dan berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga sanggup membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk mengetahui hingga sejauh mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kau minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang sanggup kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya barangsiapa di antara kau yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar sanggup kuandalkan keberaniannya dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bahagian yang besar tidak sanggup bersabar menahan dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menerka dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang berpengaruh dan besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan berjulukan "Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan musuh populer seorang panglima yang berani, cekap dan populer tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang yang berani bertarung dengan dia niscaya jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka lebih besar dan lebih lengkap peralatannya lantaran mereka keluar ke medan perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bundar hendak membebaskan negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bundar berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk kiprah suci itu. Berkata mereka kepada kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah lantaran bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar, bila Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, tabah dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima besarnya yang berjulukan Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru dengan bunyi yang lantang biar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar adri tengah pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata usikan dan hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada ketika yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang sanggup maju membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada ketika itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar menyambut saingan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian perjaka yang telah memberikan dirinya untuk bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan usikan dan hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang perjaka itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah turun ke medan perang dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan perjaka itu bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan menjadi korban dan masakan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada lawan-lawannya.
Sang perjaka dengan memperhatikan roman muka Thalout sanggup menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan saya melawan Jalout lantaran yang menentukan dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran tubuh akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang kemudian saya telah berhasil menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula saya menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan tubuh yang merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang lapang dada dan jujur sedarlah Thalout bahawa perjaka itu berkemahuan keras ingin melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia sanggup mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa watu kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya: "Bagaimana engkau sanggup bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia ialah seorang perjaka remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk mengejar anjingkah atau untuk memukul bawah umur yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum mencicipi suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak berguru dari pengalaman. Majulah engkau ke sini akan saya habiskan nyawamudalam sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu masakan yang lazat bagi binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang perjaka menjawab: "Engkau boleh besar hati dengan zirah dan topi bajamu, boleh merasa berpengaruh dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan higienis ini. Aku tiba ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah usang engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang perjaka segera mengeluarkan watu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, kemudian diikuti dengan lemparan watu kedua dan ketiga oleh sang perjaka hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah bunyi teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan perjaka gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan pujian bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri serta pujian nasionalnya.
Isi dongeng di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :
"246 Apakah kau tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sehabis Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami sanggup berperang {di bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin sekali kalau kau nanti diwajibkan berperang, kau tidak akan berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari bawah umur kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. 247 Nabi mereka menyampaikan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248 Dan Nabi mereka menyampaikan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu kalau kau orang yang beriman. 249 Maka tatkala Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kau dengan satu sungai. Maka siapa di antara kau meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tidak mencicipi airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia ialah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui jalan Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit sanggup mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta orang-orang yang sabar. 250 tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." 251 Mereka {tentera Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud} pemerintahan dan pesan yang tersirat {sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 251 }
sumber www.ditonewsonline.com
Kisah Terbaru :