Manusia Itu Suka Dengan Keagungan Dan Pujian

Ridhmedia
13/05/14, 16:53 WIB


Keagungan yang asalnya ialah tersiarnya isu kemasyhuran terhadap diri seseorang yang diberitakan itu, baik dalan hal keduniaan atau keagamaan, menyerupai kemasyhuran dalam kebesaran pangkatnya, kekayaannya, dan lain-lain. Tersiarnya keagungan serta kemasyhuran yang demikian itu, seluruhnya termasuk hal-hal yang dicela oleh agama Islam, lantaran sanggup menjadikan seseorang itu gampang dihinggapi sifat-sifat takabur, riya' dan ujub, sebagaimana semua sifat itu amatlah tercela.

Adapun keagungan atau kemasyhuran yang halal atau dibolehkan dalam agama Islam ialah hanyalah satu, yaitu kemasyhuran dalam keagamaan yang sama sekali bukan dengan jalan diusahakan atau dipaksakan untuk memperoleh kemasyhuran atau menjadi seseorang yang terkenal, serta ia menyadari bahwa apa yang diperolehnya itu ialah semata-mata sebagai santunan serta keutamaan Allah swt.

"Negeri alam abadi (surga) itu Kami (Allah) jadikan untuk orang-orang yang tidak menghendaki keagungan di bumi dan tidak pula hendak membuat kerusakan-kerusakan." (Al-Qur'an)

Kegemaran untuk memperoleh keagungan dan menjadi orang yang populer ialah sikap dari seseorang yang hanya mengharapkan kesenangan dalam kehidupan dunia yang menjadikan insan itu cinta dan gemar kepada pujian, lantaran disanjung-sanjung. Orang bahagia atau gemar kepada keagungan atau juga kebanggaan dan amat enak sekali dalam hatinya apabila memperoleh kebanggaan terlebih lagi kalau diri seseorang itu terkenal.

Manusia itu juga lebih gemar dipuji dan sangat membenci kalau ada orang lain yang mencelanya, seseorang yang mempunyai sifat menyerupai ini akan menjadikan keburukan pada dirinya. Oleh lantaran itu sifat itu harus dihilangkan dengan cara mengingat keadaan diri sendiri, yaitu :

1. Bahwa dirinya tidak akan menjadi insan yang sempurna, alasannya ialah niscaya mempunyai kekurangan. Ini disebabkan lantaran Allah membuat insan itu bersifat lemah.

2. Jangan sekali-sekali mempunyai perasaan bahwa apa yang kita lakukan itu sudah niscaya baik, alasannya ialah orang yang demikian ini niscaya ingin memperoleh kebanggaan dan benci kalau dirinya dicela.

Oleh lantaran itu, kalau ada yang memuji, maka jangan menjadi senang, dan kalau ada orang yang mencela kita jangan terburu-buru marah, tetapi sebaiknya kita mengingat keadaan dan asal mula insiden kita.



Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+