Berlomba-Lomba Dalam Kabaikan

Ridhmedia
27/06/16, 23:07 WIB


Bersegera Kepada Kebaikan Dan Menganjurkan Kepada Orang Yang Menuju Kebaikan Supaya Menghadapinya Dengan Sungguh-sungguh Tanpa Keragu-raguan

Allah Ta'ala berfirman:

"Maka berlumba-lumbalah engkau sekalian untuk mengerjakan banyak sekali kebaikan." (al-Baqarah: 148)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan bersegeralah engkau sekalian menuju pada pengampunan dari Tuhanmu dan juga memasuki syurga yang luasnya yaitu menyerupai langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (ali-lmran: 133)

Adapun Hadis-hadisnya ialah:

Pertama

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Bersegeralah engkau sekalian untuk melaksanakan amalan-amalan - yang bagus-bagus - sebelum datangnya bermacam-macam fitnah yang diumpamakan sebagai potongan-potongan dari malam yang gelap gulita." [10]

Berpagi-pagi seseorang itu menjadi orang mu'min dan berpetang-petang menjadi orang kafir, ada lagi yang berpetang-petang masih sebagai seorang mu'min, tetapi berpagi-pagi telah menjadi seorang kafir. Orang itu menjual agamanya dengan harta dari keduniaan." (Riwayat Muslim)

Kedua

Dari Abu Sirwa'ah (dengan kasrahnya sin yang muhmalah dan boleh pula dengan difathahkannya), iaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a., katanya: "Saya bersembahyang di belakang Nabi s.a.w. di Madinah yakni shalat 'ashar. Kemudian setelah bersalam kemudian bangun bergegas-gegas, terus melangkahi leher orang-orang banyak untuk menuju ke salah satu bilik isterinya. Orang-orang banyak yang takut kerana melihat bergegas-gegasnya dia itu. Selanjutnya Nabi s.a.w. keluar lagi menemui sahabat-sahabatnya itu kemudian mengetahui bahawa mereka itu benar-benar terhairan-hairan kerana bergegas-gegasnya tadi. Beliau s.a.w. kemudian bersabda:

"Saya ingat pada sepotong emas yang ada di tempatku, maka saya tidak bahagia kalau benda itu mengganggu fikiranku - untuk menghadap Allah Ta'ala. Oleh alasannya yaitu itu saya menyuruh supaya benda tadi dibahagi-bahagikan." (Riwayat Bukhari)

Dan disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari yang lain demikian: "Saya meninggalkan di rumah sepotong emas dari hasil sedekah, maka saya tidak bahagia kalau hingga menginapkannya."

At-tibru, ertinya ialah potongan-potongan emas atau perak.

Ketiga








Dari Jabir r.a., katanya: Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w. pada hari perang Uhud: "Bagaimanakah pendapat Tuan jikalau saya terbunuh, di manakah tempatku?" Nabi s.a.w. bersabda:

"Dalam syurga."

Orang tersebut kemudian melemparkan beberapa buah kurma yang masih di tangannya kemudian berperang sehingga ia dibunuh - mati syahid." (Muttafaq 'alaih)

Keempat

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki tiba kepada Nabi s.a.w. kemudian berkata: "Ya Rasulullah, sedekah manakah yang teragung pahalanya?" Beliau s.a.w. bersabda:

"Iaitu jikalau engkau bersedekah, sedangkan engkau itu masih sihat dan bahwasanya engkau kikir - merasa sayang mengeluarkan sedekah itu, kerana takut menjadi fakir dan engkau amat mengharap-harapkan untuk menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah hingga di kerongkong kemudian berkata: "Untuk si Fulan itu, yang ini dan untuk si Fulan ini, yang itu, sedangkan orang yang engkau maksudkan itu telah mempunyai apa yang hendak kamu berikan." (Muttafaq 'alaih)

Hulqum yaitu jalan pernafasan sedang mari' yaitu jalan makan dan minuman.

Kelima

Dari Anas r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengambil pedangnya pada hari perang Uhud, kemudian bersabda: "Siapakah yang suka mengambil pedang ini daripadaku?" Orang-orang sama mengacungkan tangannya masing-masing, yakni setiap orang dari sahabat-sahabat itu berbuat demikian sambil berkata: "Saya, saya." Beliau berkata lagi: "Siapakah yang sanggup mengambilnya dengan menunaikan haknya?" Orang-orang semuanya berdiam diri. Selanjutnya Abu Dujanah - namanya sendiri Simak bin Kharsah - berkata: "Saya sanggup mengambil pedang itu dengan menunaikan haknya." Pedang itu kemudian dipakai oleh Abu Dujanah untuk memenggal kepala-kepala kaum musyrikin." (Riwayat Muslim)

Keenam

Dari Zubair bin 'adiy, katanya: "Kita semua mendatangi Anas bin Malik r.a., kemudian kita mengadukan padanya perihal apa yang kita temui dari perlakuan Hajjaj - seorang panglima dari dinasti Bani Umayyah dan ia yaitu seorang zalim, kemudian Anas berkata: "Bersabarlah engkau sekalian, alasannya yaitu sesungguhnya saja tidaklah tiba sesuatu zaman melainkan apa yang sesudahnya itu tentu lebih jelek daripada zaman itu sendiri, demikian itu sehingga engkau sekalian menemui Tuhanmu. Ucapan semacam ini pernah saya dengar dari Nabimu sekalian s.a.w. (Riwayat Bukhari)

Ketujuh

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Bersegeralah engkau sekalian melaksanakan amalan-amalan -yang baik - sebelum datangnya tujuh macam perkara. Apakah engkau sekalian menantikan - enggan melaksanakan dulu, melainkan setelah tibanya kefakiran yang melalaikan, atau tibanya kekayaan yang menyebabkan kecurangan, atau tibanya kesakitan yang merosakkan, atau tibanya usia bau tanah yang menyebabkan ucapan-ucapan yang tidak keharuan lagi, atau tibanya maut yang mempercepatkan - lenyapnya segala hal, atau tibanya Dajjal, maka ia yaitu seburuk-buruk makhluk ghaib yang ditunggu, atau tibanya hari kiamat, maka hari simpulan zaman itu yaitu lebih besar bencananya serta lebih pahit penanggunggannya."

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia menyampaikan bahawa ini yaitu Hadis hasan.

Kelapan

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda pada hari perang Khaibar:

"Nescayalah bendera ini akan kuberikan kepada seseorang lelaki yang mengasihi Allah dan RasulNya, Allah akan membebaskan - beberapa benteng musuh - atas kedua tangannya."

Umar r.a. berkata: "Saya tidak menginginkan keimarahan -kepemimpinan di medan perang - melainkan pada hari itu belaka kemudian saya bersikap untuk menonjolkan diri pada Nabi s.a.w. dengan cita-cita biar saya dipanggil untuk memegang bendera itu.

Tiba-tiba Rasulullah s.a.w. memanggil Ali bin Abu Thalib r.a., kemudian memperlihatkan bendera tadi padanya dan dia s.a.w. bersabda:

"Berjalanlah dan jangan menoleh-noleh lagi sehingga Allah akan membebaskan - benteng-benteng musuh - atasmu."

Ali berjalan beberapa langkah kemudian berhenti dan tidak menoleh, kemudian berteriak:

"Ya Rasulullah, atas dasar apakah saya akan memerangi para manusia?" Rasulullah s.a.w. menjawab:

"Perangilah mereka sehingga mereka suka menyaksikan bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya Muhammad yaitu pesuruh Allah. Apabila orang itu telah berbuat demikian, maka tercegahlah mereka itu daripadamu, baik darah dan harta mereka, melainkan dengan haknya, sedang hisab mereka itu yaitu tergantung pada Allah." (Riwayat Muslim)

Fatasaawartu, dengan sin muhmalah (yakni sin tak bertitik dan bukan syin yang bertitik tiga di atas), ertinya: "Saya melompat ke muka untuk menampakkan diri."

Keterangan:

Maksud dari Hadis di atas itu ialah bahawa yang diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada Sayidina Ali r.a. dan seluruh pasukannya ialah memerangi manusia-manusia musyrik yakni yang menyembah selain Allah atau yang tidak mempercayai adanya Allah serta keesaanNya dan tidak pula mempercayai perihal diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. Tetapi apabila mereka suka mengikuti undangan agama Islam yang benar, sama sekali dilarang diganggu, baik keselamatan jiwa atau pun harta mereka.

Namun demikian, manakala hak atau ketentuan agama Islam menghendaki, boleh saja seseorang itu dibunuh, menyerupai orang yang sengaja membunuh orang lain. Kaprikornus sekalipun sudah masuk Islam wajib pula dibunuh sebagai qishash atau akhir pembunuhannya. Demikian pula menyerupai dipotong tangan kerana mencuri yang sudah mencapai batas untuk bolehnya dipotong atau pun diberi eksekusi pukul (didera) serta direjam, berdasarkan ketentuannya sendiri-sendiri, jikalau melaksanakan perzinaan dan lain-lain lagi. Inilah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi s.a.w.

"Kecuali dengan haknya."

Mengenai hisab atau perhitungan amal perbuatan mereka yaitu menjadi urusan Allah Ta'ala sendiri.

Perlu dimaklumi bahawa golongan Ahlulkitab yakni kaum yang beragama Kristen atau Yahudi, dilarang secara pribadi diperangi. Mereka diperbolehkan menentukan salah satu di antara dua hal yakni membayar pajak. Ini yaitu pilihan yang pertama. Jika mereka suka melaksanakan itu, mereka pun wajib dilindungi keselamatan diri dan hartanya. Tetapi jikalau enggan, maka pilihan kedua boleh dilaksanakan, iaitu boleh diperangi.


Disarikan dari Kitab Riyadhus Shalihin.
Komentar

Tampilkan

Terkini