Media Surya Paloh Ungkap Kekecewaan Prabowo Gabung Kabinet: Memelihara Anak Macan!

Ridhmedia
22/10/19, 08:00 WIB

Bergabungnya Prabowo Subianto menjadi bagian Kabinet Periode Dua Jokowi, membuat kubu pendukungnya banyak yang tidak setuju.

Bukan hanya buzzer-buzzer 01, tapi corong utama pendukung Jokowi selama ini medianya Surya Paloh juga mengungkapkan 'kekecewaannya'.

Media Indonesia lewat editorialnya pagi hari ini, Selasa (22/10/2019), memuat dengan judul 'Oposisi Dua Kaki'.

Masuknya Prabowo ke kabinet dianggap selaku 'memelihara anak macan'.

Seperti dikenal Editorial Media Indonesia ini disiarkan juga selaku editorial di MetroTV.

Berikut selengkapnya:

"Oposisi Dua Kaki"

PRESIDEN Joko Widodo menepati janjinya. Kemarin pagi, Presiden RI yang baru saja dilantik MPR pada Minggu (20/10) itu mulai mengenalkan sosok-sosok yang bakal mengisi jajaran kabinet baru. Mereka berdatangan ke Istana Kepresidenan buat memenuhi panggilan Presiden.

Melalui diskusi, Presiden mengaudisi para calon menteri yang pada hari awal didominasi wajah-wajah baru. Mereka yang bersedia menerima posisi selaku anggota kabinet serta meneken pakta integritas bakal dilantik esok.

Presiden Jokowi pun memenuhi apa yang sudah dijanjikan sebelum dilantik. Sosok-sosok muda bakal menyokong kerja dirinya serta Ma'ruf Amin lewat kabinet. Realisasinya, Nadiem Makarim, Wishnutama, serta Erick Thohir tampak hadir mengikuti audisi kabinet, kemarin, sekaligus menyatakan bersedia menjadi pembantu Presiden.

Yang cukup mengejutkan, tetapi sesungguhnya juga sudah ditebak, yaitu kemunculan Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, kemarin sore. Datang dengan mengenakan kemeja putih seperti para calon menteri yang lain, Prabowo seakan mengafirmasi isu bergabungnya Partai Gerindra ke koalisi pemerintah.

Seusai menemui Presiden Jokowi, Prabowo pun memberi pernyataan yang mengubah isu santer sejak dua pekan belakangan itu menjadi sebuah realitas.

Mantan rival Jokowi-Ma’ruf Amin dalam kontestasi Pilpres 2019 tersebut mengaku sudah menerima tawaran buat menjadi anggota kabinet di bidang pertahanan. Prabowo tidak sendiri. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo turut diangkut ke gerbong kabinet di periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi.

Di satu sisi, masuknya Gerindra ke kabinet menunjukkan hubungan politik antara Presiden Jokowi serta mantan lawannya di dua pilpres sudah benar-benar cair. Artinya, perseteruan politik sudah usai serta keduanya siap bekerja sama memajukan negeri. Begitu pun seharusnya para pendukung masing-masing.

Di lain pihak, pengakhiran rivalitas dengan melebur di gerbong pemerintah memancing kekhawatiran. Dengan langkah itu Gerindra melepas kesempatan menjadi oposisi yang mampu secara kritis menyeimbangkan penyelenggaraan negara.

Betapa tidak? Tentu sangat tidak etis bila ketika kadernya bekerja selaku menteri, Partai Gerindra menentang kebijakan pemerintah. Terlebih lagi bila kemudian sang menteri mengambil jalan sendiri menuruti arahan partai. Tak peduli meski jalan itu menyimpang dari hal-hal yang digariskan pemerintah.

Peran dua kaki, selaku anggota koalisi sekaligus oposisi, atau mitra kritis, begitu istilah kamuflasenya, hanya bakal merugikan di kemudian hari. Jokowi bak memelihara anak macan yang bakal berbalik menyerang di sedang jalannya roda pemerintahan.

Bersikap kritis memang perlu. Akan tetapi, bila datang dari anggota koalisi, eloknya tidak dilakukan secara frontal. Lain halnya dengan partai politik yang tegas berperan selaku oposisi.

Harus tegas dikatakan kalau pembentukan kabinet merupakan wewenang Presiden sepenuhnya. Meski demikian, perlu juga diingatkan kalau koalisi gemuk tidak menjamin jalannya pemerintahan Jokowi-Amin bakal mulus.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, tidak jarang terjadi partai di koalisi pemerintah justru berbeda sikap dengan pemerintah. Manuver partai itu semakin menguat mendekati pemilu karena setiap partai berusaha menarik dukungan publik.

Karena itu, perlu dipastikan kalau bergabungnya mantan rival ke koalisi pemerintah didahului dengan gentlement agreement agar senatiasa menjaga etika selaku anggota koalisi. Bila tidak sanggup, alangkah lebih terhormat bila sedari awal memutuskan menjadi oposisi yang sebenar-benarnya, bukan oposisi dua kaki.[]

Link: https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1829-oposisi-dua-kaki

Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+