TANGGAPAN Untuk Sahat Siagian
By Azwar Siregar
Aku telah membaca tulisan Lae Sahat Siagian yang meminta Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan Nasional buat membongkar Masjid-masjid di semua Lingkungan Sekolah.
Tentu saja yang saya pahami, Sahat menganggap orang yang taat beribadah (khususnya Sholat) bakal rentan terpapar pemahaman Radikal. Apalagi, Sahat meminta Nadiem buat ikut menyebarkan ajaran Islam Nusantara yang menurut Sahat lebih damai.
Sebenarnya saya agak bingung kenapa banyak saudara-saudara non muslim yang senang dengan Islam Nusantara.
Mungkin karna penganut Islam Nusantara jarang sholat, hobby melecehkan agamanya sendiri, bangga membubarkan pengajian serta berani membakar bendera yang bertuliskan syahadatnya sendiri, menjadi wajar Setan serta Sahat Siagian serta komplotannya menjadikan mereka selaku sahabat.
Tapi sebenarnya saya pikir tak ada yang salah dengan keinginan serta harapan Sahat. Sebagai seorang non muslim serta cenderung Islamphobia, wajar saja ia menyuarakan isi hatinya. Sahat membenci Islam.
Kalau Sahat dianggap kurang ajar (dan ia memang benar-benar kurang ajar), berarti lebih kurang ajar lagi ada orang Islam yang malah bersikap seperti Sahat terhadap saudara muslimnya sendiri.
Sahat juga berani "lompat pagar" sampai mengusulkan membongkar masjid-masjid di semua area sekolah ialah kesalahan dari sebagian umat Islam sendiri. Dulu dikala Ahok "lompat pagar" juga menista Surah Al-Maidah, banyak Umat Islam khususnya yang berlabel Islam Nusantara itu malah mendukung Ahok.
Ketika Umat Islam memprotes Ahok dengan menggelar aksi 212, orang-orang Islam berlabel Nusantara itu malah mencaci-maki serta menghina aksi saudara-saudaranya selaku aksi intoleran serta radikal.
Padahal aksi 212 ialah aksi paling damai serta paling tertib dengan massa paling besar sepanjang sejarah negara ini.
Jadi saya yakin selain alasan Islamphobia (kebencian terhadap Islam), Sahat meminta buat membongkar Masjid-masjid di lingkungan sekolah ialah bentuk kecemburuan berbasis kedunguan yang bersangkutan buat memahami Islam.
Mungkin saja si Sahat iri, kenapa di lingkungan sekolah hanya ada Masjid?
Kenapa tak ada Gereja, Pura, Vihara serta Klenteng?
Soal membangun rumah ibadah selain Masjid di lingkungan sekolah, saya tak bakal berkomentar karna saya kurang mengerti ajaran serta tata cara ibadah Umat non Muslim.
Tapi di Islam, semuat umat-nya wajib (harus di lakukan) buat Sholat di lima waktu yang ditentukan. Salah satunya Sholat Dzuhur yang batasan waktunya kira-kira pukul satu siang sampai pukul tiga tiga puluh (di wilayah Sumatera -red).
Tata cara serta tempat Sholat sendiri ada aturannya. Tak bisa sembarangan. Misal wajib mensucikan diri (wudhu), berpakaian bersih serta tempat buat melaksanakan sholat wajib suci serta bebas dari najis.
Mungkin ini ialah salah satu alasan di setiap lingkungan sekolah serta perkantoran "wajib" ada Masjid atau Musholah.
Jadi bahwa misal usul Sahat buat membongkar Masjid disemua lingkungan sekolah diterima, sebenarnya ngga ada masalah. Tapi konsekuensinya, anak-anak sekolah perlu pulangnya di bawah pukul sebelas siang serta khusus Hari Jumat dijadikan Libur Nasional.
Menurut saya bahwa Sahat tak gila serta bisa berpikir normal sedikit saja, ia tak bakal cemburu. Umat Islam di Negara kita ini paling toleran. Sejak Indonesia merdeka, hari libur setiap pekan secara resmi kita di sengaja di hari Minggu buat menghormati kewajiban saudara-saudara Umat Kristiani yang bakal beribadah ke Gereja.
Bayangkan, di negara yang penduduk muslimnya 87 persen, tapi hari libur setiap pekannya justru di Hari Minggu. Bukan hari Jumat. Jadi tak perlulah Sahat serta saudara-saudara non muslim lainnya iri serta dengki hati.
Bahkan semua agama, termasuk Agama Budha yang penganutnya cuma 0.7 persen serta Agama Khong Hu Chu yang penganutnya cuma 0.5 persen mempunyai hari Libur Nasional buat hari besar agamanya.
Bandingkan dengan di China, Eropa serta Amerika Serikat. Setahu saya sampai dikala ini, umat Islam disana tak mempunyai hari Libur Nasional buat merayakan Idhul Fitri serta Idhul Adha.
Gimana Sahat? apakah You masih sehat?
Aku telah membaca tulisan Lae Sahat Siagian yang meminta Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan Nasional untuk...
Dikirim oleh Azwar Siregar pada Rabu, 23 Oktober 2019
BUNG NADIEM Masa depan khilafah ada di tanganmu, bukan di tangan Menhan, atau Menag, atau Mendagri. Kalian punya...
Dikirim oleh Sahat Siagian pada Rabu, 23 Oktober 2019